Rhoma Irama Ungkap Dugaan Kecurangan Pemilu 2024: Panggilan Bersama untuk Kejujuran dan Transparansi

Rhoma Irama menduga ada kecurangan dalam Pemilihan Umum 2024.

oleh Aditia Saputra diperbarui 22 Feb 2024, 22:59 WIB
Rhoma Irama bersama dengan penggemarnya yang dikenal sebagai Rhomais, memunculkan keprihatinan atas dugaan kecurangan dalam Pemilihan Umum 2024.

Liputan6.com, Jakarta Rhoma Irama, ikon musik dangdut Indonesia, bersama dengan penggemarnya yang dikenal sebagai Rhomais, seperti Forsa, Fahmi Tamami, dan Pamdi, serta beberapa organisasi seperti Fuhabi, Pejabat, dan Pin, memunculkan keprihatinan atas dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024. Dalam sebuah acara yang dihadiri oleh sejumlah tokoh ternama seperti Ratu dangdut Hj. Elvy Sukaesih, Camelia Malik, dan tokoh peran Soultan Saladin, Rhoma Irama mengajak masyarakat untuk melaporkan setiap tindak kecurangan kepada pihak berwenang. 

Dalam ungkapannya, Raja Dangdut menyatakan bahwa upaya untuk memperjuangkan kejujuran dan keadilan dalam proses pemilihan umum sangat penting. Ia menyoroti bahwa kecurangan sering kali terjadi sebelum proses penghitungan suara dimulai, terlihat dari maraknya penggelontoran bantuan sosial (bansos) dan praktik politik uang.

"Pemilihan umum, yang seharusnya menjadi pesta rakyat yang jujur dan adil, kini terasa menjadi pesta kelompok tertentu. Kebebasan berpendapat dan memilih telah terkendala oleh tekanan, dan kita melihat adanya politik uang dan bansos menjelang Pemilu," ujar Rhoma Irama kepada wartawan di Studio Soneta Record, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024).

 


Tidak Dicintai

Rhoma Irama bersama dengan penggemarnya yang dikenal sebagai Rhomais, memunculkan keprihatinan atas dugaan kecurangan dalam Pemilihan Umum 2024.

Rhoma Irama menambahkan bahwa Pemilu yang prosesnya cacat dan tidak transparan dapat menghasilkan pemimpin dan pemerintahan tanpa legitimasi di mata rakyat. Ia menekankan bahwa pemerintahan yang lahir dari proses yang cacat hanya akan ditakuti, tanpa mendapatkan cinta dari rakyat. 

"Jika dalam proses penuh cacat, maka hanya akan menghasilkan pemerintahan yang tidak punya legitimasi kokoh di mata rakyat. Pemimpin yang ditakuti, tetapi tidak dicintai rakyatnya,” lanjutnya.

 


Kekecewaan

Rhoma Irama bersama dengan penggemarnya yang dikenal sebagai Rhomais, memunculkan keprihatinan atas dugaan kecurangan dalam Pemilihan Umum 2024.

Dalam pandangan yang senada, Elvy Sukaesih, juga hadir dalam acara tersebut, menyuarakan kekecewaannya terhadap dugaan kecurangan. Ia menyatakan bahwa sebagai seniman, ia merasa terpanggil untuk bersuara dan berjuang melawan ketidakadilan.  

“Sebagai penyanyi seniman saya merasa terpanggil untuk hal ini,  nggak kuat mau nangis gregetan nyata-nyata dicurangin, gak ada malunya sama sekali. Ayo berjuang bersama apa yang kita lakukan lawan turun karena bukan apa apa kita harus berubah, kita gak lama sampai pikirkan regenerasi anak cucu cicit semua emak sudah teriak beras mahal sekarang. Saya turut raja dangdut kita berjuang bersama demi untuk semua rakyat Indonesia,” kata Elvy Sukaesih.

Rhoma Irama mengajak masyarakat untuk memastikan bahwa Pemilu berlangsung secara transparan. Dia mengingatkan masyarakat untuk terus mengawasi proses penghitungan suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Namun, Rhoma juga menekankan pentingnya untuk tidak terprovokasi dan meminta pendukung dari berbagai pasangan calon agar tidak diadu domba.

“Kita harus mengawal dan memastikan Pemilu berlangsung jujur dan adil, dengan ikut mengawasi perhitungan suara di KPU, serta menyampaikan berbagai bukti kecurangan kepada pihak yang bertanggung jawab. Selain itu untuk pendukung paslon 01, paslon 02 dan paslon 03  saya menghimbau agar tidak terprovokasi untuk diadu domba, yang akan membuat situasi semakin parah,” ujar Rhoma Irama.

 


Baca Puisi

Dalam acara tersebut, Rhoma Irama juga membacakan Deklarasi Pernyataan Sikap Rhomais terhadap perkembangan Pemilu dan penghitungan suara yang dianggap penuh kecurangan. Deklarasi tersebut mencakup empat poin, antara lain mengawal dan memastikan Pemilu berlangsung jujur dan adil, menyampaikan bukti kecurangan kepada pihak berwenang, mendorong Bawaslu, MK, dan DPR untuk mengambil keputusan adil terkait manipulasi yang terjadi, dan mendesak para pemimpin untuk menggunakan hati nurani dan akal sehat serta menjadikan etika dan moral sebagai nilai utama. 

Dalam acara deklarasi, hadir pula berbagai organisasi dan kelompok seperti FORSA, FAHMI TAMAMI, PAMDI, FUHAB, PEJABAT, dan PIN, yang semuanya bergandengan tangan untuk mengawal perubahan demi Indonesia yang lebih baik. Keberlanjutan kasus ini dan respons dari lembaga berwenang akan terus menjadi sorotan, memperkuat narasi tentang pentingnya partisipasi masyarakat untuk menjaga integritas demokrasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya