Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia naik pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta) di tengah tanda-tanda pengetatan pasar global dan prospek geopolitik di Timur Tengah yang masih belum pasti.
Dikutip dari CNBC, Jumat (23/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak bulan April naik 70 sen, atau 0,9% menjadi USD 78,61 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak bulan April bertambah 64 sen atau 0,77%, menjadi USD 83,67 per barel.
Advertisement
Ahli Strategi UBS Giovanni Staunovo mengatakan, pasar minyak mungkin mengalami pengetatan akibat badai musim dingin di Amerika Utara bulan lalu yang menghancurkan 1,4 juta barel per hari produksi minyak mentah global. Gangguan terkait cuaca terjadi pada saat yang sama permintaan minyak India meningkat 8,2% YoY di bulan Januari.
Sementara itu, kepatuhan terhadap pengurangan produksi OPEC+ telah meningkat dengan ekspor turun sekitar 900.000 barel pada bulan Februari, tingkat terendah sejak Agustus 2023.
“Kami mempertahankan pandangan yang cukup positif karena kami memperkirakan pasar minyak akan tetap kekurangan pasokan tahun ini,” tulis Staunovo.
Stok Minyak
Di AS, stok minyak mentah komersial naik 3,5 juta barel pada minggu lalu sementara total persediaan termasuk produk jadi sebagian besar datar, menurut Badan Informasi Energi (EIA). Stok AS telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena tingkat pemanfaatan kilang yang menurun.
Prospek geopolitik di Timur Tengah masih belum pasti karena AS berupaya mencapai gencatan senjata di Gaza sementara ketegangan meningkat di perbatasan Israel-Lebanon dan di Laut Merah.
Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis untuk membahas upaya pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Gencatan senjata sementara sebagai imbalan pembebasan sandera di Gaza berpotensi mengurangi risiko konflik yang melanda Timur Tengah dan mengganggu pasokan minyak mentah.
Namun Israel telah melancarkan serangan berulang kali terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon dalam beberapa hari terakhir, dan militan Houthi di Yaman terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Analis Prediksi Harga Emas dan Minyak Perkasa, Ini Faktor Pendorongnya
Analis Citi prediksi harga emas dan harga minyak dunia dapat melambung masing-masing ke USD 3.000 per ons dan USD 100 per barel dalam jangka waktu 12 hingga 18 bulan ke depan.
Dikutip dari CNBC, ditulis Kamis (22/2/2024), kenaikan ini dapat disebabkan dari tiga faktor, salah satunya aksi bank sentral. Kepala Riset Komoditas Citi untuk Amerika Utara Aakash Doshi melihat, emas yang saat ini dijual seharga USD 2.016 dapat melonjak hingga 50% apabila berbagai bank sentral meningkatkan pembelian logam mulia, terjadi stagflasi, dan resesi global.
Demam Emas
Analis di Citi, termasuk Doshi, melaporkan faktor yang akan menjadi penyebab kenaikan emas hingga USD 3.000 adalah percepatan tren dedolarisasi yang terjadi di berbagai bank sentral negara berkembang. Hal ini juga akan menyebabkan krisis kepercayaan pada dolar Amerika Serikat (AS).
Doshi menambahkan, hal ini dapat menyebabkan peningkatan pembelian emas bank sentral yang dapat menggantikan konsumsi perhiasan sebagai pendorong terbesar transaksi emas.
Pembelian emas oleh berbagai bank sentral telah "meningkat ke level rekor” beberapa tahun ini. Citi menduga diversifikasi pasar dan mengurangi risiko kredit seiring aksi beli emas tersebut. Bank sentral Rusia dan China membeli emas secara besar-besaran, disusul oleh India, Turki, dan India.
Dewan Emas Dunia melaporkan bank sentral di seluruh dunia membeli emas dengan jumlah rata-rata lebih dari 1.000 ton selama dua tahun ini. Doshi menyatakan apabila jumlah rata-rata pembelian emas kembali ke 2.000 ton, pasar emas dapat menjadi lebih optimistis.
Advertisement
Resesi Global
Faktor lain yang dapat membuat harga emas melonjak adalah “resesi global” yang akan menyebabkan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) memangkas suku bunganya.
"Itu artinya suku bunga bukan lagi di 3%, melainkan 1% bahkan kurang dari itu. Hal itu yang akan membuat harga emas naik ke USD 3,000” ujar Doshi, yang menyatakan skenario ini memiliki kemungkinan kecil.
Harga emas umumnya mengikuti suku bunga. Suku bunga yang rendah menyebabkan emas lebih diminati daripada aset fixed-income seperti obligasi yang nilainya akan berkurang jika suku bunga sedang turun.
Suku bunga yang ditentukan oleh The Fed sejak Juli 2023 berada di antara 5,25%-5,5%, tertinggi sejak Januari 2001 dimana suku bunga mencapai 6% karena peristiwa gelembung dot-com. Pasar dunia prediksi the Fed memangkas suku bunganya pada Mei atau Juni.
Stagflasi — ditandai dengan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya pengangguran — dapat menjadi penyebab peningkatan harga emas, walaupun Doshi menyatakan bahwa kemungkinan tersebut “sangatlah kecil”.
Emas dikenal sebagai komoditas yang aman dan tidak terlalu dipengaruhi bahkan oleh ketidakpastian ekonomi ketika investor beralih dari komoditas yang lebih beresiko seperti saham.
Meskipun dibayangi tiga faktor tersebut, Citi masih yakin pasar emas akan berkisar USD 2.150 di paruh kedua 2024 dan sedikit lebih dari USD 2,000 di paruh pertama tahun ini. Doshi menambahkan harga emas dapat mencapai rekor baru pada akhir tahun 2024.