Liputan6.com, Jakarta - Gunung Abang adalah puncak tertinggi di sisi kaldera Batur dengan tinggi 2.151 mdpl. Gunung ini merupakan yang tertinggi ketiga di Bali, letaknya juga di sisi Danau Batur.
Hal ini menjadi alasan gunung ini termasuk bagian dari Gunung Batur, hasil letusan pada zaman prasejarah atau sekitar 30 ribu tahun sebelum Masehi. Dari letusan tersebut menimbulkan kaldera besar dengan kerucut kecil bernama Batur yang akan menembus gunung ini.
Advertisement
Gunung Abang juga kurang populer dibanding gunung lainnya di Bali seperti Gunung Agung dan Gunung Batur. Namun perjalanan ke puncaknya terbilang mudah, karena sudah banyak papan petunjuk yang dibuat oleh pengelola.
Masih banyak hal mengenai Gunung Abang selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Abang yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com pada Kamis (22/2/2024).
1. Sudah Tidak Ada Aktivitas Vulkanik
Sebagai bagian dari kaldera Gunung Batur yang tercipta dari letusan hebat, Gunung Abang berlokasi di Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pejalan akan menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Denpasar menuju Desa Suter di kawasan Kintamani.
Mengutip dari laman Get Lost, sebagai objek wisata pendakian, gunung yang posisinya berhadap-hadapan dengan Gunung Batur ini termasuk aman untuk didaki, karena gunung berapi ini sudah tidak aktif lagi. Untuk pendakian ke puncak, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat jam saja.
2. Titik Awal Pendakian
Untuk mencapai titik mula pendakian di Desa Suter, Anda akan melewati Museum Geopark Batur, ambil belokan kanan melewati hutan dengan jalan cukup sempit dan medan kurang baik. Apabila sudah melihat Pura Munggu, berarti di situlah batas akhir kendaraan sebelum melanjutkan pendakian.
Pendakian Gunung Abang melalui jalur Desa Suter mudah dijalani tanpa menggunakan jasa pemandu karena sudah tersedia papan petunjuk sepanjang trek. Untuk antisipasi, bawa juga peta pendakian atau gunakan peta digital melalui ponsel.
3. Pos Pendakian Ditandai dengan Pura
Yang menarik dari petualangan di Gunung Abang adalah pos pendakiannya ditandai dengan bangunan pura sebagaimana pura merupakan hal yang umum jika Anda ke Bali. Bagi umat Hindu yang mendaki, pura di Gunung Abang ini tidak hanya dijadikan sebagai lokasi beristirahat, pun juga untuk ritual sembahyang memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa untuk perjalanan mencapai puncak.
Advertisement
4. Rute Pendakian
Perjalanan dari base camp menuju Pura 1 (Pura Penyawal) membutuhkan waktu sekitar 45 hingga 60 menit. Di awal perjalanan, jalur yang dilewati berupa tanah pasir dengan rute menanjak dan dikelilingi semak serta pohon-pohon tinggi.
Pendaki juga menemukan spot Batu Dinding Abang yang menyajikan pemandangan ke arah kaldera Gunung dan Danau Batur. Selanjutnya, dari Pura 1 ke Pura 2 (Pura Andong) dibutuhkan sekitar satu jam pendakian, dengan lanskap pepohonan dan rumput lebat, serta jalur tanah dengan tangga akar. Pura 2 jadi pos terakhir sebelum summit ke puncak dan di sini pendaki bisa mendirikan tendanya untuk bermalam.
5. Puncak Gunung Abang
Puncak Gunung Abang dapat dicapai sekitar satu jam perjalanan dari Pura 2, dengan kondisi menanjak berupa tanah. Jalur yang dilalui masih bisa diatasi pendaki pemula yang sedang meningkatkan kemampuan mendakinya.
Di puncak terdapat Pura Puncak Tulukbiyu serta pemandangan Danau dan Gunung Batur di kejauhan. Pemandangan ini terlihat lebih cantik jika tiba bertepatan dengan momen matahari terbit. Puncak Gunung Abang terlihat cukup asri dengan jajaran pohon yang tumbuh.
6. Biaya Tiket Masuk
Umat Hindu kerap melakukan pendakian ke Gunung Abang untuk ritual sembahyang, terutama saat bulan purnama. Jika berpapasan dengan mereka yang sedang melakukan ritual di pura, usahakan tidak membuat kegaduhan dan menghormati prosesi ibadah.
Pendaki wajib membayar tiket masuk Rp24.000 per orang sebagai sumbangan masuk DTW Pendaki Gunung Abang Rp15.000, karcis masuk Kawasan Hutan Lindung UPTD KPH Bali Timur Rp6.000, dan asuransi Rp3.000. Untuk alasan keamanan dan kesehatan, bawa sendiri peralatan mendaki dan berkemah yang memadai.
Pendaki wajib menerapkan protokol kesehatan saat mendaki, antara lain mengenakan masker, menjaga jarak aman, dan membatasi kuota di tenda (maksimal dua orang untuk tenda berukuran kecil). Hindari pendakian di musim hujan lantaran medannya menjadi becek dan licin. Namun perlu diketahui bahwa dilarang mendirikan tenda di area Pura Puncak Tulukbiyu.
Advertisement