Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 21 Februari 2024: Hujan Bakal Turun Sebagian Wilayah Siang Nanti

Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (21/2/2024) diprediksi sebagiannya cerah, berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prakiraan cuaca Indonesia hari ini.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 23 Feb 2024, 23:51 WIB
Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (21/2/2024) diprediksi sebagiannya cerah, berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prakiraan cuaca Indonesia hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (21/2/2024) diprediksi sebagiannya cerah, berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prakiraan cuaca Indonesia hari ini.

Hujan dengan intensitas ringan pagi hari ini diprediksi turun di Palangkaraya, Kupang, Kota Jayapura, dan Pekanbaru, seperti laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Pada siang hari, sebagian cuaca Indonesia diprakirakan cerah, berawan, cerah berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, dan hujan petir.

Sejumlah wilayah Indonesia yang diprediksi diguyur hujan berintensitas ringan siang nanti di antaranya Bengkulu, Gorontalo, Bandung, Semarang, dan Kendari, serta hujan sedang di Pangkal Pinang.

Waspada hujan petir diprakirakan bakal ada di langit wilayah Yogyakarta, Pontianak, Banjarmasin, dan Bandar Lampung siang hari nanti.

Sedangkan di malam hari nanti, wilayah Indonesia sebagiannya diprediksi cerah, berawan, cerah berawan, dan hujan ringan, kecuali waspada hujan petir di Jambi.

Beberapa wilayah di Indonesia yang diprakirakan turun hujan dengan intensitas ringan malam nanti yaitu Denpasar, Serang, Bandung, Surabaya, Palangkaraya, Kupang, dan Kota Jayapura.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Denpasar  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Serang  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Bengkulu  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Yogyakarta   Cerah Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan Tebal  Berawan
 Gorontalo   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jambi   Kabut  Berawan  Hujan Petir
 Bandung   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Semarang   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Surabaya   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Pontianak   Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Palangkaraya  Hujan Ringan  Berawan  Hujan Ringan
 Samarinda  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tarakan   Berawan  Cerah  Cerah
 Pangkal Pinang  Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Tanjung Pinang   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Bandar Lampung  Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Ambon   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Ternate   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Mataram   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kupang   Hujan Ringan  Berawan  Hujan Ringan
 Kota Jayapura  Hujan Ringan  Berawan  Hujan Ringan
 Manokwari   Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Pekanbaru   Hujan Ringan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Mamuju   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Makassar   Cerah  Cerah Berawan  Berawan
 Kendari   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Manado    Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Padang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Palembang  Kabut  Berawan  Hujan Ringan
 Medan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan

Hasil Kajian Iklim BRIN Periode 2021-2050, Cuaca Ekstrem Alami Peningkatan Signifikan

Pejalan kaki yang menggunakan payung saat hujan deras menyeberang jalan di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah apabila Jakarta mengalami cuaca ekstrem. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan perubahan iklim menunjukkan cuaca ekstrem mengalami peningkatan signifikan khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).

Pernyataan BRIN itu mengacu kepada hasil kajian perubahan iklim periode 2021-2050 dengan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi dari tim periset, menunjukkan kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan.

Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan, berdampak pada wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan.

"Untuk Pulau Jawa, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah khususnya untuk pantura Jawa Timur," ujar Erma dalam keterangan tertulisnya, Bandung, 1 Februari 2024.

Erma mengatakan kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan (termasuk IKN). Sedangkan Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah.


Ada Variasi Fase Hujan

Pejalan kaki menggunakan payung saat hujan deras di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah apabila Jakarta mengalami cuaca ekstrem. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain kajian proyeksi perubahan iklim tersebut, Erma menjelaskan kajian klimatologis terkini mengenai karakteristik hujan tahunan dan musiman di Indonesia juga diperlukan.

Hal ini sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual saat ini di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.

"Kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di BMI selama dekade terkini sebagai dampak dari pemanasan global," kata Erma.

Pada dasarnya terang Erma, pola hujan diurnal di BMI mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.

Namun demikian, lanjut Erma, terdapat variasi fase hujan diurnal sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dini hari dengan frekuensi yang signifikan setara dengan 20 persen untuk wilayah di utara Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta.

Hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) tersebut bahkan telah dibuktikan merupakan penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, 2020.

"Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dini hari yang terjadi di utara Jawa bagian barat, yaitu pertama, hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya. Kedua, keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dini hari antara 01.00–04.00 WIB. Ketiga, hujan dini hari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta," ucap Erma.

Dengan adanya kajian ini, Erma Yulihastin mengusulkan agar Indonesia membentuk Komite Cuaca Ekstrem.


Perkuat Hilirisasi Informasi Peringatan Dini Cuaca

Suasana saat hujan deras mengguyur kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Kecepatan angin maksimum mencapai 20 kt dan tekanan udara minimum 1005,8 mb. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut Erma, kolaborasi yang erat dari hulu ke hilir antara BRIN-BMKG-BNPB-BPBD-Pemda-Relawan dan Media dalam sebuah forum bersama atau komite sudah saatnya dibangun sebagai bagian dari langkah strategi nasional melakukan mitigasi dan antisipasi dampak cuaca ekstrem yang semakin meluas akibat perubahan iklim.

"Di luar negeri, kita dapat mencontoh negara-negara federal di Amerika Serikat yang memiliki Komite Khusus Cuaca Esktrem beranggotakan ilmuwan, prakirawan, politisi yang merupakan wakil pemerintah pusat dan pemerintah daerah setempat, serta menggandeng media, LSM dan relawan," jelas Erma.

Erma menyebutkan bahwa komite ini bisa dibuat dalam sebuah program strategis nasional yang dinamakan Bangsa Siaga Cuaca atau Weather-Ready Nation (WRN) yang sebenarnya juga diinisiasi oleh badan cuaca dunia yaitu World Meteorological Organization (WMO).

Tujuan utama WRN tak sekadar memperkuat hilirisasi informasi peringatan dini cuaca ekstrem semata, tapi juga melakukan edukasi secara intensif dan meluas kepada publik.

Dijelaskan Erma, melalui komite tersebut juga dapat dirumuskan program-program penting untuk edukasi publik, membangun simpul-simpul relawan yang efektif dan berdaya jangkau luas dengan engagement yang signifikan, serta secara aktif bekerja terus menerus dalam membangun kesadaran publik.

"Penting untuk dipahami, berbeda dengan jenis bencana alam lain seperti gempa dan tsunami, cuaca ekstrem adalah jenis bencana alam yang paling dinamis dan paling sering terjadi, sehingga butuh terus-menerus untuk keep up to date. Bahkan informasi prediksi cuaca ekstrem pun harus terus-menerus diperbarui, idealnya dua kali dalam sehari, mengikuti dinamika cuaca yang berubah-ubah setiap waktu," sebut Erma.


Tantangan Terbesar

Kondisi lalu lintas saat hujan mengguyur Jakarta, Senin (26/10/2020). BPBD DKI Jakarta mengeluarkan peringatan dini cuaca berupa potensi terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang dampak dari siklon tropis Molave hingga 27 Oktober 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Erma meyakini tantangan terbesar keilmuan meteorologi dan klimatologi adalah menghasilkan model prediksi hujan yang akurat untuk wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).

Oleh karena itu, Erma menginginkan semua bentuk studi dari hulu ke hilir yang berkaitan dengan meteorologi dan klimatologi sama-sama memiliki tujuan akhir agar dapat menghasilkan prediksi cuaca ekstrem yang lebih baik.

"Menyongsong Indonesia emas 2045 dan dalam rangka mencapai target menjaga suhu bumi tidak melampaui 1,5 derajat Celsius pada 2050, di bagian hulu, Indonesia harus segera menguasai teknologi prediksi cuaca dan iklim," ucap dia.

"Informasi-informasi prediksi cuaca di Indonesia sudah saatnya dihasilkan dari kemampuan periset-periset andal bangsa ini dalam menghasilkan data-data prediksi resolusi tinggi dan akurat untuk memperkuat sistem peringatan dini bencana terkait cuaca ekstrem di Indonesia," jelas Erma. 

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya