Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang akhir pekan ini bergerak melemah tipis. Namun, ada potensi penguatan pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Jumat (23/2/2024), nilai tukar rupiah dibuka turun 12 poin atau 0,08 persen menjadi 15.602 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.590 per dolar AS.
Advertisement
"Optimisme Bank Indonesia (BI) terhadap perekonomian Indonesia seperti tertuang dalam pernyataan hasil rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, masih memberikan sentimen positif ke rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
BI mengatakan pertumbuhan ekonomi dalam negeri lebih baik daripada proyeksi semula didukung oleh kenaikan ekspor, peningkatan investasi, dan dampak positif pelaksanaan pemilu.
Pada triwulan IV 2023, pertumbuhan tercatat sebesar 5,04 persen year-on-year, meningkat dari 4,94 persen year-on-year pada triwulan sebelumnya, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 mencapai 5,05 persen year-on-year.
Selanjutnya, ekonomi Indonesia pada 2024 diprediksi meningkat dalam kisaran 4,7-5,5 persen. Prospek ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia serta tetap baiknya permintaan domestik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi.
The Fed
Di sisi lain, pagi ini Gubernur Federal Reserve (The Fed) Christopher Waller mengatakan bahwa tahun ini besar kemungkinan suku bunga acuan AS akan diturunkan tapi mengenai waktu dan besarannya masih belum bisa dipastikan.
The Fed masih perlu mengevaluasi data-data ekonomi terbaru, paling tidak dua bulan ke depan. Pernyataan Waller yang menegaskan peluang pemangkasan suku bunga acuan ini bisa mendorong pelemahan lebih lanjut dolar AS di sesi Asia ini.
Sebelumnya, di notulen rapat The Fed yang dirilis kemarin, dalam rapat kebijakan, The Fed tidak lagi membahas soal pengetatan, tapi soal waktu pemangkasan suku bunga acuan AS.
Ariston memperkirakan potensi penguatan rupiah hari ini ke arah 15.550 per dolar AS sampai dengan 15.530 per dolar AS dengan potensi resisten di sekitar 15.620 per dolar AS.
BI Klaim Rupiah Lebih Jos dari Ringgit Malaysia hingga Won Korea
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah ketegangan geopolitik dunia. Hal ini tercermin dari pelemahan (depresiasi) nilai tukar Rupiah yang lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia hingga Won Korea Selatan.
"Nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2024).
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen. Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023.
"Sementara Won Korea, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand melemah masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen," bebernya.
Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia untuk mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Advertisement
Persepsi Positif
Ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing. Kemudian, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market.
"Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," imbuh Perry mengakhiri.