Putin Malah Dukung Biden Usai Dicap Gila

Putin mengatakan bahwa Biden adalah calon kandidat presiden AS yang lebih disukai Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Feb 2024, 22:38 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin (71) justru memuji Joe Biden pada Kamis (22/2/2024) setelah menyebutnya sebagai "Crazy Sob (son of a bitch)" alias "bajingan gila". Dengan tersenyum dia mengatakan pernyataan tersebut menunjukkan mengapa Kremlin merasa Joe Biden (81) adalah calon presiden Amerika Serikat (AS) yang lebih disukai dibanding Donald Trump (77).

"Kami siap bekerja sama dengan presiden mana pun. Tapi saya yakin bagi kami, Biden adalah presiden yang lebih disukai Rusia dan menilai dari apa yang baru saja dia katakan, saya benar sekali," kata Putin kepada televisi pemerintah sambil sedikit tersenyum, seperti dilansir Reuters, (23/2).

Putin menuturkan bahwa pernyataannya sebelumnya yang mengatakan bahwa Biden adalah kandidat pilihan Rusia telah memicu reaksi yang memadai dari Biden.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov menginformasi pihaknya telah mengirimkan surat protes keras kepada Kementerian Luar Negeri AS mengenai sifat keterlaluan dan tidak dapat diterima atas pernyataan Biden.

"Menjelang pemilu AS pada November, perbuatan berani seperti itu akan menjadi rutinitas," sebut Antonov.

Biden menyebut Putin sebagai bajingan gila saat penggalangan dana di California pada Rabu (21/2) malam.

Sejauh ini, menurut laporan Reuters, belum pernah ada presiden AS yang pernah menggunakan kata-kata menghina seperti yang disampaikan Biden di muka umum untuk menggambarkan pemimpin Kremlin yang sedang menjabat.  Namun, pada tahun 1983, Presiden AS Ronald Reagan pernah menyinggung Kremlin dengan menyebut Uni Soviet sebagai "kerajaan jahat", meskipun penghinaan pribadi terhadap para pemimpin jarang terjadi pada Perang Dingin.


Merendahkan AS

Foto yang diambil pada 10 Maret 2011 antara Joe Biden yang waktu itu menjabat sebagai Wapres AS dan Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia. (AP Photo)

Kremlin sebelumnya mengatakan Biden telah merendahkan AS dengan pernyataannya.

"Penggunaan kata-kata seperti itu terhadap kepala negara lain oleh presiden AS kemungkinan besar tidak akan menyinggung presiden kami, Presiden Putin," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada Reuters. "Tetapi hal itu merendahkan martabat orang-orang yang menggunakan kosakata seperti itu."

Menurut Peskov, pernyataan Biden mungkin semacam upaya untuk terlihat seperti seorang koboi Hollywood.

Sekutu Putin, Dmitry Medvedev, yang menjabat sebagai presiden pada 2008-2012, mengatakan ancaman nyata terhadap dunia datang dari orang-orang tua yang tidak berguna, seperti Biden sendiri. Medvedev menuturkan Biden sudah "pikun" dan "siap memulai perang dengan Rusia".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengungkapkan bahwa lain kali Biden menggunakan ungkapan "bajingan gila" dia harus "mencoba mengingat bahwa orang AS sangat mengasosiasikannya dengan keturunannya sendiri, Hunter Biden".


Upaya Menjelek-jelekkan Jelang Pemilu Rusia

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato yang menandai peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina di Royal Castle Gardens, Warsawa, Polandia, 21 Februari 2023. Gedung Putih telah membantah bahwa pidato Biden merupakan tandingan atas pidato Putin, di mana presiden Rusia itu mengatakan bahwa Ukraina dan sekutu Barat-nya yang memulai perang. (AP Photo/ Evan Vucci)

Adapun surat kabar Rusia, Moskovsky Komsomolets, mengatakan "Biden menghina Putin" sementara Sergei Markov, mantan penasihat Kremlin, menuturkan pernyataan Biden menunjukkan Barat mengintensifkan upayanya untuk menjelek-jelekkan Putin menjelang Pilpres Rusia pada Maret.

Pekan lalu, setelah petugas penjara mengumumkan kematian lawan politik Putin, Alexei Navalny, di penjara Rusia, Biden mengatakan itu adalah konsekuensi dari sesuatu yang dilakukan Putin dan para premannya. Navalny sebelumnya menuduh Putin mencoba membunuhnya, tuduhan yang telah dibantah Kremlin.

Para pejabat Rusia mengatakan negara-negara Barat langsung menyalahkan Putin atas kematian Navalny tanpa menunggu bukti. Reaksi negara-negara Barat terhadap kematian Navalny, sebut Kremlin, tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya