GRP Resmikan PLTS Atap Berkapasitas Total 9,3 MWp, Salah Satu Terbesar di Jawa Barat

Dengan peresmian ini, total kapasitas listrik terpasang dari energi surya yang berasal dari GRP mencapai 9,3 MWp (Megawatt Peak), menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Feb 2024, 10:18 WIB
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) tahap II yang terpasang di area operasional perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) tahap II yang terpasang di area operasional perusahaan.

Tahap ke II dari PLTS atap ini diresmikan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Mohamad Priharto Dwinugroho, beserta jajaran manajemen GRP, TotalEnergies ENEOS, PLN UPT Bekasi dan PLN UP3 Cikarang.

Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen GRP sebagai bagian dari strategi Net Zero yang telah diumumkan sebelumnya.

Dengan peresmian ini, total kapasitas listrik terpasang dari energi surya yang berasal dari GRP mencapai 9,3 MWp (Megawatt Peak), menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat.

Tahap 1 memiliki kapasitas sebesar 0,9 MWp, sementara tahap 2 memiliki kapasitas sebesar 8,4 MWp. GRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada tahun 2025 serta diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 47.400 ton per tahun.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Mohamad Priharto Dwinugroho, mengapresiasi inisiatif GRP. 

"Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, dan pencapaian target bauran energi nasional sebesar 23% dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun 2025. Salah satu program strategis dalam upaya ini adalah pengembangan PLTS Atap secara luas. Tindakan yang diambil oleh GRP adalah contoh nyata dari kepedulian lingkungan, serta merupakan kontribusi swasta dalam mendukung tujuan pemerintah," jelas dia.

Industri baja memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut data dari Kementerian Perindustrian, konsumsi baja dalam negeri selama lima tahun terakhir mencapai rata-rata 15,62 juta ton per tahun.

Namun, tantangan baru muncul bagi industri baja akibat komitmen global untuk mencapai target net zero emisi karbon pada pertengahan abad ini.

 


Tantangan

Emiten baja PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP)

Produksi baja secara global menyumbang sekitar 7% dari total emisi karbon. Dengan permintaan baja yang diperkirakan meningkat sekitar 15-20% antara tahun 2030 dan 2050, produsen baja harus lebih proaktif dalam mengelola risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di seluruh rantai nilai.

”PLTS Atap yang telah terpasang di area operasinal kami sejalan dengan 5 Pilar ESG GRP, terutama Pilar No.3 tentang Transisi Energi dan Solusi Rendah Karbon, di mana perusahaan merespons dan mengelola risiko dan peluang terkait iklim sepanjang rantai nilai. Dengan telah terpasangnya PLTS Atap tahap II ini, secara total GRP berhasil melakukan pengurangan emisi karbon hingga sekitar 1500 ton Co2e,” jelas Presiden Direktur GRP Fedaus.

GRP bekerjasama dengan TotalEnergies ENEOS, yang bertanggung jawab dalam desain dan pemilihan mitra EPC terpercaya untuk pelaksanaan konstruksi untuk setiap tahapan proyek PLTS Atap.

Dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, PLTS Atap ini dilengkapi sejumlah sensor untuk memantau radiasi, temperatur, kecepatan angin dan suhu sekitar.

Selain itu, sistem juga akan bekerja dengan pemantauan jarak jauh dengan mengirimkan data analisis performa dengan menampilkan jejak karbon.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya