Profil Aaron Bushnell, Tentara AS yang Tewas Bakar Diri Demi Bela Rakyat Palestina

Berikut profil Aaron Bushnell yang tewas usai bakar diri.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Feb 2024, 14:01 WIB
Orang-orang berpartisipasi dalam peringatan Angkatan Udara AS Aaron Bushnell yang membakar diri demi Palestina di luar Kedutaan Besar Israel pada 26 Februari 2024 di Washington, DC. (AFP) ​

Liputan6.com, Washington D.C - Aaron Bushnell dikonfirmasi menjadi pelaku bakar diri saat melakukan pembelaan terhadap warga Palestina di depan kedutaan Israel, Washington D.C pada hari Minggu (25/2).

Aaron Bushnell dibawa ke rumah sakit setelah petugas Dinas Rahasia memadamkan api yang membakar tubuhnya. Ia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Juru bicara Pentagon menyebut insiden yang terjadi pada pukul 13.00 waktu setempat (18.00 GMT) itu sebagai "peristiwa tragis".

Lantas siapa sosok pria tersebut? Berikut profil Aaron Bushnell yang tewas usai bakar diri, dikutip dari laman nymag.com, Rabu (28/2/2024).

Aaron Bushnell adalah anggota Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) berusia 25 tahun yang ditempatkan di pangkalan Angkatan Udara Lackland, San Antonio dan berasal dari Whitman, Massachusetts.

Ia bergabung dengan Angkatan Udara AS sebagai anggota aktif pada Mei 2020. Sejak itu bekerja di bidang teknologi informasi dan operasi pengembangan.

Di halaman LinkedIn-nya, Bushnell menulis bahwa dia ingin “beralih dari Angkatan Udara AS ke bidang rekayasa perangkat lunak.”

Dalam pernyataannya pada Senin (26/2), anggota Angkatan Udara ini menyatakan bahwa dia adalah spesialis operasi pertahanan dunia maya di Skuadron Dukungan Intelijen 531.

Bushnell tumbuh dalam kelompok agama bernama di Cape Cod yang bernama Community of Jesus.

Menurut seorang teman keluarga dan mantan anggota Komunitas Yesus yang berbicara dengan Washington Post, dia dibesarkan di sebuah kompleks keagamaan di Orleans yang terkait dengan kelompok tersebut.

Temannya mengatakan kepada media The Post bahwa anak-anak muda di Komunitas Yesus sering bergabung dengan militer, berpindah dari “satu kelompok dengan kontrol tinggi ke kelompok dengan kontrol tinggi lainnya.”

 


WHO Sebut Sistem Kesehatan di Gaza Sangat Kritis

Anak-anak Palestina yang mengungsi berkumpul untuk menerima makanan di sebuah sekolah pemerintah di Rafah, Jalur Gaza selatan pada 19 Februari 2024. (MOHAMMED ABED/AFP)

Bicara soal update warga Gaza, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza sudah sangat kritis.

Hal itu dilaporkan pada Selasa (20/2/2024) seiring fasilitas kesehatan di seluruh daerah kantong Palestina itu berhenti berfungsi, meningkatnya pembatasan akses, berkurangnya persediaan medis, serta pengurangan bantuan kemanusiaan lainnya yang dibutuhkan untuk merawat para pasien.

Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, adalah kasus terbaru. Rumah sakit yang menjadi sasaran operasi militer Israel itu kini berhenti beroperasi.

WHO, bersama Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), serta Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, baru-baru ini menjalankan misi beresiko tinggi ke fasilitas medis itu untuk membawa bahan bakar dan pasokan penting lainnya, serta mengevakuasi pasien yang berada dalam bahaya. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Rabu (22/2).


Dihadang Pasukan Israel

Perang antara Israel dan Hamas kali ini menjadi perseteruan paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel dan Palestina. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina mengatakan kepada VOA bahwa misi selama tiga hari itu selalu dihadang oleh personel militer Israel di sekitar kompleks tersebut.

Peeperkorn mengatakan, timnya tidak diizinkan masuk selama dua hari pertama dan baru diizinkan masuk pada hari ketiga.

Sebanyak 14 pasien kritis berhasil dipindahkan ke empat rumah sakit lain terdekat di wilayah itu. Delapan pasien di antaranya tidak dapat berjalan.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya