Liputan6.com, Cilacap - Banyak yang penasaran mengenai lokasi keberadaan tembok yang dibangun Raja Dzulqarnain untuk mengurung makhluk yang muncul menjelang kiamat, yakni Ya’juj dan Ma’juj. Rasa penasaran ini menyebabkan beberapa orang melakukan ekspedisi untuk menemukan tempat misterus ini.
Baca Juga
Advertisement
Banyak spekulasi yang muncul mengenai lokasi tembok raksasa yang dibuat dengan menggunakan cara yang sangat spektakuler ini.
Meskipun hingga saat ini spekulasi tersebut belum terbukti benar, namun ada beberapa tempat yang pernah diduga sebagai tembok Ya’juj dan Ma’juj yaitu Greatest Alexander di Kaukasus, Tembok Besar Tiongkok, Kutub Utara dan selatan dan Greater Kaukasus di Rusia.
Sejatinya, pencarian atau ekspedisi tentang lokasi keberadaan tembok ini telah dilakukan pada masa kekhalifahan dinasti Abbasiyah.
Hasil mencengangkan diperoleh dari tim ekspedisi khalifah di era keemasan Islam ini, yakni ditemukannya tembok yang diduga tempat mengurung Ya’juj Ma’juj ini tertulis surah Al-Kahfi ayat 98.
Sebagaimana diketahui, ayat dalam surah tersebut merupakan salah satu ayat yang membicarakan tentang makhluk akhir zaman ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Ekspedisi yang Bermula dari Mumpi Khalifah Abbasiyah
Menukil Republika, setelah Khalifah ke-9 dinasti Abbasiyah, Al-Watsiq Billah, bermimpi tembok yang dibangun Dzulqarnain untuk menahan Yajuj dan Majuj terbuka, akhirnya ia membentuk tim ekspedisi untuk melakukan pengecekkan kebenaran mimpi tersebut.
Dalam sebuah manuskrip Arab, catatan Ibnu Khurradadhbih, de ngan redaksi sebagai berikut: “Sallam al Tardjuman memberitahu saya [Ibnu Khurradadhbih]: ‘ketika al Watsiq Billah melihat dalam mimpinya bahwa tembok yang dibangun Dzulqarnain untuk me misahkan kita dengan Ya’juj dan Ma’juj telah terbuka, dia mencari seseorang yang bisa dia kirim ke tempat itu [di mana tembok berdiri] untuk mencari informasi tentang itu.”
Untuk tugas pentingnya mencari tembok Dzulqarnain, Khalifah al-Watsiq, tulis al-Idrisi, membekali Sallam dengan 5.000 dinar, 10 ribu dirham sebagai uang darah, dan lima puluh pemuda berbadan kuat. Khalifah juga memberikan kepada pemuda yang menemani Sallam masingmasing seribu dirham dan biaya hidup selama setahun.
Selain itu, Khalifah juga memerintahkan agar semua anggota rombongan menyesuaikan cara berpakaiannya dengan pakaian penduduk kawasan hendak didatangi, seperti menambahkan kulit dan bulu binatang pada pakaian dan sepatu. Khalifah juga memberikan 200 ekor keledai untuk membawa perlengkapan dan air.
Rombongan Sallam berangkat dari Samarra menuju Tiflis, celah sempit pegunungan yang membentang antara Laut Kaspia dan Laut Hitam. Dari sana rombongan memasuki Khazaria, sebelum melanjutkan perjalanan menuju lokasi tembok.
Sallam menemukan tembok tersebut berada di kawasan bernama Igu. Di sana, Sallam mendapati tembok tersebut telah retak. Dia sempat mencungkil bagian tembok yang retak tersebut dengan pisau, mengambil sebagian serpihannya, untuk diperlihatkan kepada Khalifah al-Watsiq.
Total waktu perjalanan itu, menurut catatan al-Idrisi, berlangsung selama 28 bulan. Perjalanan mencari tembok memakan waktu 16 bulan, sedangkan perjalanan kembali memakan waktu 12 bulan.
Sallam tiba kembali di Samarra, dan melaporkan temuannya kepada Khalifah al-Watsiq. Tak lama setelah ekspedisi tersebut, al-Watsiq wafat dalam usia muda, yaitu 32 tahun.
Advertisement
Ditemukan Tembok Bertuliskan Surah Al-Kahfi Ayat 98
Di mana sebenarnya lokasi tembok yang ditemukan Sallam? Sampai saat ini masih menjadi misteri yang tak terpecahkan. Sehingga muncul keraguan tentang kebenaran laporan perjalanan tersebut. Bahkan, Donzel dan Schmidt sampai pada kesimpulan bahwa Sallam telah mencampuradukkan fakta dengan fantasi. Namun, ada satu hal yang menarik, deskripsi tembok Dzulqarnain yang ditemukan Sallam memiliki kemi ripan dengan yang tertulis dalam Alquran, surat al-Kahf.
Masih ada dua hal menarik lain dalam laporan Sallam, bahwa orang-orang yang berada di sekitar tembok, yang berseberangan dengan Ya’juj dan Ma’juj, telah memeluk Islam. Bahkan, pada tembok Dzulqarnain tersebut dituliskan ayat ke-98 surat al-Kahf yang berbunyi:
ۖ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“…Ketika janji Tuhanku datang, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku adalah benar”.
Isyarat tentang telah terjadinya sesuatu pada tembok yang dibangun Dzulqarnain, telah disampaikan Nabi, dua abad sebelumnya. Sebuah riwayat melalui Ummu Habibah dari Zainab binti Jahsy (istri Nabi) menyebutkan:
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يقولُ: لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، ويْلٌ لِلْعَرَبِ مِن شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ اليومَ مِن رَدْمِ يَأْجُوجَ ومَأْجُوجَ مِثْلُ هذِه وحَلَّقَ بإصْبَعِهِ الإبْهَامِ والَّتي تَلِيهَا
"Pada suatu malam Nabi SAW keluar rumah lalu bersabda, “Sungguh celaka orang Arab, akibat suatu bencana yang telah dekat datangnya. Hari ini terbuka tembok/dinding Ya’juj dan Ma’juj sebesar ini (sambil meletakkan ujung jari telun juk beliau ke ujung ibu jari).” (HR Bukhari dan Muslim).
Mengenal Salam at-Tardjuman
Sallam al Tardjuman adalah orang yang diutus Khalifah Al-Watsiq, Khalifah kesembilan Dinasti Abbasiyah, yang memerintah Baghdad pada 842–847 M, untuk mencari tembok Dzulqarnain. Ada pun Ibnu Khurradadhbih adalah salah seorang yang mencatat kata-kata yang didiktekan Sallam, yang berisi catatan perjalanan, perintah Khalifah, dan laporan Sallam kepada Khalifah.
Catatan Ibnu Khurradadhbih tersebut dibukukan dengan judul Kitab al-Masalik w’al Mamalik yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul Book of Routes and Kingdom).
Dalam Gog and Magog in Early Syriac and Islamic Sources; Sallam Quest for Alexander’s Wall, Emeri van Donzel dan Andrea Schmidt, menulis umumnya orang mengira Sallam sebagai orang Arab. Tapi, Donzel dan Schmidt mengatakan tidak tertutup kemungkinan Sallam adalah seorang Khazaria.
Al Tardjuman, gelarnya, bermakna sang penerjemah. Sallam konon menguasai sekitar 30 bahasa. Karena dia orang Khazaria, ekspedisi yang dipimpinnya mudah memasuki Khazaria, dan wilayah lain di bawah kekuasaan Khazaria.
Bahkan, Donzel dan Schmidt pun menduga Sallam merupakan seorang Yahudi , yang memungkinkan aksesnya lebih leluasa di wilayah Khazaria. Soal nama Sallam yang diduga Yahudi, Donzel dan Schmidt menganalogikan nama Sallam dengan nama Suami Zainab binti al- Harits, Sallam bin Mishkam. Suami istri ini adalah Yahudi yang hidup di zaman Nabi. Zainab menjadi terkenal karena dialah yang pernah mencoba meracun Nabi lewat masakan kambing. Tapi, ini hanya perkiraan Donzel dan Schmidt.
Sekadar informasi, sejak abad keenam hingga abad ke-13, di kawasan Kaukasus, antara Laut Kaspia dan Laut Hitam, berdiri sebuah imperium Yahudi. Kekuasaannya membentang dari Eurasia hingga Asia Tengah, dari Volga Bulgaria hingga Kaukasus.
Yahudi Khazaria ini, antara lain menurut Arthur Koestler dalam The Thirteen Tribe, bukanlah Yahudi semit yang berasal dari Palestina, melainkan orang Khazaria, salah satu suku nomaden Turki. Mereka memeluk Yahudi pada abad ke delapan.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement