Liputan6.com, Jakarta - Italia menghadiahkan Irak sebuah replika patung Asiria yang telah direkonstruksi sebagai bentuk diplomasi kebudayaan. Dibangun pada abad ke-9 SM, patung Banteng Nimrud yang berdiri setinggi 5 meter dihancurkan kelompok ISIS pada 2015. Seniman Italia lalu membuat salinan patung tersebut menggunakan teknologi pencetakan 3D.
Replika yang sebelumnya dipajang di Colosseum di Roma, lalu dibawa ke kantor pusat UNESCO di Paris. Kini, patung telah dipindahkan secara permanen menjaga pintu masuk Museum Basrah di Kota Basrah, Irak.
Advertisement
"Italia berada di garis terdepan dalam menjaga warisan budaya karena ini adalah jiwa suatu bangsa dan wujud penghargaan terhadap sejarahnya," kata Gennaro Sangiuliano, Menteri Kebudayaan Italia saat ini, dalam pernyataan yang dibacakan pada upacara peresmian museum yang dihadiri oleh warga Italia dan Irak pada Selasa, 20 Februari 2024, dikutip dari CNN, Kamis, 22 Februari 2024.
Pihaknya akan berupaya untuk memajukan kolaborasi internasional di bidang perlindungan warisan budaya dan berupaya meningkatkan kualitas pengembangan warisan budaya manusia. Rutelli yang mengepalai Associazione Incontro di Civiltà (Asosiasi Pengawas Sipil), lembaga yang mempelopori pembuatan replika patung tersebut, menulis di Facebook.
"Inilah sebuah cahaya, sebuah cahaya Italia yang berharga." Dia menambahkan bahwa sumbangan tersebut adalah 'keajaiban kecil dari kekuatan lunak (soft power) Italia, dalam hal diplomasi budaya kita'.
Patung Banteng Nimrud yang asli berada di kota kuno Nimrud, dekat Mosul modern. Itu adalah ibu kota megah yang dibangun oleh Ashurnasirpal II, raja dari Asyur yang membangun sebuah istana besar di kota tersebut.
Dihancurkan ISIS pada 2015
Kota ini dihiasi dengan relief dan sejumlah “lamassu” yang berbentuk patung singa dan banteng bersayap dengan kepala manusia berjanggut. Namun, keberadaannya luluh lantak setelah ISIS menyerbu situs arkeologi tersebut pada 2015 dan menghancurkan artefak berharga beserta dengan bangunannya dengan buldoser dan bahan peledak.
Banteng Nimrud yang berdiri di situs tersebut dan merupakan simbol peradaban Asiria, termasuk di antara monumen yang hancur. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB, UNESCO menggambarkan penghancuran Nimrud pada 2015 sebagai suatu 'kejahatan perang', dan mengatakan bahwa ISIS jelas bertekad untuk menghapus semua jejak sejarah dan identitas rakyat Irak.
Kelompok jihad ini mengecam kesenian dan arsitektur pra-Islam sebagai penyembahan terhadap berhala dan telah menghancurkan beberapa situs kuno lainnya di Irak dan negara tetangga, Suriah.
Setelah serangan tersebut, tim ahli yang dipimpin oleh pemulih Nicola Salvioli mempelajari foto dan video monumen tersebut. Mereka pun dapat membuat model dari polistirena. Mereka kemudian menggunakan printer 3D untuk membuat salinan fiberglass yang dilapisi dengan bahan plastik yang dicampur dengan debu batu agar tampak lebih asli.
Advertisement
Patung Replika Sempat Berpindah-pindah
Proyek ini dibiayai oleh Associazione Incontro di Civiltà. Banteng tersebut dipamerkan pada pameran 2016 di Colosseum bertajuk 'Rinascere dalle distruzioni' (“Dilahirkan kembali dari kehancuran”) bersama dengan dua proyek rekonstruksi lainnya, yakni sebagian langit-langit Kuil Bel di Palmyra dan ruang arsip istana kerajaan di Ebla.
Tahun berikutnya, replika patung tersebut dipindahkan ke kantor pusat UNESCO di Paris, dan berdiri di luar pintu masuk sebagai 'simbol komitmen organisasi untuk berbagi sejarah dan meneruskan nilai-nilai yang dibawanya kepada generasi mendatang', kata UNESCO.
Kembalinya patung tersebut ke Irak menyusul restitusi besar-besaran ke negara tersebut pada Juni 2023, ketika Italia menyerahkan sebuah tablet berukir teks paku dan lambang Raja Asyur Shalmaneser III, penerus Ashurnasirpal II, kepada Presiden Irak Abdul Latif Rashid selama kunjungan kenegaraannya ke Italia. Keadaan seputar bagaimana cara kedatangan tablet tersebut ke Italia masih belum jelas.
Fenomena Ikonoklasme dalam Kasus Penghancuran Kota Nimrud
Ikonoklasme merujuk pada praktek ideologi menghancurkan simbol, gambar, ataupun monumen yang berkaitan dengan kekuasaan atau kebudayaan sebelumnya dan paling sering dilakukan karena alasan agama maupun politis. Praktek ikonoklasme bukanlah hal yang jarang terjadi. Sejak 2000, diperkirakan sudah terjadi empat kali tindakan penghancuran terhadap benda warisan budaya dunia, dikutip dari National Geographic.
Pada 2001, pasukan militan Taliban menghancurkan patung Buddha Bamiyan yang terletak di Lembah Bamiyan. Sepasang patung Buddha yang dipahatkan pada tebing batu ini dihancurkan menggunakan bahan peledak hingga tidak tersisa.
Penghancuran terhadap kota bersejarah Nimrud pada 2015 bersamaan dengan peledakan terhadap Kuil Kuno Palmyra di Tadmur, Suriah. Wilayah Tadmur menyimpan kekayaan arkeologis yang berasal dari masa Neolitik hingga Peradaban Pra-Islam.
Praktik penghancuran tidak selalu karena alasan agama, seperti yang terjadi pada Piramida di kompleks Nohmul, Belize. Masyarakat mengambil batuan dari piramida tersebut untuk membangun jalan. Hal demikian dapat terjadi sebab kurangnya perhatian terhadap benda warisan budaya dan penjagaan yang lemah serta tidak ada penegakan terhadap peraturan yang berlaku.
Advertisement