Liputan6.com, Jakarta - Menstruasi merupakan proses alami yang dialami wanita setiap bulan. Namun, bagi sebagian wanita, menstruasi bisa menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan. Nyeri haid yang parah, pendarahan berlebihan, dan kram yang tak tertahankan bisa menjadi tanda bahwa menstruasi kamu bermasalah.
Dilansir dari Health Care University of Utah, Pusat Penelitian Siklus Menstruasi dan Ovulasi menyatakan bahwa volume aliran darah saat mens dapat bervariasi. Mulai dari bercak darah atau flek hingga lebih dari dua gelas (540 ml) dalam satu siklus menstruasi.
Advertisement
"Jika volume aliran menstruasi anda menjadi lebih deras dan berkelanjutan dari waktu ke waktu (lebih dari 2 atau 3 bulan), saya merekomendasikan untuk segera melakukan evaluasi untuk melihat apa yang sedang terjadi," kata Melanie Harker, seorang Obstetri & Ginekologi di Health Care University of Utah.
Selain itu, kram saat menstruasi juga bisa menjadi tanda dari menstruasi yang bermasalah. Kram menstruasi atau dismenore dialami lebih dari setengah wanita. Namun, perlu dibedakan antara kram yang normal dengan kram yang sangat sakit, yang bisa menjadi tanda masalah serius.
Obat penghilang rasa sakit umumnya mampu meredakan kram menstruasi, tetapi jika rasa sakit tidak mempan dengan obat, itu bisa menjadi gejala sesuatu yang lebih serius. Rasa sakit yang menyebar ke bagian tubuh lain juga perlu diwaspadai.
"Jika rasa sakit lebih akut, merambat ke punggung atau ke bawah kaki, konsultasikan dengan dokter Anda," kata Harker.
Gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda awal terdapatnya masalah pada oragn reproduksi wanita, salah satunya endometriosis. Maka dari itu, mari kita kenali lebih jauh tentang endometriosis sejak dini. Dengan memahami gejala dan pengobatannya, wanita dapat segera mencegah hal yang lebih parah untuk terjadi.
Mengenal Endometriosis
Menstruasi memang bukan pengalaman yang menyenangkan bagi banyak wanita. Perubahan mood, kembung, dan kram adalah hal yang umum terjadi. Namun, bagi mereka yang memiliki endometriosis, menstruasi bisa menjadi pengalaman yang sangat tidak tertahankan. Kram yang parah dan mengganggu menjadi ciri khas menstruasi bagi para penderita endometriosis.
Berbeda dengan menstruasi normal, endometriosis terjadi ketika lapisan rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim. Endometrium tersebut biasanya akan tumbuh di sekitar ovarium atau di bawah rahim. Saat lapisan ini luruh, terjadi pendarahan internal di panggul, yang menyebabkan nyeri, peradangan, pembengkakan, dan bekas luka.
Endometriosis bukanlah penyakit yang langka. Kondisi ini telah mempengaruhi ratusan ribu wanita setiap tahunnya. Endometriosis dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan wanita. Rasa sakit yang parah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, sekolah, dan bersosialisasi. Endometriosis juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Infertilitas adalah komplikasi lain yang umum dari endometriosis.
Endometriosis memang terdengar menyeramkan dan serius, tetapi dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, wanita dengan endometriosis dapat menjalani hidup yang normal dan bebas rasa sakit.
Advertisement
Kenali 5 Tanda Endometriosis
Dilansir dari John Hopkins Medicine, Khara Simpson, M.D., seorang Ginekologis mengatakan bahwa terdapat 5 tanda endometriosis yang dapat diperhatikan.
1. Nyeri Menstruasi yang Tidak Normal
Nyeri menstruasi memang umum terjadi, namun bagi wanita dengan endometriosis, rasa sakitnya bisa jauh lebih parah. Kram yang dialami bisa sangat hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan membuat mereka tidak bisa bekerja atau mengurus diri sendiri dan anggota keluarga.
Menurut Simpson, "Nyeri ringan saat menstruasi adalah normal, tetapi nyeri yang menghentikan seorang wanita dari bekerja, sekolah, atau kegiatan sehari-hari lainnya tidak normal dan harus diperiksakan ke ginekolog."
2. Nyeri Panggul yang Parah
Nyeri panggul kronis dan parah dapat dialami wanita dengan endometriosis, bahkan di luar periode menstruasi. Hal ini bisa menjadi indikasi penyakit yang sudah parah atau sulit diobati, serta kemungkinan adanya bekas luka akibat peradangan dan pendarahan internal yang terjadi pada endometriosis.
3. Nyeri Saat Berhubungan Seksual
Salah satu gejala umum endometriosis yang sering diabaikan adalah seks yang menyakitkan, atau dikenal sebagai dispareunia. Endometriosis di bawah rahim dapat menyebabkan rasa nyeri yang intens dan terlokalisasi saat penetrasi. Rasa sakit ini dapat membuat hubungan seksual menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan dan bahkan traumatis bagi wanita yang menderitanya.
4. Kista Ovarium
Kista ovarium adalah salah satu tanda endometriosis. Kista ini terbentuk ketika jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim menempel pada ovarium.
Meskipun banyak kista ovarium normal dan hilang dengan sendirinya, endometrioma, kista yang terkait dengan endometriosis, dapat menjadi besar dan menyakitkan. Pada kasus yang parah, endometrioma mungkin perlu diangkat melalui operasi.
5. Infertilitas
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun meskipun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi. Sekitar 25% hingga 50% wanita infertil menderita endometriosis. Hal ini karena endometriosis dapat menyebabkan jaringan parut dan kerusakan pada tuba fallopi, yang dapat mencegah sel telur bertemu sperma.
Endometriosis juga dapat menyebabkan peradangan pada tuba fallopi, yang dapat mengganggu kemampuan sel telur untuk dibuahi. Penelitian juga menunjukkan bahwa endometriosis dapat memengaruhi kualitas sel telur dan mengurangi jumlah sel telur dalam tubuh, sehingga lebih sulit untuk hamil.
Lima gejala tersbut tidak selalu menandakan endometriosis, kata Simpson. "Sulit untuk menentukan sumber nyeri hanya berdasarkan gejala, sehingga konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan. Bahkan, perlu diingat bahwa banyak wanita dengan endometriosis tidak merasakan nyeri atau gejala sama sekali."
Diagnosa dan Pengobatan Endometriosis
Endometriosis merupakan kondisi yang hanya dapat didiagnosis melalui tindakan bedah, terutama laparoskopi invasif. Gejala khasnya adalah dismenore atau nyeri saat menstruasi, yang dapat dialami oleh hingga 90% wanita secara umum, dengan sekitar 30% mengalami gejala parah. Namun, karena dismenore juga umum terjadi pada populasi wanita umumnya, diagnosis endometriosis memerlukan evaluasi lebih lanjut melalui laparoskopi. Proses ini memungkinkan dokter untuk melihat organ panggul dan mengambil sampel jaringan untuk biopsi.
Jika gejala tersebut tetap bersifat persisten setelah terapi konservatif atau laparoskopi, disarankan untuk mencari pusat spesialis endometriosis untuk penanganan lanjutan.
Pengobatan untuk endometriosis seringkali melibatkan penggunaan obat-obatan seperti pil kontrasepsi atau agonis hormon gonadotropin-releasing yang menekan kelenjar pituitari untuk mengurangi produksi hormon yang merangsang endometriosis.
Dalam hal nyeri panggul yang parah saat menstruasi, Simpson menekankan bahwa hal ini tidaklah normal. Wanita disarankan untuk mencari bantuan dan pengobatan yang tepat untuk gejala mereka.
Disamping itu, dengan mengetahui bahwa tidak semua wanita dengan endometriosis mengalami nyeri atau gejala lainnya, diagnosis yang tepat dan penanganan yang tepat sangat penting untuk kesejahteraan dan kualitas hidup pasien.
Advertisement