Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Republik Indonesia Jerry Sambuaga mengungkapkan Indonesia mencatatkan neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020. Hal itu tak lepas dari produk nasional yang mendukung ekspor.
Adapun neraca dagang Indonesia kembali surplus pada Januari 2024 sebesar USD 2,02 miliar atau setara Rp 31,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.630 per dolar AS). Hal Ini memperpanjang catatan surplus neraca dagang Indonesia sejak Mei 2020 atau 45 bulan secara beruntun.
Advertisement
"Kita selalu mengalami surplus neraca perdagangan. Artinya nilai ekspor lebih tinggi, kita mampu mengendalikan neraca perdagangan,” kata Jerry dalam acara Penganugerahan GDI 2023 dan Peluncuran GDI 2024, Senin (26/2/2024).
Jerry menambahkan, surplusnya neraca perdagangan Indonesia tidak lepas dari produk-produk nasional atau lokal yang selama ini mewarnai kegiatan ekspor Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Jerry Sambuaga menuturkan, Good Design Indonesia (GDI) merupakan ajang tahunan penganugerahan produk desain terbaik Indonesia dalam rangka mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia, khususnya produk berbasis desain.
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus per Januari 2024 sebesar USD 2,02 miliar.
"Pada Januari 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 2,02 miliar, yang secara nilai turun USD 1,27 miliar dibandingkan bulan sebelumnya," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Januari 2023, Kamis, 15 Februari 2024.
Amalia mengatakan, capaian ini membuat Indonesia sukses mencatat surplus neraca perdagangan selama 45 bulan beruntun, yang tercatat sejak Mei 2020.
"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.
Dia menuturkan, surplus neraca perdagangan Januari 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.
Komoditas Nonmigas
Surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar USD 3,32 miliar, dan komoditas penyumbang surplus utama barang bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS15), serta besi dan baja (HS72).
Lebih lanjut, suprlus neraca perdagangan nonmigas Januari 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan Januari 2023. Disisi lain, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD 1,03 miliar, dan penyumbang desifit adalah hasil minyak dan minyak mentah.
"Defisit neraca perdagangan migas Januari 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," ujarnya.
Adapun tercatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan barang dengan beberapa negara, tiga besar diantaranya dengan India USD 1,38 miliar, Amerika Serikat USD 1,21 miliar, dan Filipina surplusnya sebesar USD 0,63 miliar.
Advertisement
Neraca Dagang Surplus 44 Bulan Berturut-turut, Ini Negara Penyumbang
Sebelumnya diberitakan, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2023 dengan nilai yang mencapai USD3,31 miliar. Angka tersebut merupakan tren surplus sejak Mei 2020 atau telah berlangsung selama 44 bulan berturut-turut.
Raihan ini disebut mencerminkan ketahanan eksternal yang terjaga di tengah pelambatan perekonomian global. Sepanjang tahun 2023, surplus neraca perdagangan internasional Indonesia secara agregat mencapai USD36,93 miliar dan melanjutkan tren surplus dalam 4 tahun terakhir.
Performa impresif neraca perdagangan tidak terlepas dari terjaganya kinerja ekspor Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, dan gejolak geo-politik yang mewarnai 2023.
Kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mencapai USD258,82 miliar, masih lebih tinggi dari nilai impor sebesar USD221,89 miliar.
India dan Amerika Serikat menjadi 2 negara penyumbang surplus terbesar untuk tahun 2023 dengan nilai surplus masing-masing sebesar USD14,51 miliar dan USD14,01 miliar.
Indonesia bahkan berhasil mematahkan konsistensi defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok sejak tahun 2008 dan berhasil mencatatkan surplus sebesar USD2,06 miliar untuk tahun 2023.
Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk tahun 2023 mencapai USD64,94 miliar dengan komoditas utama ekspor yakni besi dan baja, batu bara, kelapa sawit, dan produk nikel.
Kinerja Perdagangan
Selama periode Januari – November 2023, ekspor produk nikel Indonesia mampu mencetak rekor tertingginya sebesar USD4,5 miliar seiring gencarnya kebijakan hilirisasi yang dilakukan Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif dengan Tiongkok. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi. Dan kita tidak membayangkan bahwa kita pada titik di 2023 bahwa kita bisa positif dengan Tiongkok. Bahkan kita positif dengan hampir seluruh mitra dagang kita, dengan Eropa, dengan India, dengan Amerika. Sehingga tentu ini merupakan kunci daripada kekuatan perekonomian kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Kamis (18/1/2024).
Salah satu implementasi komitmen Pemerintah untuk mendorong kinerja ekspor nasional tersebut yakni melalui upaya diversifikasi produk ekspor agar tidak hanya dalam bentuk komoditas melainkan juga produk manufaktur.
Menko Airlangga menuturkan, ekspor tidak hanya mengandalkan komoditas primer seperti batu bara, kelapa sawit, besi, baja, namun juga barang-barang manufaktur seperti kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.
Advertisement