Liputan6.com, Seoul - Suni and the Seven Princesses adalah grup rap yang kini sangat populer di Korea Selatan. Tapi tunggu dulu, ini bukan grup biasa.
Mereka terdiri dari nenek-nenek yang usianya 70 sampai 80-an dan kini menggemparkan industri hiburan Negeri Gingseng.
Advertisement
Sekelompok wanita lanjut usia dari pedesaan Chilgok, sebuah daerah di provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan, menjadi berita utama internasional karena pesatnya popularitas mereka sebagai grup rapper.
Suni and the Seven Princesses baru debut pada Agustus tahun lalu, namun grup rap yang tidak biasa ini kini dikenal di seluruh dunia, dikutip dari laman Oddity Central, Selasa (27/2/2024).
Sekelompok nenek ini tampil mengenakan pakaian longgar dan rantai di leher mereka, dan nge-rap tentang gaya hidup pedesaan, terutama di pedesaan Korea Selatan.
Kedelapan orang anggota grup tersebut sudah saling kenal sejak masih muda, namun mereka baru memutuskan untuk membentuk grup rap tahun lalu.
Karena besar di pedesaan, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan, sehingga pada tahun 2016, mereka akhirnya memutuskan untuk belajar membaca dan menulis alfabet Korea, Hangul.
Suatu hari, Park Jeom-sun, pemimpin grup berusia 81 tahun, melihat video rap di internet dan meyakinkan guru Hangul mereka untuk menunjukkan cara melakukan rap.
Nenek-nenek ini menulis lirik tentang gaya hidup pedesaan mereka, seperti memetik cabai dan semangka di ladang, dan mereka menampilkan penampilan rap pertama mereka tahun lalu di sebuah drama sekolah.
“Rasanya aku semakin muda. Meski tua, aku tetap bersemangat,” kata Park Jeom-sun alias Suni seraya menambahkan bahwa dia dan para Putri menjalani masa mudanya dengan cara yang sangat menyenangkan.
6 Kakek-kakek Anggota Gangster Ditangkap Polisi Atas Kasus Perampokan di Italia
Jika sebelumnya ada lansia yang berprestasi, maka beda dengan yang satu ini.
Sekelompok pria bersenjata berisi enam orang ditangkap oleh polisi Roma, Italia dalam kasus perampokan.
Fakta langkanya, bahwa kelompok ini berisikan kakek-kakek berusia 60-70 tahun, dikutip dari laman Oddity Central.
Italo De Witt (70) memang dikenal sejumlah komunitas dan dijuluki sebagai "the German" atau orang Jerman. Ada juga Sandro Baruzzo (68) dan Raniero Pula (77).
Ketiganya adalah pentolan di grup tersebut, dan terlihat seperti kakek yang tidak berbahaya dibandingkan penjahat kelas kakap.
Namun penampilan bisa menipu. Jaksa Italia menyatakan bahwa mereka adalah pemimpin sekelompok perampok bersenjata kejam yang berspesialisasi di kantor pos Roma.
Geng tersebut memiliki struktur yang sangat jelas, dengan tiga pria lanjut usia di posisi teratas, dan tiga ahli lainnya sebagai pembuat kunci (66) untuk memecahkan berbagai pintu, dan dua tukang batu (51 dan 56 tahun).
Advertisement
Lansia dengan Catatan Kriminal
Semua anggotanya memiliki catatan kriminal, namun tiga pentolan di grup ini memiliki catatan yang sangat mengesankan sejak tahun 1970an.
Pihak berwenang Italia mulai menyelidiki aktivitas geng tersebut setelah perampokan di kantor pos pada Mei tahun lalu.
Pada saat itu ada tiga orang yang mengenakan masker, topi, dan kacamata hitam agar tidak dikenali, menodongkan senjata kepada staf dan berhasil kabur dengan uang 195.000 euro ($211.000).
Sejak itu, penyelidik mengetahui bahwa mereka merencanakan setidaknya dua perampokan lagi, yang keduanya akhirnya dibatalkan karena berbagai faktor.