Rupiah Melemah ke 15.623 per Dolar AS di Awal Pekan, Penyebabnya Sinyal Dovish The Fed

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini akan berada di rentang 15.550 per dolar AS hingga 15.650 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Feb 2024, 10:15 WIB
Pada Senin (26/2/2024), Nilai tukar rupiah dibuka melemah 25 poin atau 0,16 persen menjadi 15.623 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.598 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah sinyal kurang dovish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait kebijakan suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate (FFR).

Pada Senin (26/2/2024), Nilai tukar rupiah dibuka melemah 25 poin atau 0,16 persen menjadi 15.623 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.598 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, salah satu pejabat The Fed, John Williams, menyatakan bahwa arah perekonomian AS saat ini menuju ke arah yang diharapkan.

Ia juga berpendapat bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada akhir tahun ini.

 

"Pernyataannya mengisyaratkan bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat," kata Josua dikutip dari Antara.

 

Meskipun pernyataannya kurang dovish, imbal hasil atau yield US Treasury (UST) 10 tahun turun tujuh basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Sementara itu, imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Indonesia tenor panjang turun satu bps, sedangkan yield obligasi tenor pendek tercatat tidak berubah.

Volume perdagangan obligasi Pemerintah Indonesia mencatat rata-rata Rp 15,89 triliun pada pekan lalu, lebih rendah dibandingkan volume pekan sebelumnya, sebesar Rp 29,21 triliun.

Josua memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini akan berada di rentang 15.550 per dolar AS hingga 15.650 per dolar AS.


BI Klaim Rupiah Lebih Jos dari Ringgit Malaysia hingga Won Korea

Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Rupiah melemah sejumlah perusahaan menutup operasional. Nilai tukar mata uang terhadap dolar membuat ekonomi dunia makin tak menentu.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah ketegangan geopolitik dunia. Hal ini tercermin dari pelemahan (depresiasi) nilai tukar Rupiah yang lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia hingga Won Korea Selatan.

"Nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2024).

Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen. Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023.

"Sementara Won Korea, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand melemah masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen," bebernya.

Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia untuk mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.


Persepsi Positif

Petugas memperlihatkan uang pecahan US$100 dan rupiah di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing. Kemudian, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market. 

"Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," imbuh Perry mengakhiri. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya