Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia sedang mengupayakan lebih banyak insentif untuk menggelar lebih banyak acara musik, olahraga, dan budaya berskala internasional untuk menarik wisatawan, khususnya wisatawan asing, agar berbelanja lebih banyak dan tinggal lebih lama. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan ‘Swiftonomics’ untuk mendongkrak sektor pariwisata.
‘Swiftonomics’ adalah istilah yang dibuat mengacu pada efek ekonomi yang dihasilkan lewat konser Taylor Swift. Di Asia Tenggara, hanya Singapura yang kebagian jatah konser dunia The Eras Tour selama enam hari. Sebelumnya, negeri singa juga mendapat jatah menggelar konser band asal Inggris, Coldplay, selama hampir seminggu. Sedangkan, Indonesia hanya mendapat jatah sehari saja.
Advertisement
Mengutip dari laman Bloomberg, Kamis (22/2/2024), Sandi menyebut bahwa pemerintah telah menganggarkan dana pariwisata sebesar 64 juta dolar AS atau setara Rp1 triliun untuk mendorong penyelenggaraan acara semacam itu. "Kita membutuhkan apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah Singapura dan Australia, yaitu mendatangkan Taylor Swift," kata Sandiaga dalam wawancara dengan Bloomberg TV.
Ia menyambung, Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara pun berencana untuk memberlakukan lebih banyak aturan bebas visa, sambil menyederhanakan izin untuk mempermudah penyelenggaraan acara.
"Saya sangat optimistis dengan beberapa transformasi yang kita lakukan di bidang pariwisata, kita akan mampu mencapai hasil yang lebih baik di tahun mendatang," kata Sandi lagi.
Konser Taylor Swift di Singapura akan digelar pada 2--4 Maret 2024 dan berlanjut pada 7--9 Maret 2024 di Stadion Nasional Singapura, Singapura. Diperkiraan ratusan ribu Swifties akan berkumpul di konser yang berlangsung selama enam hari tersebut.
Singapura Jawab Tuduhan Monopoli Konser Taylor Swift
Sebelumnya, Dewan Pariwisata Singapura (STB) serta Kementerian Komunitas, Kebudayaan dan Pemuda negara itu (MCCY) menanggapi pertanyaan media setelah Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin yang menuduh Negeri Singa memonopoli konser Taylor Swift di Asia Tenggara.
Melansir CNA, Rabu, 21 Februari 2024, pihaknya mengakui memberi hibah untuk membantu membawa tur dunia Swift ke Singapura. Akan tetapi, mereka tidak mengonfirmasi apakah kesepakatan eksklusif sudah dicapai untuk mencegah pelantun lagu My Tears Ricochet itu menggelar konser The Eras Tour di tempat lain di Asia Tenggara, menurut pernyataan pada Selasa, 20 Februari 2024.
Pertanyaan seputar kesepakatan pertunjukan muncul pada Jumat, 16 Februari 2024, ketika Thavisin mengatakan bahwa pemerintah Singapura menawarkan 2 juta sampai 3 juta dolar AS per pertunjukan sebagai imbalan atas "kontrak eksklusif di Asia Tenggara." Srettha mengatakan, promotor konser AEG telah memberitahunya tentang ketentuan tersebut. Sebagai tanggapan bersama pada CNA, MCCY dan STB tidak merinci besaran hibah atau ketentuan yang menyertainya.
Advertisement
Lebih dari 300 Ribu Tiket Terjual
Mereka mengatakan, MCCY dan Kallang Alive Sport Management telah 'bekerja secara langsung' dengan AEG agar Swift dapat tampil di Singapore National Stadium. Pihaknya 'menyadari akan ada permintaan yang signifikan' dari penggemar lokal dan regional dari pertunjukan tersebut.
"STB pun mendukung acara tersebut melalui dana hibah," imbuh mereka. Kallang Alive Sport Management, entitas yang dimiliki sepenuhnya oleh MCCY, mengelola Singapore Sports Hub yang adalah lokasi Singapore National Stadium.
Lebih dari 300 ribu tiket telah terjual, dengan sejumlah besar penggemar Taylor Swift datang dari negara lain, kata MCCY dan STB. MCCY dan STB menyampaikan, "Kemungkinan besar, ini (konser Taylor Swift) akan bermanfaat secara signifikan bagi perekonomian Singapura, terutama aktivitas pariwisata berupa perhotelan, retail, perjalanan, serta kuliner, seperti yang terjadi di kota-kota lain di mana Taylor Swift pernah tampil."
Singapura adalah satu dari dua perhentian di Asia untuk tur dunia Swift, setelah menuntaskan empat jadwal konser di Tokyo, awal Februari 2024. Pertunjukan musisi dunia dilaporkan telah mendorong perekonomian kota-kota tujuan, terutama dalam sektor pariwisata yang berhubungan dengan konser.
Konser Selanjutnya di Paris
Tur Swift di Australia, misalnya. Nilai ekonomi konser penyanyi berusia 34 tahun itu di Melborne saja diperkirakan sebesar 1,2 miliar dolar Australia, menurut Wali Kota setempat, Sally Capp. Penyanyi itu akan mengadakan empat pertunjukan lagi di Sydney pada 23--26 Februari 2024, sehingga totalnya ada tujuh pertunjukan di Australia.
Setelah Singapura, konser Swift berikutnya akan berlangsung di Paris pada 9 Mei 2024, disusul destinasi Eropa lainnya, seperti London, Amsterdam, Milan, Munich, dan Wina. Saat pemerintah negara bagian Australia Barat mencapai kesepakatan dengan band rock Inggris Coldplay untuk pertunjukan eksklusif di Perth tahun lalu, hal itu digambarkan sebagai "kudeta pariwisata besar-besaran."
Saat itu, pihaknya mengatakan pertunjukan ini diharapkan dapat menarik ribuan pengunjung internasional dan antar negara bagian ke Australia Barat. Di lain sisi, penggemar Swift di Asia Tenggara dibuat kecewa tahun lalu ketika diumumkan bahwa Singapura akan jadi satu-satunya perhentian penyanyi-penulis lagu tersebut di wilayah ini.
Penggemar Taylor Swift di Filipina sempat mengusung kampanye melalui tagar #WeWantErasTourPhillipines. Mereka mencoba membujuk Swift agar tampil di negara tersebut.
Advertisement