Membangun Lingkungan Kerja Ramah Tuli dan Gangguan Pendengaran Lainnya

Dalam dunia pekerjaan, kita juga harus memikirkan dan membangun suasana serta lingkungan yang inklusif untuk orang tuli dan gangguan pendengaran lainnya.

oleh Fariza Noviani Abidin diperbarui 25 Feb 2024, 14:42 WIB
Ilustrasi Lingkungan Kerja Credit: unsplash.com/You

Liputan6.com, Jakarta - Di era modern ini, inklusivitas dan kesetaraan menjadi nilai penting dalam membangun lingkungan kerja yang kondusif. Salah satu aspek penting dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan menciptakan ruang kerja yang ramah bagi karyawan penyandang tuli dan gangguan pendengaran.

Karyawan dengan tuli dan gangguan pendengaran memiliki potensi dan talenta yang sama seperti karyawan lainnya. Namun, mereka sering kali menghadapi hambatan dalam bekerja akibat kurangnya aksesibilitas dan akomodasi di tempat kerja.

Membangun ruang kerja ramah tuli dan gangguan pendengaran bukan hanya tentang memenuhi kewajiban, tetapi juga tentang membangun budaya kerja yang menghargai perbedaan dan mendorong partisipasi aktif semua karyawan.

Selain itu, dilansir dari Inclusive Healthy Communities, mempekerjakan karyawan tuli dapat menghasilkan banyak manfaat bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa contohnya:

1. Sensitivitas Budaya yang Meningkat

Karyawan tuli memiliki sudut pandang unik tentang keragaman dan inklusi. Mereka dapat membantu mempromosikan lingkungan yang lebih ramah bagi semua orang, termasuk pelanggan dari berbagai latar belakang.

2. Pemecahan Masalah yang Kreatif

Karyawan tuli sering kali terampil dalam berpikir di luar kebiasaan dan menemukan solusi kreatif untuk masalah. Kemampuan ini dapat menjadi aset berharga dalam peran-peran yang memerlukan inovasi.

3. Berpikir Visual

Karyawan tuli biasanya telah belajar untuk memproses informasi secara visual. Kemampuan ini dapat membantu mereka melihat pola dan koneksi yang terlewatkan oleh orang lain, dan mendekati masalah dengan cara yang baru dan kreatif.

 


Mengatasi Perasaan Terisolasi di Tempat Kerja Bagi Karyawan dengan Gangguan Pendengaran

Sebuah studi terbaru yang dilansir dari The Conversation meneliti tentang karyawan dengan gangguan pendengaran mengatasi perasaan terisolasi di tempat kerja.

Hasilnya menunjukkan bahwa cara karyawan mengatasi hal tersebut tergantung pada dua faktor utama: tingkat keparahan gangguan pendengaran mereka dan kualitas hubungan mereka dengan atasan mereka.

Karyawan dengan gangguan pendengaran yang lebih parah cenderung lebih terisolasi karena kesulitan berkomunikasi dan membangun hubungan dengan rekan kerja. Hal ini dapat berdampak negatif pada hasil pekerjaan serta karir mereka, terutama jika mereka memiliki atasan yang kurang mendukung.

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa karyawan dengan gangguan pendengaran yang lebih parah lebih terbiasa dengan isolasi dan memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Karyawan dengan gangguan pendengaran mungkin lebih fokus pada hubungan dengan orang lain yang juga memiliki gangguan pendengaran, atau mereka mungkin mengembangkan strategi pribadi untuk mengatasi rasa frustrasi dan kecemasan di tempat kerja.

Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa tingkat keparahan gangguan pendengaran dan kualitas hubungan dengan atasan memainkan peran penting dalam bagaimana karyawan dengan gangguan pendengaran mengatasi perasaan terisolasi di tempat kerja.

Penting bagi perusahaan untuk menyediakan akomodasi dan dukungan untuk karyawan dengan gangguan pendengaran, serta menciptakan budaya kerja yang inklusif dan ramah.


Strategi Diri bagi Individu dengan Gangguan Pendengaran

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa orang dengan gangguan pendengaran menggunakan beberapa strategi untuk mencapai kesuksesan dalam karier mereka.

Salah satu strateginya adalah menerima dan merangkul gangguan pendengaran sebagai bagian dari identitas mereka. Hal ini mengubah cara pandang mereka terhadap diri sendiri dan hubungan mereka dengan pekerjaan secara positif.

Banyak orang dengan gangguan pendengaran juga mengubah definisi pribadi mereka tentang kesuksesan karir. Mereka beralih dari fokus pada pencapaian material ke kontribusi sosial, pertumbuhan pribadi, dan kesejahteraan. Beberapa bahkan berpindah ke peran atau pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan perubahan keterampilan, minat, dan nilai-nilai mereka.

Beberapa orang bahkan menjadikan gangguan pendengaran mereka sebagai aset. Contohnya, pengacara, dokter, atau terapis dengan gangguan pendengaran dapat fokus melayani klien dan pasien yang memiliki kondisi yang sama.

Orang dengan gangguan pendengaran sering memperluas jaringan profesional mereka untuk terhubung dengan orang lain dalam komunitas. Hal ini bisa dilakukan dengan bergabung dengan organisasi khusu yang menaungi orang dengan ketulian atau gangguan pendengaran lainnya.

Penelitian ini menunjukkan ketangguhan dan adaptabilitas orang dengan gangguan pendengaran di tempat kerja. Dengan mengubah definisi kesuksesan, mengubah perspektif, dan memperluas jaringan mereka untuk mendapatkan dukungan komunitas, orang dengan gangguan pendengaran dapat menjalani kehidupan profesional yang kaya dan memuaskan.


Upaya Rekan Kerja dan Atasan dalam Meningkatkan Inklusivitas di Tempat Kerja

Dilansir dari Inclusive Healthy Communities, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif tidak hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi juga peran aktif dari para karyawan, baik sebagai rekan kerja maupun atasan.

Upaya kolektif untuk membangun budaya kerja yang menghargai perbedaan dan mendorong partisipasi aktif semua orang akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi individu dan organisasi secara keseluruhan.

Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh rekan kerja dan atasan untuk meningkatkan inklusivitas di tempat kerja:

1. Memberikan Akses Komunikasi

  • Sediakan akses komunikasi melalui penerjemah, pengetikan teks, atau akomodasi lainnya.
  • Tawarkan kelas bahasa isyarat

2. Menyediakan Akomodasi Fisik

  • Memasang peringatan visual, seperti lampu berkedip atau perangkat getar.
  • Menyediakan akses ke teknologi bantu, seperti alat bantu dengar atau implan koklea.

3. Mengapresiasi Keteramplian dan Perspektif Unik

  • Mengakui dan menghargai keterampilan dan perspektif unik karyawan tuli.
  • Memberikan kesempatan untuk memimpin proyek dan presentasi.

4. Menawarkan Program Mentor dan Pengembangan Kepemimpinan

  • Merancang program mentor dan pengembangan kepemimpinan khusus untuk karyawan tuli.
  • Memberikan panduan, dukungan, dan umpan balik tentang cara berkomunikasi, membangun hubungan, dan membela kebutuhan.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, pengusaha dapat menciptakan tempat kerja yang lebih inklusif dan mendukung bagi karyawan tuli. Hal ini dapat membantu memupuk budaya tempat kerja yang lebih beragam dan ramah, serta memastikan bahwa semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya