Liputan6.com, Jakarta - PT Satu Visi Putra Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar untuk bahan advertising dan printing mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, (27/2/2024).
Mengutip keterbukaan informasi BEI, PT Satu Visi Putra Tbk mencatatkan saham di papan pengembangan BEI dengan kode saham VISI dan menjadi perusahaan tercatat ke-19 di BEI pada 2024.
Advertisement
Jumlah saham yang dicatatkan Perseroan 3,07 miliar saham yang terdiri dari saham pendiri 2,46 miliar saham, penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) sebesar 608,85 juta saham, dan program alokasi saham pegawai (ESA) 6,15 juta saham.
Harga penawaran saham perdana Rp 120 dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Dengan demikian, Perseroan meraup dana IPO Rp 73,80 miliar.
Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 3,49 persen untuk pembelian armada pengangkutan dan akan dilakukan pada kuartal II 2024. Sisa dana IPO akan dipakai untuk modal kerja yakni berupa pembelian barang dagang berupa banner.
Dalam pelaksanaan IPO, Perseroan telah menunjuk PT Surya Fajar Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Setelah IPO, pemegang saham Satu Visi Putra antara lain David Dwiputra sebesar 71,54 persen, Farrel Yonathan sebesar 6,50 persen, Robert Putra Sampurna sebesar 1,95 persen dan masyarakat sebesar 20 persen.
Berikut jadwal IPO Perseroan:
- Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 19 Februari 2024
- Masa penawaran IPO pada 21-23 Februari 2024
- Tanggal penjatahan pada 23 Februari 2024
- Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 26 Februari 2024
- Tanggal pencatatan saham pada 27 Februari 2024
IPO Satu Visi Putra
Sebelumnya diberitakan, PT Satu Visi Putra Tbk akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 615 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 25 per lembar. Melansir prospektus perseroan dalam laman e-ipo, Selasa (30/1/2024), Satu Visi Putra memasang harga penawaran pada kisaran Rp 110-120 per lembar.
Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 73,8 miliar dari IPO. Perseroan juga mengadakan program kepemilikan saham Perseroan oleh Karyawan (Employee Stock Allocation/ESA) dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar 1 persen saham dari saham yang ditawarkan dalam IPO, atau sebanyak-banyaknya 6,15 ribu saham.
Rencananya, sekitar 3,49 persen dana IPO akan dialokasikan untuk pembelian armada pengangkutan berupa 1 unit mobil HINO / RANGER FL 280 JW EURO 4 dan 3 unit mobil HINO / DUTRO 136 HDX 6.8 EURO 4 yang akan dilakukan dengan pihak ketiga dan direncanakan akan dilakukan pada kuartal II tahun 2024.
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja yaitu untuk pembelian barang dagang berupa banner, mengingat kebutuhan banner yang meningkat dan merupakan kontribusi terbesar dari penjualan perseroan. Setelah IPO, mulai tahun buku 2023 dan seterusnya manajemen Perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 25 persen atas laba bersih tahun berjalan perseroan.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi Perseroan di masa yang akan datang dan dengan memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya.
Advertisement
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.
"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).
Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.
Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.
Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.
"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.
Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.
Advertisement