Survei LSI: Mayoritas Penerima Bansos Pilih Prabowo-Gibran

Dalam survei LSI, untuk penerima bansos sebesar 17,6 persen memilih Anies-Cak Imin; 69,3 persen memilih Prabowo-Gibran; dan 13,1 persen memilih Ganjar-Mahfud.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 25 Feb 2024, 15:32 WIB
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menghadiri debat Pilpres 2024 di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023) malam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terkait pelaksanaan Pemilu 2024. Di dalamnya juga diukur soal korelasi tingkat pemilih paslon dengan penerimaan bantuan sosial (bansos), yang hasilnya lebih banyak di pemilih paslon nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, pihaknya menanyakan soal bansos dengan pertanyaan 'apakah menerima bansos'. Hasilnya, 24 persen masyarakat mengaku menerima bansos dan 74 persen menyatakan tidak pernah atau tidak menerima bansos.

"Bagaimana soal menerima dan tidak menerima bansos dikaitkan dengan pilihan capres. Di kalangan yang menerima bansos, yang 24 persen tadi, 69 persen mendukung 02. Hampir sama tuh 17,6 persen dan 17,8 persen mendukung pasangan 01 dan pasangan 03," tutur Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).

Secara rinci, untuk penerima bansos sebesar 17,6 persen memilih Anies-Cak Imin; 69,3 persen memilih Prabowo-Gibran; dan 13,1 persen memilih Ganjar-Mahfud.

Sementara yang tidak menerima bansos namun memilih Anies-Cak Imin sebesar 28,2 persen; memilih Prabowo-Gibran 54 persen; dan memilih Ganjar-Mahfud 17,8 persen.

"Di kalangan penerima bansos itu dukungannya paling banyak cenderung di pasangan 02. Tapi di kalangan tidak menerima bansos juga dukungannya mayoritas di pemilih 02, 54 persen, tapi dukungannya lebih rendah," jelas dia.

"Jadi tingkat dukungan masyarakat yang tidak menerima bansos itu lebih rendah daripada yang menerima bansos di pemilih 02," sambung Djayadi.


Korelasi Bansos dan Dukungan ke Paslon 02

Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyapa pendukungnya usai menyampaikan pidato politik menanggapi hasil hitung cepat di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Demikian juga kalau dilihat dari segi partai, kata Djayadi, masyarakat yang mengaku tidak menerima bansos cenderung lebih tinggi memilih PKB, PDIP, PKS. Sementara angka penerima bansos dan tidak menerima untuk pemilih Gerindra hampir sejajar, yakni di 12,4 persen dan 12,6 persen.

"Tingkat kepuasan penerima bansos yang 24 persen itu mengaku sangat puas dan pilihannya tentu saja menjadi lebih banyak di 02. Jadi tingkat kepuasan bansos berkorelasi positif dengan dukungan 02," Djayadi menandaskan.

Survei LSI tersebut dilaksanakan pada 19 Februari 2024 sampai dengan 21 Februari 2024 dengan target populasi survei warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 83 persen dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode Random Digit Dialing (RDD), yakni melalui proses pemanggilan nomor telepon secara acak terhadap 1.211 responden yang dipilih secara acak, validasi, dan screening.

Adapun margin of error survei sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden pun dilakukan lewat telepon oleh pewawancara terlatih.

 

 


Survei LSI: Tingkat Kepuasan Masyarakat soal Penyelenggaraan Pemilu 2024 Turun

Pencoblosan atau pemungutan suara Pemilu 2024. (Liputan6.com/ Pramita Tristiawati)

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Hasilnya, terjadi penurunan yang signifikan.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, mayoritas masyarakat masih menilai penyelenggaraan Pemilu 2024 sangat memuaskan.

Namun, angkanya turun bila membandingkan saat exit poll pada 14 Februari 2024 dengan 5 sampai 10 hari setelahnya.

"Saat exit poll 94,5 persen, setelah 5 sampai 10 hari turun 83,6 persen," tutur Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).

"Hanya 5 sampai 10 hari setelahnya terjadi penurunan yang signifikan hingga 10 persen lebih. Tapi menurut saya salah satu penjelasnya mengapa tingkat kepuasan ini menurun adalah karena setelah Pemilu masyarakat terekspos berita-berita tentang penyelenggaran Pemilu kan. Termasuk soal perdebatan Sirekap atau pemungutan suara ulang karena berbagai alasan dan sebagainya sehingga menurun," sambungnya.

Jika dilakukan survei lebih lanjut, Djayadi yakin tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 akan semakin turun jika sentimen negatifnya terus berlanjut.

Terlebih, kata dia, dalam tingkat kepercayaan soal jujur dan adil atau Jurdil, hal itu malah lebih parah penurunannya.

"Pada saat exit poll 14 Februari LSI menanyakan kepada para pemilih Pemilu yang diselenggarakan hari ini berlangsung jujur dan adil. 94,3 persen masyarakat menyatakan berlangsung jujur dan adil. Tapi sekarang kita tanyakan hal yang sama, tingkat penilaian Jurdilnya itu menurun tajam dari 94,3 menjadi 76,4 persen," terang Djayadi.

Dia menegaskan, hal tersebut harus menjadi perhatian, baik bagi pemerintah, KPU, dan penyelenggara pemilu lainnya.

"Bahwa ada penurunan penilaian positif masyarakat terhadap pemilu dari hari ke hari, sejak hari H sampai dengan sekarang," Djayadi menandaskan.

Infografis Nomor Urut 18 Parpol Peserta Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya