Liputan6.com, Purwakarta - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai mengintai wilayah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat di awal 2024 ini. Data dari Dinas Kesehatan setempat tercatat, ada sebanyak 274 orang yang telah terjangkit penyakit mematikan itu. Dari jumlah penderita ini, tiga orang di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Deni Darmawan membenarkan jika saat ini terjadi lonjakan kasus DBD di wilayahnya. Adapun warga yang terjangkit DBD tersebut sebagian besar dari kalangan anak-anak.
"Di awal tahun ini terjadi lonjakan kasus DBD. Data tersebut, merupakan akumulasi dari laporan yang kami terima dari Puskesmas dan rumah sakit," ujar Deni kepada Liputan6.com di kantornya, Selasa (27/2/2024).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Deni, warga yang terjangkit DBD ini jumlahnya dipastikan bertambah. Adapun data yang disebutkan di atas, itu merupakan akumulasi dari data per Januari 2024 ini.
"Untuk yang Februari masih didata. Kemungkinan, jumlah pasien tersebut bertambah," kata dia.
Atas kondisi tersebut, Deni mengimbau kepada masyarakat untuk ekstra waspada. Apalagi, di musim hujan seperti sekarang ini perkembangbiakan nyamuk pembawa vektor dengue ini lebih cepat dari biasanya.
"Kalau musim hujan, perkembangbiakannya itu lebih cepat. Masyrakat juga harus tahu, ada jam-jam rawan serangan nyamuk. Yakni, di jam 9 sampai jam 10 pagi dan jam 4 sampai jam 5 sore," jelas dia.
Berpotensi di Seluruh Wilayah
Deni menjelaskan, penyebaran penyakit DBD itu berpotensi hampir seluruh wilayah di daerahnya. Hanya saja, ada beberapa wilayah di empat kecamatan yang paling di antisipasi oleh jajarannya. Yakni, wilayah yang ada di Kecamatan Purwakarta Kota, Sukatani, Darangdan, serta Kecamatan Pasawahan.
Dalam kesempatan itu, pihaknya pun merilis kasus DBD sepanjang 2023 kemarin. Dari catatan yang ada di dinasnya, tahun kemarin ada sebanyak 424 warga yang terserang DBD. Dari jumlah tersebut, 3 pasien dari kalangan anak-anak dilaporkan meninggal dunia.
"Kasus DBD yang terjadi di Purwakarta, pasiennya itu didominasi oleh anak-anak," imbuh dia.
Terkait upaya pencegahan yang dilakukan jajarannya, Deni mengungkapkan, hingga kini pihaknya terus gencar melalukan sosialisasi kepada masyarakat guna mengantisipasi penyebaran penyakit musiman ini. Adapun salah satu upaya untuk mengantisipasi DBD, itu bisa dengan cara menerapkan prilaku 3M+.
Yakni, sering-sering menguras bak mandi, membersihkan saluran air dan lingkungan, serta mengubur barang-barang yang tak terpakai plus menghidari gigitan nyamuk. Misalnya, dengan memakai lotion anti nyamuk jika sedang berada di luar ruangan.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal. Karena, dengan kondisi lingkungan besih bisa menjadi penangkal datangnya penyakit tersebut," tegas dia.
Deni menambahkan, kasus DBD tertinggi pernah terjadi di wilayahnya. Yakni, pada 2016 lalu dengan jumlah warga yang terjangkit sebanyak 722 jiwa. Pihaknya berharap, kejadian serupa tidak terulang kembali di tahun ini.
"Dulu di kita ada Kelompok Kerja Nasional (Pokjanal) DBD. Tahun ini akan kembali diaktifkan, untuk menekan kasus DBD. Selama ini, kami juga telah menyebar petugas Jumantik (juru pemantau jentik) di setiap desa," tambah dia.
Dia menambahkan, untuk pencegahan DBD sebenarnya bisa juga dengan vaksin. Namun, untuk vaksin DBD saat ini belum jadi imuniasi program. Tapi, masyarakat bisa mendapat vaksin tersebut karena sudah tersedia di layanan kesehatan swasta.
"Mudah-mudahan kasus DBD ini turun di Maret nanti," pungkasnya.
Advertisement