Angin Puting Beliung di Rancaekek Indonesia Curi Perhatian Media Asing

Tak hanya jadi sorotan warga Tanah Air, peristiwa angin puting beliung di Rancaekek-Jatinangor, Jawa Barat, ternyata juga mencuri perhatian sejumlah media asing.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Feb 2024, 13:04 WIB
Ilustrasi Angin Puting Beliung/https://unsplash.com/Nikolas Noonan

Liputan6.com, Jakarta - Angin kencang melanda daerah Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu 21 Februari 2024 sore. Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bandung menyatakan, kecepatan angin tersebut mencapai 36,8 km/jam. 

BMKG menyebut kejadian Rancaekek disebut sebagai Small Tornado atau angin puting beliung.

Kejadian angin puting beliung disertai hujan deras dilaporkan menerjang kawasan industri di Rancaekek-Jatinangor, Jawa Barat, pukul 15.30 WIB.

Berdasarkan video amatir yang tersebar di media sosial X, terlihat amukan angin yang membuat lokasi di sekitarnya porak poranda.

Salah satu rekaman video menunjukkan bangunan pabrik Kahatex di kawasan Rancaekek mengalami kerusakan yang cukup parah.

Bahkan, di media sosial X, video angin puting beliung itu menjadi trending topic dengan tagar Rancaekek.

Tak hanya jadi sorotan warga Tanah Air, peristiwa angin puting beliung itu ternyata juga mencuri perhatian sejumlah media asing.

Media Inggris BBC memberitakan peristiwa tersebut melalui artikel bertajuk Indonesia hit by some of strongest winds recorded. Menyorot sejumlah orang yang terluka akibat hempasan angin kuat tersebut.

"Indonesia telah dilanda angin kencang yang tercatat di negara ini, melukai sedikitnya 33 orang. Bangunan-bangunan rusak ketika angin menerjang Kota Sumedang di provinsi Jawa Barat," tulis BBC, yang dikutip Jumat (23/2/2024).

Media Inggris lainnya, Reuters, menggunakan judul "Indonesia investigates after first large-scale tornado strikes". Outlet berita ini menyorot penyataan Ahli Klimatologi Badan Penelitian Pemerintah BRIN Erma Yulihastin yang akan merekonstruksi dan menyelidiki puting beliung tersebut.

Reuters mengutip postingan di aplikasi media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter, di mana Erma Yulihastin mengatakan hal itu mirip dengan jenis angin kencang yang sering terjadi di belahan bumi utara. Hingga saat ini, hanya angin smaller tornadoes (tornado berukuran lebih kecil) yang dikenal dengan nama "angin puting beliung" yang tercatat terjadi di Indonesia.


Sorotan Singapura hingga Amerika

Ilustrasi Angin Puting Beliung Credit: pexels.com/Ralph

Sementara itu, media Singapura, Channel News Asia (CNA) menggunakan judul serupa dengan Reuters, yakni "Indonesia investigates after first large-scale tornado strikes".

Dengan judulnya yang sama dengan BBC, media asing lainnya dari Amerika Serikat, AOL.com, turut menyorot peristiwa angin puting beliung di Indonesia tersebut.

Sedangkan media AS lainnya, foxweather.com memuat artikel bertajuk "Indonesia tornado rips roofs off homes, injures dozens".

"Tornado melanda masyarakat di Pulau Jawa, di Indonesia bagian selatan, pada hari Rabu (21/2), merusak rumah dan mengirim lebih dari dua lusin orang ke rumah sakit setempat. Video yang diambil dari provinsi Jawa Barat menunjukkan atap-atap rusak dan puing-puing berhamburan seiring angin kencang berputar di sekitar pusaran air," sorot foxweather.com.


Tanggapan BRIN Soal Angin Puting Beliung

Gedung Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jalan MH Thamrin, Jakarta. (Liputan6.com/Muhammad Ali)

Sebelumnya, kejadian angin kencang yang melanda Kabupaten Bandung dan Sumedang itu dinilai identik dengan angin tornado yang biasa terjadi di Amerika Serikat. Anggapan ini disampaikan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yuliastian.

Dalam penjelasannya, Erma di antaranya melihat kejadian angin kencang Rancaekek dari aspek struktur atau bentuk angin kencang, durasi hingga efek.

Secara struktur, tornado Rancaekek dinilai mirip dengan tornado di Amerika Serikat. Angin tersebut membentuk spiral disertai turunnya gumpalan awan menyerupai bentuk corong.

"Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen," kata Erma lewat cuitan di akun X, dikutip Liputan6.com, Kamis (22/4/2024).


Daya Rusak Kuat

Ilustrasi Angin Puting Beliung/https://unsplash.com/Nikolas Noonan

Selain itu juga soal durasi. Dalam kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, kata Erma, kejadiannya biasanya berlangsung hanya sekitar 5-10 menit. Tornado Rancaekek diperkirakan lebih lama dari waktu tersebut.

"Ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," katanya.

Selain itu, efek yang timbul akibat tornado juga diperkirakan bisa lebih merusak, sebab kekuatan angin tornado lebih tinggi serta memiliki radius lebih luas dari angin puting beliung.

"Efek tornado beda dengan puting beliung. Tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam," katanya.

Meski demikian, kata Erma, tim periset dari BRIN akan melakukan investigasi terkait kejadian di Rancaekek.

"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2). Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," katanya.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya