BSI Targetkan Jumlah Nasabah Naik hingga 3 Juta per Tahun

Hingga akhir Desember 2023 jumlah customer based atau nasabah BSI mencapai 19,65 juta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Feb 2024, 13:50 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kiri) didampingi Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi berbincang dengan nasabah saat bertransaksi untuk menunaikan ibadah haji di kantor cabang BSI Gedung Danareksa Jakarta (26/5/2023). (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menargetkan untuk meningkatkan jumlah nasabah sebesar 2 juta-3 juta per tahun.

"Hal ini menjadi optimis mengingat saat ini penambahan jumlah customer baru BSI sekitar 200.000 hingga 240.000 setiap bulan. Oleh karena itu, kami optimis bahwa setiap tahun target pertumbuhan customer 2 juta sampai 3 juta," kata Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (28/2/2024).

Anton mencatat, hingga akhir Desember 2023 jumlah customer based BSI mencapai 19,65 juta dengan pertumbuhan 10,53 persen secara tahunan (yoy).

Capaian ini diraih dengan berbagai langkah strategis yang mendorong peningkatan nasabah yakni perluasan literasi syariah, optimalisasi branding serta penguatan sektor - sektor potensial yang mendorong bisnis BSI. Seperti halal ecosystem (haji dan umroh, ZISWAF, pesantren, pendidikan, kesehatan, kosmetik dll), segmen retail dan juga bisnis emas.

"Tapi ada hal lain lagi yang kita consider terkait syariah adalah kaitannya dengan kemampuan di level service. iJadi bukan produknya saja, tapi service juga. Menurut saya, ini ruang yang sangat luas untuk kita kembangkan. Jadi kami di Bank Syariah Indonesia, rasanya optimistis dengan perkembangan dan ruang improve yang masih luar biasa jauh jangkauannya," jelas Anton.

Peningkatan Layanan

Di sisi lain, pertumbuhan nasabah BSI juga tidak lepas dari pengembangan produk-produk layanan yang lebih bervariasi.

Saat ini, BSI berfokus untuk mendorong produk-produk yang sudah ada agar lebih dikenal masyarakat, salah satunya masuk dalam pasar modal syariah melalui pembukaan RDN (Rekening Dana Nasabah).

 


Instrumen Wakaf

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). (Dok. Istimewa)

Selain itu, baru-baru ini juga perseroan tengah mendorong instrumen wakaf untuk bisa diakses dengan mudah lewat BSI Deposito Wakaf yang saat ini bekerjasama dengan Nazhir salah satu kampus.

Langkah ini bertujuan sebagai penetrasi pasar dengan produk deposito, namun bagi hasilnya nanti akan berkelanjutan untuk optimalisasi pendidikan di indonesia, khususnya bagi mahasiswa berprestasi yang tidak mampu.

"Tentu ini menjadi added value BSI yang tidak hanya fokus pada financial solution, melainkan sosial dan spiritual. Dengan adanya ini, kami semakin optimis bahwa kedepannya bank syariah akan mampu masuk kedalam seluruh segmen masyarakat secara menyeluruh. Artinya, satu orang mungkin nanti akan memiliki lebih dari 2-3 produk syariah yang bisa dipakai dalam aktivitasnya," tutur Anton.


Erick Thohir Racik 2 Opsi Divestasi Saham BSI

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri BUMN Erick Thohir tengah meramu opsi-opsi dalam proses divestasi saham Bank Syariah Indonesia (BSI). Dia menyiapkan setidaknya qda dua opsi yang perlu dibahas lebih lanjut.

Pertama, adalah mencari investor strategis. Kedua, menggabungkannya dengan layanan tabungan emas yang ada di Pegadaian, yang berada dalam Holding Ultra Mikro, BRI. Keduanya masih jadi pembahasan semua pihak terkait.

"Belum (diputuskan) ini, ada dua opsinya, satu cari strategic partner. Kedua kita me-link dengan tabungan emas," ujar Erick di Jakarta, dikutip Selasa (27/2/2024).

Terkait mitra strategis, Erick Thohir belum berbicara banyak. Lantaran, calon investor diakui masih banyak yang menunggu momen (wait and see). Dia menegaskan untuk mitra strategis diprioritaskan dari luar negeri.

"Kalau strategic (partner) dari luar negeri, karena kita mau cari funding murah," kata dia.

"Kita mau memastikan BSI ini punya strategic partner supaya yang sekarang nomor 11 terbesar di dunia bisa menjadi top 10," ia menambahkan.

Opsi lainnya adalah melakukan sinergi antar BUMN. Meski begitu, Erick belum berbicara lebih detail mengenai opsi ini. Termasuk bentuk kerja sama kedepannya pada konteks divestasi kepemilikan BSI.

"Tapi kemarin ada penawaran, program tabungan itu bagus, dan itu kan enggak semua bank boleh. Kenapa juga enggk BSI bisa bersinergi dengan Pegadaian, seperti apa kita belum bahas. Jadi masih opsi. Kalau yang tabungan emas internal, mungkin apakah BRI nambah porsi saham apa Pegadaian, belum, saya belum sampai ke sana," urainya.


Cari Investor

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan, ada dua opsi dalam aksi korporasi Bank Syariah Indonesia (BSI). Yakni, masuknya investor strategis atau melepas saham ke publik.

Ini berkaitan dengan rencana divestasi saham milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI) yang ada dalam porsi kepemilikan di BSI. Arya mengatakan, aksi korporasi ini masuk dalam daftar proyek strategis BUMN.

"Apakah nanti ke publik atau ke mana, terserah," ucap Arya di Jakarta, dikutip Kamis (22/2/2024).

Saham Lebih Atraktif

Dia menjelaskan dua langkah ini bisa menjadi opsi agar kinerja perusahaan berkode saham BRIS ini lebih baik kedepannya. Dia menilai, melalui pelepasan saham ke publik atau masuknya investor strategis, akan membuat saham BSI lebih atraktif.

"Iya. Biar sahamnya lebih atraktif," tegasnya.

Arya mengatakan, unlock value BSI ini masuk dalam 9 proyek strategis BUMN yang dikejar rampung tahun ini. Targetnya, langkah tersebut bisa selesai sebelum Oktober 2024.

Komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,47 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 23,24 perseb, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 15,38 persen. Sisanya saham BRIS dipegang masyarakat sebanyak 9,91 persen

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya