Bos Indodax Prediksi Halving Bakal Kerek Harga Bitcoin

Halving Bitcoin adalah momen luar biasa di mana ada perubahan suplai Bitcoin, tetapi permintaan untuk Bitcoin bertambah yang membuat harga Bitcoin melonjak.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 28 Feb 2024, 11:01 WIB
CEO Indodax, Oscar Darmawan prediksi harga Bitcoin bisa menguat hingga 2 kali lipat atau lebih dalam momen Halving 2024. (Dok: Indodax)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Indodax, Oscar Darmawan prediksi harga Bitcoin bisa menguat hingga 2 kali lipat atau lebih dalam momen Halving 2024. 

Oscar menuturkan, Halving Bitcoin adalah momen luar biasa di mana ada perubahan suplai Bitcoin, tetapi permintaan untuk Bitcoin bertambah yang membuat harga Bitcoin melonjak. 

"Saya percaya Halving membawa kenaikan harga biasanya 2-3 kali lipat, bahkan 5 kali lipat pada 2013. Halving tahun ini, bisa mencapai 2 kali lipat atau lebih,” kata Oscar dalam Talkshow Indodax, Selasa (27/2/2024). 

Harga Kripto Masih Dipengaruhi Global

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya menyebut harga kripto masih dipengaruhi sentimen global. 

"Kripto sifatnya global karena sumbernya global dan pergerakannya global. Jadi istilahnya harga referensi harga global,  tidak ada pedagang yang menawarkan harga sendiri,” ujar Tirta. 

Tirta menambahkan, beberapa faktor yang mempengaruhi harga kripto adalah suku bunga AS dan  regulasi AS kepada industri kripto. 

"Misalnya AS naikan suku bunga, Bitcoin akan bergerak, kalau Bitcoin bergerak, kripto lainnya juga bergerak. SEC menetapkan ETF Bitcoin dan mengincar exchanger itu juga berpengaruh pada perkembangan kripto termasuk harganya,” pungkas Tirta. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Halving Makin Dekat, Ke Mana Arah Bitcoin?

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Sebelumnya diberitakan, jelang halving, harga Bitcoin berhadapan langsung dengan likuiditas di level USD 53.000 pada pergerakan tengah pekan ini. Penolakan kenaikan tersebut memicu aksi jual yang mengakibatkan penurunan lebih dalam di bawah USD 52.000, level yang menjadi penting bagi para pelaku pasar akhir pekan lalu.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan Bitcoin hampir tidak bertahan di atas USD 51.000 selama pergerakan pada awal pekan ketiga Februari 2024. Para pelaku pasar cenderung melihat level harga USD 50.000 dan USD 48.000 sebagai area dukungan potensial berikutnya. Terlebih momen halving yang semakin dekat kurang dari 60 hari.

"Halving Bitcoin yang diperkirakan terjadi antara 20-22 April 2024 nanti akan semakin menarik perhatian investor dan trader. Event halving ini diketahui memiliki dampak signifikan terhadap suplai Bitcoin, di mana hadiah untuk penambangan blok Bitcoin akan berkurang setengahnya. Ini merupakan mekanisme yang telah terprogram untuk mengurangi laju inflasi Bitcoin dan secara historis telah memicu kenaikan harga," kata Fyqieh dalam keterangan resmi, Kamis (22/2/2024).

Meski begitu, Fyqieh menilai pelaku pasar harus mengetahui tren Bitcoin halving yang terjadi secara berulang sejak 2009. Dalam catatannya, memang benar bahwa penurunan harga yang signifikan mendahului setiap halving, sehingga membuka peluang bagi lonjakan pasar berikutnya.

Misalnya, pada 2012, penurunan harga Bitcoin secara dramatis sebesar 50,78 persen terjadi hanya beberapa bulan sebelum halving. Namun, Bitcoin naik ke level baru setelahnya. Pola serupa juga terjadi pada tahun 2016 dan 2020, dengan koreksi sebelum halving masing-masing sebesar 40,37 persen dan penurunan tajam sebesar 63,09 persen, diikuti oleh pemulihan yang kuat setelah halving.


Potensi Mencapai Puncak

Ilustrasi bitcoin (Foto: Vadim Artyukhin/Unsplash)

"Pada awal tahun 2024, Bitcoin mengalami pertumbuhan sebesar 21,17 persen, memicu spekulasi pasar bullish yang akan datang. Namun, jika pola historis menunjukkan hal ini, pasar mungkin bersiap menghadapi koreksi, berpotensi turun di bawah USD 50.000 sebelum naik pasca-halving," beber Fyqieh.

Fyqieh menjelaskan trader dan investor juga akan terus mencoba untuk menaikan harga BTC di atas resistensi USD 53.000. Pengujian ulang yang berhasil pada level ini akan menyiratkan tren naik yang lebih kuat yang menargetkan area di atas USD 54.000.

Meskipun terjadi koreksi di bawah USD 50.000, Bitcoin menegaskan potensi mencapai puncaknya antara USD 58.000 dan USD 60.000 sebelum berkurang separuhnya.

Meski ada potensi penurunan, pentingnya kenaikan harga peristiwa halving ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Setelah halving pada tahun 2012, 2016, dan 2020, Bitcoin mengalami lonjakan yang mengejutkan masing-masing sebesar 11,000 persen, 3,072 persen, dan 700 persen. Periode momentum bullish ini berlangsung antara 365 dan 549 hari, mencerminkan dampak besar halving terhadap dinamika pasar.

"Jika pasar bullish yang akan datang mencerminkan lintasan masa lalu, ekspektasi dapat menentukan puncak pasar Bitcoin berikutnya sekitar bulan April atau Oktober 2025," pungkas Fyqieh.


Prediksi Harga Bitcoin

Bitcoin (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)

Dalam surat baru-baru ini kepada investor yang diterbitkan sebuah perusahaan modal ventura, Pantera Capital memproyeksikan harga bitcoin (BTC) dapat melonjak hingga USD 147.843 atau setara Rp 2,2 miliar (asumsi kurs Rp 15.246 per dolar AS) per koin setelah halving pada 2024.

Pantera Capital, yang berfokus pada aset mata uang kripto dan investasi teknologi blockchain, mengantisipasi harga BTC akan berkisar di sekitar USD 35.448 atau setara Rp 540,4 juta per koin sebelum melonjak 317 persen ke wilayah enam digit setelah halving.

“Halving pada 2020 mengurangi pasokan bitcoin baru sebesar 43 persen dibandingkan halving sebelumnya. Dampaknya terhadap harga sebesar 23 persen,” kata Pantera, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (5/9/2023).

Pantera Capital menambahkan, jika sejarah terulang kembali, halving berikutnya akan membuat bitcoin naik menjadi USD 35.000 sebelum halving dan USD 148.000 setelahnya.

Pantera menjelaskan pihaknya memanfaatkan model harga S2F untuk memfasilitasi proyeksi tren harga. Model berbasis teori kuantitas mempertimbangkan penilaian bitcoin terhadap kelangkaannya dengan membandingkan keseluruhan stoknya (pasokan yang beredar) dengan aliran produksi tahunannya (koin yang baru dibuat). 

Hal ini menunjukkan ketika tingkat penerbitan BTC menurun melalui halving berturut-turut, maka BTC menjadi semakin langka dan oleh karena itu semakin besar kemungkinan nilainya akan terapresiasi seiring berjalannya waktu. 

Namun demikian, banyak pendukung BTC memandang model ini dengan skeptis setelah beberapa prediksi gagal dalam dua tahun terakhir.

 


Prediksi Harga Bitcoin Lainnya

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Prospek harga pasca-halving Pantera sejalan dengan beberapa perkiraan lain yang memasukkan halving sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penilaian BTC secara keseluruhan. 

Fundstrat, dalam catatan investor yang diterbitkan beberapa minggu lalu, memvalidasi ekspektasinya terhadap harga USD 180.000 atau setara Rp 2,7 miliar setelah halving.Demikian pula, Blockware Solutions berspekulasi pada 18 Agustus 2023, bitcoin berpotensi mencapai USD 400.000 atau setara Rp 6 miliar setelah Halving. 

Pada akhir 2024, Matrixport memperkirakan nilai BTC sebesar USD 125.000 atau setara Rp 1,9 miliar, sementara raksasa keuangan Standard Chartered memproyeksikan usd 120.000 atau setara Rp 1,8 miliar pada akhir 2024.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya