Apa yang Diharapkan Bagi Dunia Kerja di 2024

Anda mungkin memiliki bayangan tentang berbagai hal yang akan terjadi terhadap karir anda di tahun yang baru ini — gaji, tunjangan, jadwal kerja, dan prospek karir.

oleh Muhammad Jibril Razky Kamal diperbarui 04 Mar 2024, 08:51 WIB
Para pencari kerja mengunjungi stan perusahaan dalam acara bursa kerja 'Indonesia Career Expo' di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Selamat datang di tahun bisnis 2024.  Anda mungkin memiliki bayangan tentang berbagai hal yang akan terjadi terhadap karir anda di tahun yang baru ini — gaji, tunjangan, jadwal kerja, dan prospek karir.

Mengutip dari CNN, inilah prediksi dari berbagai ahli dan konsultan di bidang karir mengenai semua yang akan terjadi terhadap karir anda di tahun 2024. 

Gaji akan Naik

Banyak pekerja yang akan mengalami kenaikan gaji yang setara dengan, bahkan mengalahkan, inflasi yang saat ini berada di kisaran 3.1%

Survei gaji pekerja yang dilakukan oleh firma lingkungan pekerjaan WTW di bulan Desember tahun lalu menyebut bahwa banyak pengusaha yang akan menaikkan gaji sekitar 4%. Jumlah kenaikkan ini lebih kurang daripada kenaikan 4,4% di tahun 2023 tetapi masih tinggi dibandingkan di tahun 2021 dan sebelumnya. 

WTW beralasan kenaikan gaji ini disebabkan oleh inflasi dan persaingan ketat di pasar tenaga kerja. 

Meskipun demikian, hanya 10% pekerja di setiap perusahaan yang akan mendapatkan kenaikan pangkat tahun ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga konsultan Mercer.

Dalam hasil surveinya, Mercer menambahkan bahwa akan terjadi kenaikan gaji sekitar 9,2% bagi setiap karyawan yang mendapatkan kenaikan pangkat. 


Lebih Banyak Kesempatan Cuti dan Bantuan Finansial

Mulai menabung dan kumpulkan dana darurat dengan cara efektif yang bisa dilakukan di tengah pandemi virus corona yang melanda. (Foto: Unsplash)

Tahun ini, berbagai perusahaan akan menambah tunjangan untuk lebih membantu para pekerja dan keluarganya. 

Mercer mencatat bahwa perusahaan mulai memperluas jangkauan cuti duka para pekerjanya dimana pekerja bisa mengambil cuti duka tidak hanya ketika orang tua, pasangan, atau anak meninggal dunia, namun ketika keluarga besar atau bahkan teman dekat meninggal dunia.

Selain itu, Rich Fuerstenberg, mitra senior bidang kesehatan dan pemberian tunjangan Mercer, menyatakan beberapa perusahaan juga memberikan cuti duka bagi karyawan yang mengalami keguguran. 

Karyawan perempuan yang mengalami menopause juga menjadi salah satu kelompok pekerja yang akan mendapatkan lebih banyak bantuan.

Bantuan tersebut termasuk mengembangkan lingkungan dimana menopause bukanlah sebuah topik yang tabu untuk dibicarakan; meningkatkan kesadaran karyawan dan manajer mengenai manfaat jadwal pekerjaan fleksibel; memberikan keleluasaan bagi pekerjanya dalam bekerja; bahkan memberikan cuti jika dibutuhkan. 

Tidak hanya itu, akan ada lebih banyak bantuan finansial yang akan ditawarkan bagi para pekerja tahun ini. Survei yang dilakukan Mercer terhadap para pemilik usaha September lalu menemukan bahwa sepertiga perusahaan akan memberikan diskon pekerja, peralatan manajemen keuangan dasar, bantuan keuangan, dan edukasi investasi dan pengaturan keuangan.

Kemudian, 40% perusahaan akan memberikan bimbingan konseling keuangan dan hutang. Sementara itu, sepertiga perusahaan lainnya akan memberikan bantuan pembayaran hutang mahasiswa pekerjanya. 

Setelah pengesahan Undang-Undang Secure 2.0 yang mengatur pensiunan, perusahaan anda juga dapat menawarkan satu atau lebih tunjangan baru yang akan membantu anda mengumpulkan lebih banyak dana pensiun sekaligus membantu anda membayar hutang mahasiswa atau membuat dana darurat. 


Jadwal Bekerja akan Menjadi Empat Hari Seminggu

Emily Rose McRae, presiden Gartner Inc yang ingin menjadi contoh dalam praktek kerja di bidang konsultasi dan riset menyatakan, ide bekerja empat hari seminggu sudah menjadi bahan diskusi selama bertahun-tahun, namun 2024 mungkin menjadi tahun dimana berbagai perusahaan mulai mengimplementasi ide tersebut — setidaknya membuat langkah yang jelas untuk mewujudkannya seperti libur di dua Jumat setiap bulan atau bekerja setengah hari setiap hari Jumat. 

“Beberapa perusahaan akan mencoba langkah itu” ucap McRae. Ia memprediksi beberapa perusahaan terkemuka akan melangkah lebih jauh dalam mewujudkan ide tersebut sekitar tahun depan. 

McRae beralasan bahwa penerapan ide tersebut dikarenakan dua tekanan yang dialami perusahaan saat ini. Perusahaan harus tetap menarik dan mempertahankan pekerjanya dalam semua bidang industri selain juga harus memberikan persamaan dalam penerapan kebijakan jam kerja fleksibel bagi pekerja terdepan yang harus selalu berada di lokasi dengan pekerja yang bekerja di balik layar monitor.

Selain itu, McRae menyatakan bahwa riset menunjukkan bekerja empat hari seminggu meningkatkan produktivitas pekerjanya. Namun, diperlukan jadwal yang jelas bagi semua anggota tim dan jadwal tersebut tidak memberatkan anggotanya. 

Ekonom dari Universitas Stanford, Nick Bloom berpendapat bahwa level bekerja dari rumah (WFH) di AS di tahun 2024 akan seperti di tahun 2023. Bloom juga menyatakan bahwa pekerja yang bekerja secara hybrid biasanya bekerja dari rumah 30% per minggu (atau sekitar 1,5 hari). Jumlah ini meningkat dari 7% sebelum pandemi. 


Kesempatan Kerja yang Lebih Luas

Ilustrasi bekerja keras, lelah, letih. (Photo by Tim Gouw on Unsplash)

Selain pasar pekerjaan yang sehat, dimana lapangan pekerjaan terbuka lebih banyak daripada jumlah pelamar kerja, kesempatan karir akan semakin terbuka tahun ini bahkan bagi yang tidak memiliki gelar kuliah ataupun pengalaman relevan.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya lamaran berdasarkan skill dan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menilai dan melihat potensi pelamar kerja. 

McRae menceritakan bahwa saat ini, HR melihat gelar maupun pengalaman kerja sebagai hal utama dalam menentukan siapa yang dapat mengisi lowongan kerja.

Namun, hal ini dapat berubah karena banyaknya skill yang dikuasai sebagian besar pelamar kerja dalam lowongan kerja yang baru muncul (seperti di bidang kecerdasan buatan atau AI), ditambah dengan semakin sedikit orang yang berkuliah, berbagai perusahaan mulai menghilangkan gelar kuliah sebagai syarat pekerjaan untuk membuka kesempatan yang lebih luas lagi. 

Anthony Reynolds, CEO dari HireVue, sebuah platform pencari pekerjaan berbasis AI, mengatakan bahwa semua pelamar pekerjaan haruslah memiliki skill dasar dalam pengoperasian komputer terlepas dari seberapa jauh peran manusia dalam posisi tersebut. 

HireVue membantu perekrut mencari pelamar kerja lulusan kuliah, pekerja biasa, maupun pekerja profesional dengan mencari pelamar kerja yang paling sesuai dengan yang diperlukan perekrut dan menggunakan games, tes, dan interview, yang hampir semuanya dinilai dengan AI untuk menilai skill dan potensi calon pekerja tersebut. 

Reynolds menyorotkan dua keuntungan dalam metode ini, yaitu calon pekerja dapat menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka melakukan asesmen tersebut, seperti jika mereka pekerja yang sibuk bekerja, mereka dapat melakukan asesmen melalui kolom chat di hari Minggu pagi.

Kemudian, jika tidak diterima namun skor tes mereka memenuhi syarat dalam lowongan yang tidak mereka lamar, HireVue menawarkan opsi untuk memberi tahu perekrut bahwa mereka cocok di posisi lain tersebut melalui sebuah aplikasi bernama “Find My Fit”. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya