Februari 2024 Sampai Tanggal 29, Mengapa Kita Punya Tahun Kabisat?

Kita sering mendengar tentang tahun kabisat, bahkan belajar cara menghitungnya. Namun, apakah kamu tahu apa yang menyebabkan kita mendapatkan bonus hari di bulan Februari tiap empat tahunnya?

oleh Rusmia Nely diperbarui 26 Feb 2024, 05:00 WIB
Forum Liputan6

Liputan6.com, Jakarta - Pada minggu ini akan ada satu hari tambahan di kalender Februari 2024 karena tahun ini adalah tahun kabisat. Kita mengingat tahun kabisat terakhir, 2020, saat itu pandemi Covid-19 tengah melanda dunia. Empat tahun kemudian, sekali lagi kita akan melewati hari kabisat yang jatuh pada hari Kamis 29 Februari.

Sekitar lima juta orang “pelompat tahun” di seluruh dunia akan merayakan ulang tahun mereka yang hadir hanya setiap empat tahun sekali.

Dilansir dari Forbes, Kamis, 22 Februari 2024, terjadi isyarat lonjakan penjualan kartu ulang tahun spesial untuk orang-orang yang lahir pada hari di tahun kabisat.

Tahun kabisat muncul hanya setiap empat tahun bertujuan menjaga kalender Gregorian untuk tetap sinkron dengan musim di bumi. Penyebabnya adalah orbit bumi terhadap matahari. Bumi menyelesaikan satu orbit penuh dalam waktu tepat 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45 detik.

Jadi, untuk menghitung 5 jam yang lebih tersebut, ia dijumlahkan setiap empat tahun menjadi satu hari ekstra di kalender. Karena bulan Februari biasanya hanya mempunyai 28 hari, disitulah disisipkan satu hari tambahan untuk menggenapkan perhitungan kalender dengan riwayat orbit bumi terhadap matahari.

Menariknya, tahun kabisat tidak hanya merujuk kepada pembulatan penanggalan untuk tahun Masehi saja, namun juga ditemukan pada perhitungan tahun Hijriah.

Sebab datangnya yang tidak setiap tahun, hari kabisat menjadi hari yang istimewa bagi sebagian kelompok masyarakat. Ada yang menyambutnya dengan perayaan tapi ada juga yang menyebut hari kabisat adalah hari buruk.

 


Tidak Semua Tahun Habis Dibagi Empat adalah Kabisat

Mitos 29 Februari menjadi inspirasi kisah sejumlah film, sementara Pemkab Bangka Tengah siapkan teleskop jelang gerhana matahari.

Jika kita hitung beberapa tahun ke belakang, tahun kabisat sebelumnya pada abad ini adalah tahun 2020, 2016, 2012, 2008, 2004, dan 2000. Tahun kabisat berikutnya adalah tahun 2028, 2032, 2036, 2040, dan seterusnya.

Aturannya tampaknya sangat sederhana. Jika suatu tahun dapat habis dibagi empat, maka itu adalah tahun kabisat. Namun, terdaoat permasalahan, tahun 2100 habis dibagi empat dan ia tidak termasuk tahun kabisat. Mengapa tidak?

“Pada tahun 46 SM, Julius Cesar mengusulkan Kalender Julian yang baru, yang akan menambahkan satu hari pada bulan terpendek dalam satu tahun (Februari) setiap empat tahun sekali dalam upaya untuk memungkinkan koreksi terhadap masalah penyimpangan seperempat hari,” kata Dr James McCormac, peneliti di Jurusan Astrofisika Universitas Warwick.

“Namun, ini adalah koreksi yang berlebihan terhadap masalah tersebut. Karena satu tahun matahari tidak persis 365,25 hari. Pada kenyataannya, satu tahun matahari adalah lebih sedikit yaitu 365,2422 hari. Selisih yang amat sedikit ini nyatanya membuat perhitungan Kalender Julian dengan orbit satu tahun bumi terhadap matahari jadi berbeda.”

Adanya selisih 0.0078 hari ini akhirnya membuat perhitungan Kalender Julian kembali dikoreksi. Penyederhanaan kalender Julian menciptakan penyimpangan 13 hari yang terakumulasi pada akhir tahun 1500-an. Hal ini menyebabkan Paus Gregorius XIII, Pontifex Maximus dari gereja Katolik, membuat kalender Gregorian pada tahun 1582.

Selain memasukkan hari kabisat setiap empat tahun, kalender Gregorian juga melewatkan tiga hari kabisat setiap empat abad.

Jadi sekarang, jika suatu tahun bisa habis dibagi empat, itu adalah tahun kabisat. Kecuali tahun tersebut juga habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400.

Dengan begitu, tahun 2100 tidak menjadi tahun kabisat, menurut Smithsonian. Hal yang sama seperti yang terjadi pada tahun 1700, 1800, dan 1900, tetapi tidak terjadi pada tahun 2000.


Mitos dan Tradisi Tahun Kabisat di Seluruh Dunia

Ilustrasi Gerhana Bulan Credit: pexels.com/Ibu

Tahun Masehi digunakan hampir oleh orang di seluruh dunia. Hadirnya tahun kabisat memunculkan bermacam mitos dan tradisi unik. Seperti yang terjadi di Irlandia. Masyarakat di sana percaya bahwa melakukan hal-hal penting seperti menikah atau bertunangan akan berakhir dengan buruk.

Tradisi unik juga ada di Skotlandia. Di hari kabisat, seorang laki-laki harus mengatakan ‘ya’ jika dilamar oleh perempuan. Jika dia menolak, sang laki-laki harus membayar denda.

Hal serupa juga ada di Denmark. Para pria harus membelikan 12 pasang sarung tangan jika ia menolak lamaran perempuan.

Secara umum, orang di Yunani, Jerman, dan Skotlandia menganggap hari kabisat sebagai ‘hari sial’. Situasi itu kontras dengan di Amerika Serikat. Hari tambahan di tahun kabisat dirayakan sebagai hari yang baik.

Begitu pula dengan London, Inggris dan Paris, Prancis. Kedua kota ini menganggap hari kabisat sebagai hari yang istimewa. Sebuah koran spesial di Paris berjudul La Bougie du Sapeur hanya dicetak setiap hari kabisat. Sedangkan di London, hari kabisat dirayakan dengan perayaan cocktail yang pertama kali dibuat resepnya oleh Harry Craddock, seorang bartender di tahun 1920-an.


Tahun Kabisat di Kalender Hijriah

Petugas melakukan pemantauan hilal awal Ramadhan 1444 H memantau hilal di Masjid Al-Musyari'in kawasan Basmol Raya, Jakarta, Rabu (22/3/2023). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kalender Masehi mungkin adalah metode perhitungan tanggal konvensional yang dipakai semua orang di seluruh dunia saat ini. Namun, di dunia Islam juga mengenal sistem penanggalannya sendiri yang disebut kalender Hijriah.

Berbeda dengan kalender Masehi yang mendasarkan perhitungan tanggal pada orbit bumi terhadap matahari, kalender Hijriah menggunakan orbit bulan terhadap bumi sebagai satuannya. Sehingga, satu bulan Hijriah adalah 29 hari 44 menit 3 detik.

Waktu bulan dalam kalender Hijriah adalah 30 dan 29 hari secara berselang-seling. Dengan begitu hadir selisih waktu yang jika dijumlahkan menghasilkan hari kabisat.

Hari kabisat dalam kalender Hijriah terjadi 11 kali dan 30 tahun dan ditempatkan pada akhir bulan Dzulhijjah yang normalnya adalah 29 hari.

Rumus menghitung tahun kabisat ini adalah angka tahun dibagi 30 tidak habis dan menghasilkan angka sisa berikut: 2, 5, 8, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29.

Contohnya adalah tahun 1423 H ketika dibagi dengan 30 tidak akan habis sebab ada angka sisa berjumlah 13. Angka 13 merupakan salah satu angka tahun kabisat, maka di tahun tersebut akan ada hari kabisat.

 

Infografis Mengenal Macam-Macam Tradisi di Kepulauan Mentawai. (Triyasni/Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya