Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup menguat 45 poin dalam perdagangan Kamis sore (22/2/2024) menjadi 15.589 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.642 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah sempat melemah 30 poin.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.550 per dolar AS - 15.620 per dolar AS," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis dikutip Kamis (22/2/2024).
Advertisement
Perkiraan Bank Indonesia (BI) menunjukkan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik di kisaran 4,7-5,5% tahun ini. Tercatat pada kuartal IV 2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% (yoy), meningkat dari 4,94% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
"Prospek ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia serta tetap baiknya permintaan domestik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi," papar Ibrahim.
Dalam konferensi pers RDG pada Rabu kemarin, Bank Indonesia mengatakan akan terus memperkuat bauran kebijakan, khususnya melalui kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran, serta bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di sisi permintaan domestik.
Dalam pertumbuhan di kuartal IV 2023, ekonomi Indonesia didukung oleh kenaikan ekspor, peningkatan investasi bangunan, dan dampak positif pelaksanaan Pemilu.
Berdasarkan lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi 2023 antara lain ditopang oleh LU yang terkait mobilitas seperti Perdagangan Besar dan Eceran.
"Transportasi dan Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat terjadi di banyak wilayah Indonesia dengan kinerja pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Kalimantan dan Jawa," Ibrahim menyoroti.
Dolar AS Melemah
Sementara itu, dolar Amerika Serikat atau USD melemah pada Kamis, 22 Februari 2024.
USD melemah menyusul keluarnya risalah pertemuan The Fed pada akhir Januari 2024, yang menunjukkan bahwa bank sentral AS tersebut tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga lebih awal.
Gagasan ini pun diserujui oleh sejumlah pejabat The Fed pekan ini, yang menyebutkan kekhawatiran atas inflasi yang stagnan dan kuatnya perekonomian AS.
"Komentar tersebut membuat sebagian besar pedagang menghapus ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret dan Mei, sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Juni," ungkap Ibrahim.
Advertisement
Peluang Penurunan Suku Bunga
Menurut alat CME Fedwatch, para pedagang kini memperkirakan peluang sebesar 53,6 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni mendatang, dan peluang sebesar 28,7 persen agar suku bunga tetap stabil.
Sementara itu, investor masih menunggu apakah pemerintah Tiongkok akan meluncurkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut.
Sejumlah langkah dukungan dari pemerintah Tiongkok telah mendorong peningkatan komoditas dalam beberapa sesi terakhir.
"Namun pasar kini menunggu untuk melihat apakah pemerintah akan memberikan lebih banyak dukungan, mengingat perekonomian Tiongkok sedang mengalami pertumbuhan yang lemah selama tiga tahun," tambah Ibrahim.