Nongkrong Malam di Jalan Braga Bandung, Kuliner Pinggir Jalan hingga Estetiknya Bangunan Tua

Suasana malam hari Jalan Braga Bandung Jabar diramaikan dengan kuliner pinggir jalan hingga pemandangan bangunan tua yang begitu eksotik.

oleh Nefri Inge diperbarui 27 Feb 2024, 00:00 WIB
Jean, wisawatan asal Palembang Sumsel yang berfoto di salah satu bangunan tua di Jalan Braga Bandung di malam hari dengan pemandangan yang begitu eksotik (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Bandung - Paris van Java, itulah sebutan terkenal yang disematkan di Jalan Braga di Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) yang menjadi salah satu pusat wisata di Kota Kembang ini.

Sejak dulu, Jalan Braga Bandung menjadi tempat berkumpul dan pusat perbelanjaan di masa Hindia Belanda.

Banyak sekali versi asal-usul nama Jalan Braga Bandung. Ada yang menyebut nama Braga diambil dari Theotila Braga di tahun 1834-1924, penulis naskah drama.

Di masa Hindia Belanda, Jalan Braga menjadi markas berkumpulnya pegiat drama Belanda yang didirikan oleh Peter Sijthot, asisten residen pada 18 Juni 1882.

Ada juga yang menyebut nama Braga diambil dari nama dewa puisi dalam mitologi Jerman yakni Bragi. Namun ahli sastra Sunda mengatakan, nama Braga berasal dari kata 'Baraga' yakni jalan di tepi sungai.

Memang lokasi Jalan Braga berdekatan di tepi Sungai Cikapundung Bandung. Ada juga namanya Ngabaraga, yang berarti bergaya, mejeng, atau nampang.

Jalan Braga Bandung dikelilingi bangunan tua yang menyimpan sejarah panjang Kota Bandung, salah satunya Gedung Merdeka tempat Konferensi Asia-Afrika pada 18-24 April 1995.

Tak hanya ramai di siang hari, Jalan Braga Bandung juga penuh hiruk pikuk di malam hari dengan aktifitas para warga lokal dan wisatawan.

Para wisatawan asal Palembang Sumsel asyik nongkrong di pinggir jalan sembari menikmati kuliner khas di Jalan Braga Bandung Jabar (Liputan6.com / Nefri Inge)

Ditambah banyaknya kafe dan restoran yang buka hingga malam hari dan beberapa hotel mewah yang ramai disewa wisawatan.

Para pelancong memadati beberapa kafe-kafe dengan hiburan live musik hingga menyediakan berbagai minuman beralkohol.

Ada juga pusat perbelanjaan yang buka sampai malam hari di Jalan Braga Bandung, seperti minimarket, aksesoris, lukisan, jasa tato dan lainnya.

Yang tak boleh dilewatkan adalah kuliner pinggir jalan yang begitu nikmat dengan harganya terjangkau. Salah satu kuliner pinggir jalan yang ramai dibeli oleh wisatawan adalah bacang panas yang disajikan dengan potongan daging kikil sapi.

Bacang panas yang terbuat dari beras ketan tersebut dihargai hanya Rp10.000 per porsinya. Tak ayal, makanan ini menjadi kuliner penghilang lapar di malam hari.

Simak Video Pilihan Ini:


Bacang Bandung

Ofie, wisatawan asal Palembang Sumsel saat membeli bacang panas, kuliner pinggir jalan di Jalan Braga Bandung Jabar (Liputan6.com / Nefri Inge)

Ada juga tahu gejrot yang seporsinya hanya Rp15.000 serta skoteng panas dengan harga Rp10.000 segelas. Wisatawan bisa menikmati kuliner lezat tersebut sembari duduk di pinggir jalan, menikmati malam yang sejuk di Jalan Braga Bandung.

Selain kuliner pinggir jalan di malam hari, wisawatan juga memanjakan mata dengan melihat bangunan-bangunan tua yang masih kokoh.

Diterangi lampu-lampu malam yang temaram, bangunan tua di Jalan Braga Bandung kian terlihat estetik dan menjadi lokasi swafoto yang paling diburu para wisatawan.

Menurut Soimah, salah satu pengunjung asal Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), suasana malam di Jalan Braga benar-benar mengasyikkan.

“Saya dan teman-teman bisa menikmati suasana malam dengan santai, sambil lesehan di pinggir jalan menikmati jajanan murah yang enak. Seperti mengenang masa muda, bisa leluasa nongkrong tanpa takut ada gangguan apapun,” ucapnya kepada Liputan6.com, Minggu (24/2/2024).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya