Liputan6.com, Jakarta - 24 Februari 2024 tepat dua tahun invasi Rusia ke Ukraina. Jelang peringatan tersebut, Kedubes Ukraina mengajak para mahasiswa jurnalistik untuk nonton bareng film '20 Days in Marioupol' di Pacific Place Mall, Jumat (23/2/2024).
Mengutip dari 20daysinmariupol.com, film ini menceritakan tentang Tim Associated Pers (AP) terdiri dari jurnalis Ukraina yang terjebak di kota Mariupol. Ia terkepung dan berjuang untuk melanjutkan pekerjaan untuk mendokumentasikan kekejaman invasi Rusia.
Advertisement
Sebagai satu-satunya reporter internasional yang masih tinggal di kota tersebut, mereka mengabadikan apa yang kemudian menjadi gambaran perang seperti anak-anak yang sekarat, kuburan massal, pengeboman rumah sakit bersalin, dan banyak lagi.
Film ini mengacu pada berita harian seorang jurnalis Mstyslav Chernov dan cuplikan pribadi negaranya sendiri yang sedang berperang. Laporan ini memberikan gambaran yang gamblang dan mengerikan mengenai warga sipil yang terjebak dalam pengepungan, serta gambaran mengenai bagaimana rasanya melaporkan dari zona konflik.
Rusia telah menyerang Ukraina dalam apa yang bisa menjadi awal perang di Eropa atas tuntutan Rusia untuk mengakhiri ekspansi NATO --aliansi militer pimpinan Amerika Serikat yang merupakan seteru Rusia-- ke arah Eropa timur.
Film 20 Days in Marioupol berisi situasi perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, banyak rumah sakit yang dihancurkan, bahkan warga-warga ikut menjadi korban dari situasi tersebut.
Di akhir film terlihat ribuan mobil yang antre untuk bisa masuk ke perbatasan negara lain agar tidak menjadi korban perang. Kendaraan tersebut berisi warga yang mengibarkan bendera putih tanda perdamaian dan ketidakikutsertaan mereka dalam perang.
Kunjungan Jurnalis ke Ukraina pada Masa Invasi Rusia
Acara ini juga dihadiri oleh Jurnalis senior MetroTV, Iqbal Himawan, yang tepat satu tahun lalu mengunjungi Ukraina saat invasi Rusia menyerang.
"Sejujurnya film ini membawa saya kembali ke masa itu. Hal ini sangat memilukan dan menyesakkan. Satu hal yang paling saya ingat selain ketahanan adalah keyakinan mereka bahwa suatu hari nanti atau entah bagaimana, dengan cara apa pun mereka, mereka (Ukraina) akan kembali mendapatkan kebebasan mereka," ujar Iqbal Himawan.
Kedatangan Iqbal Himawan ke Ukraina disambut dengan kejutan, pasalnya sulit dipercaya bahwa masih ada pasar yang beroperasi di pagi hari. Sementara itu, jaraknya sekitar lima atau enam kilometer dari zona perang sehingga tentunya terdengar suara tembakan dan ledakan.
"Saya bertanya-tanya bagaimana mungkin orang-orang ini masih memiliki energi untuk bertahan hidup di sini," ujarnya lagi.
"Mereka tidak punya uang, mereka hidup tanpa listrik, tidak ada tenaga," tambahnya.
Iqbal Himawan mengatakan bahwa ia coba membantu dengan membeli roti dari salah satu penjual di sana.
"Saya mencoba untuk membantu dengan membeli roti dari mereka, namun mereka malah menggratiskan roti tersebut dan berkata "ini dari Ukraina, aku berharap kamu memiliki kehidupan yang lebih baik, dan perang ini tidak terjadi di negaramu."
Ia juga menambahkan bahwa hal ini membuat dia semakin bersyukur dalam melakukan pekerjaannya sebagai jurnalis dan menyampaikan pesan tentang kemanusiaan.
Advertisement
Diskusi Singkat
Setelah pemutaran film tersebut juga ada disuksi bersama para penonton yang kebanyakan membahas tentang hoax atau informasi yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Ukraina
"Banyak orang masih percaya bahwa Rusia sedang berperang melawan imperialisme global, dan mereka tidak terlalu berpikir bahwa negara kekaisaran terakhir di dunia mungkin yang terakhir adalah Federasi Rusia, yang sangat menikmati real estate yang bersifat kolonialis dan imperialis... Jadi masyarakat tidak paham dan tidak mau tahu," ujar Dubes Ukraina, Dr. Vasyl Hamianin.
Dubes Vasyl juga menambahkan bahwa yang sangat penting, pada tanggal 21 November, beberapa bulan sebelum terjadinya agresi besar-besaran, kekuatan penuh propaganda dari prajurit Rusia meningkatkan pendanaan propaganda sebanyak tiga kali lipat dan menghabiskan dana jutaan dolar.
"Jika anda menonton satu tiktok yang dibuat oleh teman-teman kita (Ukraina) di suatu tempat di media, dan kemudian anda menonton 20 tiktok yang dibuat oleh propaganda Rusia tentu saja akan kalah jumlah."
"Jadi sangat penting bagi saya untuk mengandalkan orang-orang dengan menyebarkan kebenaran. Anda akan melawan satu laporan tentang satu informasi yang benar dan yang benar akan melawan ratusan bahkan ribuan kepercayaan lama," tambahnya.
Raih Banyak Penghargaan
Dilansir dari 20daysinmariupol.com, film yang digarap oleh jurnalis Mstyslav Chernov ini sudah menerima banyak penghargaan. Berikut ini di antaranya:
2023 PULITZER PRIZE WINNER IN PUBLIC SERVICE
Ditujukan kepada Mstyslav Chernov, Evgeniy Maloletka, Vasilisa Stepanenko dan Lori Hinnant atas keberanian mereka melaporkan dari kota Mariupol yang terkepung yang menjadi saksi pembantaian warga sipil dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Nominasi
Film dokumenter terbaik, Academy Awards ke-96
Nominasi
Produser Film Dokumenter yang Luar Biasa, Penghargaan Produser Guild of America
Pemenang
Prestasi Sutradara yang Luar Biasa dalam Film Dokumenter, DGA Awards
Pemenang
Dokumenter Terbaik, BAFTA Film Awards
Nominasi
Film Terbaik yang Dibuat Tidak Dengan Bahasa Inggris, BAFTA Film Awards
Pemenang
Critics Choice Documentary Awards, Dokumenter Pertama Terbaik 2023
Critics Choice Documentary Awards, Dokumenter Politik Terbaik 2023
Nominasi
Critics Choice Documentary Awards:
Editan Terbaik 2023
Narasi Terbaik 2023
Pemenang
Ukrainian National Film Critics Kinokolo Award, Dokumenter Terbaik 2023
Ukrainian National Film Critics Kinokolo Award, Penemuan Terbaik 2023
Dan masih banyak lagi apresiasi atas film ini.
Advertisement