Liputan6.com, Washington, DC - Joe Biden mengatakan pada Senin (26/2/2024), dia berharap gencatan senjata di Jalur Gaza dapat dimulai pada awal pekan depan.
Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di wilayah Palestina, perwakilan dari Mesir, Qatar, Amerika Serikat (AS), Prancis dan negara lain telah bertindak sebagai perantara bagi Israel dan Hamas. Mereka berupaya menghentikan perang di Jalur Gaza dan membebaskan sisa sandera yang ditahan dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Advertisement
Kesepakatan tersebut dapat mencakup pertukaran sandera dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Biden ditanya saat berkunjung ke New York kapan kesepakatan tersebut akan dimulai dan menjawab, "Penasihat keamanan nasional saya memberi tahu saya bahwa kita sudah dekat, sudah dekat, dan belum selesai."
"Harapan saya adalah Senin (4/3) depan kita bisa melakukan gencatan senjata," tambah Biden, seperti dilansir CNA, Selasa (27/2).
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menuturkan kepada CNN pada Minggu (25/2), "Perwakilan dari beberapa pihak, tidak termasuk penguasa Jalur Gaza, Hamas, bertemu di Paris pada akhir pekan dan mencapai pemahaman ... tentang seperti apa bentuk dasar kesepakatan."
Media Mesir kemudian melaporkan bahwa setelah bertemu di Paris, para pejabat Mesir, Qatar, dan AS bertemu di Doha selama beberapa hari terakhir untuk melakukan pembicaraan yang juga dihadiri oleh perwakilan Israel dan Hamas. Harapannya, gencatan senjata dapat tercapai sebelum bulan suci Ramadan.
Sumber Hamas mengatakan kepada AFP bahwa "beberapa amandemen baru" diusulkan mengenai isu-isu yang kontroversial, namun Israel tidak memberikan posisi substantif apa pun mengenai ketentuan gencatan senjata dan penarikan diri dari Jalur Gaza.
Netanyahu Bersikeras Serang Rafah
Sementara itu, di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak permintaan penarikan pasukan dari Jalur Gaza, menganggap langkah tersebut sebagai sebuah khayalan.
Netanyahu menegaskan bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata hanya akan menunda serangan militer ke Kota Rafah di Gaza Selatan, di mana sekitar 1,4 juta warga Palestina mencari perlindungan dari pertempuran di area lain di Jalur Gaza.
Pada Senin, seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada situs berita Ynet bahwa "arah (perundingan) positif". Selain itu, media Israel melaporkan bahwa pejabat militer dan intelijen Israel sedang menuju ke Qatar untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai kesepakatan.
Advertisement
Korban Jiwa Akibat Serangan Brutal Israel Nyaris 30.000 Orang
Serangan militer Israel ke Jalur Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat, telah menewaskan sedikitnya 29.782 warga Palestina di wilayah kantong itu. Sebagian besar korban jiwa perempuan dan anak-anak.
Perang di Jalur Gaza pecah setelah Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan yang diklaim menewaskan 1.160 orang.
Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, 130 di antaranya masih berada di Jalur Gaza, termasuk 31 orang yang diperkirakan tewas.