Operasi Plastik Semakin Dianggap Normal?

Operasi plastik nyatanya tidak hanya tentang estetika, namun juga fungsi.

oleh Asnida Riani diperbarui 24 Feb 2024, 23:54 WIB
Ilustrasi operasi plastik. (dok. Olga Guryanova/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Operasi plastik, menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), umumnya dimanfaatkan untuk memperbaiki dan merekonstruksi jaringan maupun kulit yang hilang atau rusak. Tujuan utama operasi plastik adalah mengembalikan fungsi, serta penampilan jaringan dan kulit senormal mungkin, melansir situs webnya, Sabtu (24/2/2024).

Sementara ini bukan praktik baru, keterusterangan para pesohor dunia melakukan operasi plastik disebut telah mendorong popularitas prosedur yang dimaksud secara global, menurut Forbes. Kendati, topik bahasannya juga acap kali tentang efek samping yang harus diwaspadai.

Laporan tahun 2021 tentang pasar bedah dan prosedur kosmetik di Amerika Utara menunjukkan bahwa tren pertumbuhan pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) tercatat sebesar 6,34 persen antara tahun 2021--2028. Menurut Aesthetic Surgery Society, prosedur bedah meningkat sebesar 54 persen di Amerika Serikat saja pada 2021.

Di Kanada, prosedur bedah kosmetik yang paling banyak dilakukan adalah botoks dan operasi hidung dengan masing-masing lebih dari 18.100 dan 9.900 pencarian online mengenai tindakan tersebut. Lalu, bagaimana trennya di Indonesia?

Menurut dokter spesialis bedah plastik, rekonstruksi, dan estetik, sekaligus konsultan bedah estetik lanjutan, dr. Vania Aramita Sari, Sp.B.P.R.E., Subsp.E.L.,(K), Indonesia erat dengan adat ketimuran, sehingga operasi plastik masih tergolong tabu untuk beberapa kalangan masyarakat.

"Namun, saya lihat belakangan orang semakin paham mengenai definisi bedah plastik yang sebenarnya," kata dia melalui pesan pada Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 23 Februari 2024. "Jadi, bedah plastik itu tidak sekadar mengubah penampilan."


Tidak Hanya soal Estetika

Ilustrasi operasi plastik (dok.unsplash/ H Shaw)

Dokter bedah plastik, sebut dr. Vania, juga memiliki gelar rekonstruksi dan estetik. "Kami sebagai dokter bedah plastik punya peran mengembalikan fungsi," kata doker yang kini berpraktik di Plasthetic Clinic cabang Bendungan Hilir Jakarta tersebut.

Ia menyambung, "Dengan orang semakin paham apa saja tindakan yang dilakukan dokter bedah plastik, (ini membuat) ketertarikan dalam melakukan operasi bedah plastik juga meningkat."

Di Indonesia, dan Asia pada umumnya, menurut dr. Vania, prosedur bedah plastik estetik paling popular di bagian wajah adalah Rhinoplasty alias operasi hidung. "Secara genetik, orang Asia memiliki hidung yang mungil, sehingga cenderung banyak permintaan untuk membuat hidung jadi lebih tinggi dan mancung,"ujar dia.

Masih di area wajah, prosedur bedah kosmetik popular lainnya, yakni segala tindakan yang fungsinya "mengangkat." "Saya golongkan ini jadi reverse-aging procedures, seperti face lift, brow lift, dan forehead lift," kata ibu empat anak tersebut.

"Kemudian, tindakan bedah plastik popular di bagian tubuh ada breast augmentation, biasanya dengan implan atau dengan fat transfer," tuturnya. 


Edukasi tentang Operasi Plastik

Ilustrasi operasi plastik. (pixabay)

Namun demikian, dr. Vania menggarisbawahi bahwa tindakan bedah plastik tidak hanya terdiri dari prosedur yang ia sebutkan di atas. "Banyak tindakan lain, seperti tummy tuck, breast lift, hingga (prosedur di) area intim, seperti vaginoplasty yang tujuannya tidak hanya memperbaiki secara estetika, tapi juga fungsional," bebernya.

Saat ditanya alasan pasien melakukan prosedur bedah plastik, dr. Vania mengatakan, "Rata-rata pasien datang karena ingin meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidup. Beberapa pasien juga datang karena keluhan secara fungsi, seperti bagian otot perut mengendur atau otot vagina mengendur sehingga sulit menahan buang air kecil bagi ibu pascamelahirkan.

Karena dr. Vania fokus pada prosedur bedah plastik terkait perempuan, seperti mommy makeover, intimate surgery, dan anti-aging treatments, rata-rata pasiennya berusia 35--50 tahun. Ke depan, ia ingin mengarahkan pasien lebih teredukasi mengenai apa itu bedah plastik.

Menurutnya, pasien harus paham bahwa bedah plastik bukan hanya mengubah atau terkait sesuatu yang "palsu," tapi juga punya manfaat dari sisi fungsional. "Kesehatan pasien juga sangat diperhatikan," sebutnya, menambahkan pentingnya konsultasi dengan dokter terpercaya.


Jangan Tertipu Gimmick

Ilustrasi operasi plastik. (pixabay)

dr. Vania melanjutkan, "Edukasi pertimbangan sebelum (melakukan) bedah plastik sudah pasti harus dilakukan pasien dengan konsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis bedah plastik. (Pasien) harus paham betul risikonya. Jadi, jangan (melakukan prosedur kosmetik) hanya karena ikut-ikutan atau lagi tren."

"Pastikan bedah plastik dilakukan untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain, bukan untuk suami atau orang terdekat sekali pun," tandasnya. Narasi ini jadi penting karena, menurut Pop Sugar, media sosial telah jadi medium banyak orang terpapar konten seputar prosedur bedah kosmetik.

Secara khusus, TikTok disebut telah mengubah pandangan publik terkait operasi plastik, karena membuat informasi seputar topik tersebut tersedia secara lebih luas. "TikTok mempermudah berbagi pengalaman operasi plastik," kata Stafford Broumand, MD, ahli bedah plastik bersertifikat dari 740 Park Plastic Surgery.

Ia melanjutkan, "Ini juga memudahkan orang membawa kamera ke dalam ruang operasi dan sekitarnya." Di komunitas global, ahli bedah rekonstruksi plastik, Ali Esmail, berpendapat bahwa industri bedah kosmetik semakin populer karena tingkat penerimaan masyarakat yang signifikan terhadap prosedur tersebut, lapor Forbes.

Seiring berkembangnya industri bedah kosmetik, inovasi teknologi telah berjalan beriringan demi meningkatkan kualitasnya ."Mencoba teknologi baru itu keren, tapi Anda harus berhati-hati agar tidak tertipu gimmick," dr. Esmail memperingatkan.

Infografis Macam-Macam Perawatan Kecantikan Terkini. (Dok: Liputan6.com/abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya