Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan sulitnya mencari pasokan beras dari negara-negara lain. Padahal, kata dia, dulunya banyak negara yang menawarkan pasokan beras kepada Indonesia.
"Sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen, itu juga tidak gampang dan tidak mudah," kata Jokowi dalam Rapim TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Advertisement
Dia mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomi dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai. Salah satunya konflik Ukraina hingga Gaza menyebabkan inflasi pangan.
"Lanskap ekonomi, lanskap politik dunia juga sulit dikalkulasi, sulit dihitung. Kita tahu konflik Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia," ujarnya.
Jokowi menuturkan, ketegangan ini membuat sejumlah negara produsen beras berhenti melakukan ekspor. Terlebih, saat ini juga ada perubahan iklim dan cuaca yang dapat menyebabkan gangguan rantai pasok pangan.
"Semuanya sekarang ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum maupun beras, akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan gangguan rantai pasok," jelas Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan percepatan impor beras menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi harga beras yang semakin naik.
"Tentu percepatan impor salah satunya menjadi solusi," kata Airlangga saat ditemui di kantornya Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa 27 Februari.
Airlangga menyebut, harga beras mengalami kenaikan lantaran dipengaruhi oleh faktor El Nino yakni gelombang panas yang menyebabkan masa tanam padi di Indonesia menjadi mundur.
"Kita lihat juga musim tanam dan kemarin kita lihat akibat El Nino, El Nino itu kan riil, kita sudah ingatkan dari tahun kemarin dan terlihat dari produksi di Januari, Februari, Maret dibanding tahun lalu lebih rendah dan demand juga berkurang 1 juta," ujarnya.
Kata Airlangga, sebenarnya Pemerintah sudah punya kuota impor 2 juta ton beras untuk stok CBP. Dari kuota 2 juta ton tersebut, realisasi impor beras yang sudah masuk baru mencapai 500 ribu ton.
Jokowi Bantah Harga Beras Masih Mahal
Presiden Jokowi membantah harga beras di pasar dan ritel masih melonjak. Berdasarkan laporan yang diterimanya, Jokowi mengklaim harga beras di sejumlah pasar saat ini sudah turun.
"Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun. Karena harian itu saya cek. Dan saya itu selalu mendapatkan angka-angka," kata Jokow.
Dia pun mempersilakan awak media untuk mengecek langsung harga beras di pasar dan ritel. Misalnya, Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur dan Pasar Johar.
"Coba dicek, jangan menginformasikan seperti itu ya. Coba dicek di Pasar Induk Cipinang, cek ke Pasar Johar, ini pasar-pasar beras harus dicek, coba dicek, coba kalian datang ke Pasar Cipinang cek harga turun apa naik," jelasnya.
Advertisement
Minta Ada Stok Minimal di Bulog 1,2 Juta Ton
Presiden Jokowi pun meminta ada stok minimal di Bulog sebesar 1,2 juta ton, bahkan 3 juta ton sebagai stok beras cadangan ketika produksi beras nasional masih menunggu musim panen raya.
"Kan yang sudah diputuskan 2 juta (ton beras impor), yang sudah komit mau masuk 15 ribu ton," kata Airlangga.
Sebelumnya, Bapanas mengakui bahwa harga beras masih di atas Rp 16 ribu per kg. Hal itu karena harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani juga masih berada di kisaran Rp 8.000-Rp 8.600 per kg di sejumlah daerah.
Infografis Pergerakan Harga Beras 15-22 Februari 2024 Versi Bapanas
Advertisement