Liputan6.com, Jakarta Anak-anak kerap dianggap belum cukup umur untuk menerima pendidikan seks. Padahal, pendidikan seks tak melulu soal hubungan intim pria dan wanita.
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, pengenalan seksualitas pada anak dapat diawali dengan mengenalkan organ reproduksi.
Advertisement
"Penting dipahami bersama bahwa pendidikan seksualitas bukan cara berhubungan seks semata, melainkan dalam arti positif yaitu membekali pengetahuan akan kesehatan reproduksi untuk mencegah agar masalah seksualitas tidak terjadi," kata Hasto dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (27/2/2024).
Bahkan, pendidikan seks sejak dini dapat membantu mencegah terjadinya kanker mulut rahim dan kanker payudara.
“Pendidikan seks yang diberikan di usia dini dapat mencegah terjadinya kanker mulut rahim, kanker payudara, dan sebagainya. Ini karena bisa dicegah di awal ketika kita mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi," tambah Hasto.
Hasto menilai bahwa pendidikan seks masih cenderung rendah pada remaja di Indonesia. Hingga saat ini, pendidikan seks masih dianggap tabu. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan edukasi seks pada anak.
"Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu. Upaya kita untuk melakukan pendidikan seksual secara komprehensif masih menemui banyak tantangan," kata Hasto dalam keterangan lain.
Ajarkan Cara Menjaga dan Merawat Organ Reproduksi
Hasto kembali meluruskan bahwa pendidikan seksualitas itu bukan tentang mengajari soal berhubungan seks. Melainkan mengenai pengenalan alat reproduksi hingga fungsinya.
Selain itu, mengajarkan cara menjaga dan merawat organ reproduksi termasuk mencegah penyakit.
Melihat tantangan yang masih besar dalam memberikan pendidikan seksualitas, BKKBN mengupayakan cara penyampaian edukasi lewat generasi sebaya.
"Untuk itu melalui Program Generasi Berencana atau GenRe, BKKBN mencoba untuk memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya," kata Hasto.
Advertisement
Tentang GenRe
GenRe adalah program yang dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran, yaitu remaja berusia 10 hingga 24 tahun tetapi belum menikah. Ini termasuk siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah.
Tiga masalah remaja yang saat ini berusaha diselesaikan oleh BKKBN melalui forum GenRe, yakni:
- Tingginya pernikahan dini
- Pergaulan atau seks bebas
- Penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza).
Hindarkan Remaja dari Seks Bebas
Hasto yakin jika remaja laki-laki dan perempuan mendapatkan pendidikan seksualitas yang baik, maka mereka akan mampu merawat organ reproduksi dengan baik serta tidak melakukan seks bebas.
"Saya yakin jika remaja khususnya remaja baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free sex," ujarnya.
Seks bebas perlu dihindari lantaran memiliki banyak risiko, apalagi jika dilakukan sejak usia muda.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan ini menjelaskan, orang yang melakukan seks bebas rawan terkena penyakit reproduksi salah satunya kanker serviks.
Perempuan di bawah usia 20 tahun memiliki bentuk serviks atau mulut rahim yang masih menghadap keluar, sehingga bila tersentuh alat kelamin laki-laki maka akan rawan dan berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
“Bila sudah terpapar HPV maka dalam kurun waktu tujuh hingga 20 tahun ke depan berpotensi terjadi kanker serviks atau kanker mulut rahim,” tutup Hasto.
Advertisement