Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Amerika Serikat (AS) Taylor Swift telah menarik perhatian mulai dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS hingga wall street dengan konser Eras Tour-nya. Bahkan konser Taylor Swift disebut-sebut berdampak terhadap ekonomi suatu negara.
Dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (27/2/2024), laporan baru dari bank investasi Jepang Nomura menyebutkan, konser Eras Tour Taylor Swift telah membantu ekonomi lokal. Namun, Nomura mempertanyakan seberapa besar pengaruhnya terhadap data nasional.
Advertisement
“Peningkatan konsumsinya tentu saja membuat pengamat ekonomi AS terpesona, tetapi kami yakin dampak makro ekonomi secara keseluruhan mungkin berlebihan,” tulis ekonom Nomura, Si Ying Toh dalam catatannya kepada klien pekan lalu seperti dikutip dari CNBC.
Pada kuartal I dan III 2023, usaha Taylor Swift sendiri meningkatkan nominal penjualan ritel AS 0,03 persen dan produk domestik bruto (PDB) riil yang merupakan ukuran output ekonomi sebesar 0,02 persen, menurut prediksi Nomura.
Sepanjang 2023, konser pemenang Grammy sebanyak 14 kali itu menyumbang 0,5 persen dari pertumbuhan konsumsi nasional, menurut perhitungan Nomura.
Meski poin data tersebut mungkin dianggap marginal,Toh menuturkan, peningkatan ekonomi yang oleh sebagian orang disebut swift-lift tidak dapat disangkal untuk 20 kota di AS yang ia kunjungi.
Toh menunjukkan, The Eras Tour meningkat 2,1 persen terhadap inflasi penginapan selama bulan kunjungan Swift. Data dari platform pemesanan hotel Trivago menunjukkan peningkatan serupa.
Melihat Chicago secara spesifik, Toh prediksi,harga penginapan naik 3,1 persen seiring tiga pertunjukan Swift di sana. Chicago yang merupakan kota terpadat ketiga di AS alami peningkatan okupansi 8,1 persen dan pendapatan hotel naik 59 persen per kamar yang tersedia.
Katalis Ekonomi
Selain itu, indeks harga konsumen kota Illinois naik 0,5 persen dari kunjungan Taylor Swift. Toh menuturkan, kecil kemungkinan perbaikan lokal ini dapat terwujud dalam statistik tingkat nasional di negara besar antara lain Amerika Serikat, Inggris dan Jepang.
"Namun, peristiwa ini patut diwaspadai sebagai katalis ekonomi potensial di negara-negara di dunia,” ujar dia.
Secara global, negara dengan ekonomi seperti Singapura dan Swedia dapat memperoleh peningkatan makro terbesar dari kunjungan Taylor Swift.
"Guncangan eksogen memainkan peran penting dalam model ekonomi, baik dalam bentuk cuaca ekstrem, pandemi dan konser,” ujar dia kepada klien.
Ia menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, tur konser telah berkembang tidak hanya menjadi fenomena sosial yang besar tetapi juga berpotensi menjadi pendorong aktivitas ekonomi yang signifikan.
Adapun tur konser Taylor Swift akan berakhir jelang akhir 2024. Versi film konser Swift telah meraup lebih dari USD 200 juta secara global melalui bioskop, dan mulai di Disney+ pada 15 Maret.
Advertisement
Taylor Swift Belum Mampir ke Indonesia, Sandiaga Uno Bakal Siapkan Rp 2 Triliun Buat ITF
Sebelumnya diberitakan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menuturkan, konser internasional seperti Taylor Swift berdampak besar terhadap ekonomi suatu negara.
Untuk menggelar acara internasional yang dapat menarik wisatawan, pemerintah akan gelontorkan Rp 2 triliun melalui dana khusus pariwisata atau Indonesia Tourism Fund (ITF).
Sandiaga Uno menuturkan, langkah Singapura untuk menggelar konser Taylor Swift menjadi pelajaran. Hal itu disampaikan Sandiaga Uno melalui akun instagram resminya @sandiuno.
"Event musik internasional, seperti konser Taylor Swift memang memiliki dampak yang besar pada perekonomian suatu negara. Tapi mohon maaf swifties, Taylor Swift belum mampir dulu ke Indonesia. Diborong habis sama Singapura, namun ini menjadi pelajaran bagi kami,”tulis Sandiaga dikutip dari akun instagramnya @sandiuno, Kamis (22/2/2024).
Ia menambahkan, pemerintah akan menggelontorkan Rp 2 triliun melalui dana khusus pariwisata atau Indonesia Tourism Fund (ITF). "Dana ini akan digunakan untuk menggerakkan event-event lokal hingga internasional, dengan harapan dapat meningkatkan jumlah wisatatawan sehingga mampu membawa dampak penciptaan lapangan kerja yang lebih luas lagi,” tulis dia.
Lewat akun instagramnya tersebut, ia juga mengunggah wawancara video dengan salah satu media asing. Sandiaga menyebutkan, pariwisata Indonesia membutuhkan Swiftonomics seperti yang dilakukan pemerintah Australia dan Singapura yang gelar konser Taylor Swift.
“Kita memerlukan beberapa insentif, pertama kita membutuhkan apa yang dilakukan pemerintah Singapura dan pemerintah Australia yakni mendatangkan Taylor Swift. Kita membutuhkan swiftonomics dalam pariwisata Indonesia,” ujar dia.
Dana Pariwisata
Sandiaga yakin melalui ITF diharapkan dapat mengajukan penawaran untuk acara yang baik pada tahun mendatang. Acara tersebut bukan hanya acara musik tetapi juga olah raga.
"Saya yakin kita mulai dengan Indonesia Tourism Fund (ITF) yang diharapkan dengan ada dana pariwisata ini dapat mengajukan penawaran untuk acara baik pada tahun mendatang tak hanya musik tapi acara olah raga, kita perlu acara budaya yang baik di Indonesia untuk menarik wisatawan berkualitas baik untuk berkunjung ke Indonesia tinggal lebih lama dan berdampak dengan lebih banyak pengeluaran dolar AS ke dalam ekonomi lokal,” kata dia.
Sandiaga optimistis dengan beberapa transformasi yang dilakukan akan mendorong kualitas pariwisata yang ramah lingkungan yang fokus pada kualitas dan bekerlanjutan akan dapat dengan lebih baik dalam beberapa tahun mendatang.
Advertisement