BUMN Rancang Peta Jalan Indonesia Swasembada Gula 2030

Holding BUMN Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food tengah menyusun peta jalan (roadmap) swasembada gula nasional.

oleh Arief Rahman H diperbarui 28 Feb 2024, 14:01 WIB
Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)

Liputan6.com, Jakarta Holding BUMN Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food tengah menyusun peta jalan (roadmap) swasembada gula nasional. Sejumlah tahapan pun dimulai sejak 2024 ini.

Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan menargetkan Indonesia bisa mencapai swasembada gula di 2030 mendatang. ID Food punya peran penting dalam mengejar misi tersebut.

“ID FOOD sendiri saat ini telah menyiapkan peta jalan pengembangan teknologi industri gula untuk mendukung terwujudnya swasembada gula 2030 yang terbagi secara on farm dan off farm,” kata Frans dalam keterangannya, Rabu (28/2/2024).

Pada tahap awal, di 2024-2025, ID Food akan fokus pada optimalisasi penggunaan aplikasi mobile planter, monitoring drone untuk pemetaan dan analisis data lahan. Kemudian perluasan penggunaan boom sprayer, penataan varietas, dan penerapan aplikasi lelang gula ID FOOD.

“Sedangkan di lini off farm, dilakukan perluasan penggunan sensor di setiap line pabrik dan standarisasi proses quality control,” ucapnya.

Tahap Selanjutnya

Tahap selanjutnya, pada 2026-2028, akan dilakukan peningkatan fitur mobile planter, big data industri tebu, serta perluasan mekanisasi pertanian. Menurut Frans, modernisasi peralatan utama di pabrik gula dengan teknologi terbaru juga menjadi prioritas guna meningkatkan efisiensi.

“Pada tahun 2029-2030 kita targetkan industri gula ID FOOD sudah full mekanisasi termasuk pengimplementasian Co-Gen (Kogenerasi) untuk penyerapan secara optimal energi yang dihasilkan pabrik gula,” urainya.

 


Upaya Efektif

Pabrik gula milik PTPN. Dok Kementerian BUMN

Frans menilai penerapan digitalisasi teknologi industri gula secara masif oleh para pelaku usaha merupakan langkah yang paling efektif untuk mendukung tercapainya target swasembada gula 2030. Pasalnya, penerapan digitalisasi teknologi akan berpengaruh signifikan bagi terwujudnya industri gula yang lebih sehat.

“Kita ketahui tantangan terbesar swasembada gula adalah pemenuhan lahan 700 ribu ha yang saat ini sedang dijajaki dan diupayakan Pemerintah. Untuk mencetak lahan sebanyak itu dalam kurun waktu 6 tahun ke depan tentu bukan hal yang mudah, maka yang terpenting dan bisa kita akselerasi bagaimana membangun industri gula yang lebih sehat ke depan melalui peningkatan digitalisasi teknologi,” paparnya.

Mendukung penerapan peta jalan itu, ID Food turut menyusun inovasi teknologi. Seperti Geospatial Information System (GIS), Pertanian Presisi (Precision Farming), dan Teknologi Informasi Smart Farming ID FOOD (Safari).

Untuk penerapan GIS, Frans menuturkan, dilakukan dalam hal pemetaan wilayah kebun menggunakan drone RTK, drone aplikasi kebun, web-based service analysis dan unit pelayanan jasa drone.

“Teknologi ini sudah diterapkan di kebun Hak Guna Usaha (HGU) dan Mitra Petani ID FOOD. Pengaplikasiannya memudahkan dalam melakukan pemetaan dan monitoring kondisi kebun serta tanaman, sehingga banyak membantu perusahaan dan mitra petani tebu dalam melakukan perawatan lahan dan tanaman,” jelasnya.

 


Pemupukan Pakai Drone

Ilustrasi Panen Tebu di Situbondo (Istimewa)

Selanjutnya, ID Food juga melakukan penerapan Precision Farming yang dilakukan melalui drone spraying untuk pemupukan lahan.

“Di lahan HGU, ID Food mengembangkan optimasi pengairan untuk tanaman dengan memanfaatkan teknologi boom sprayer dan manajemen sumber air. Kami dalam 1 tahun terakhir melakukan metode ini untuk memperbaiki kualitas pengairan,” ungkap Frans.

Sementara itu, dari aspek teknologi informasi, ia menuturkan, ID Food menerapkan aplikasi Smart Farming ID Food atau Safari.

“Aplikasi ini merupakan dashboard Integrasi Smart Farming dari 3 anak perusahaan gula ID FOOD. Di sini terkonsolidasi semua kegiatan seperti adminstrasi, perencanaan, proses budidaya, permintaan biaya, panen, hingga proses pasca panen,” ungkapnya.

“Kita akan terus dorong digitalisasi teknologi ID Food, mengingat saat ini gula masih menjadi kontributor terbesar dari revenue ID Food, kurang lebih sebesar 35 persen pemasukan dihasilkan dari industri gula yang dihasilkan dari 3 anak perusahaan, yaitu PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, dan PT PG Candi Baru,” sambung Frans Marganda Tambunan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya