Bos Intelijen Australia Ungkap Mantan Politikus Jadi Mata-Mata Negara Asing

Seorang mantan politikus Australia "menjual" negaranya kepada jaringan mata-mata asing, demikian tuduhan kepala intelijen Australia dalam pidatonya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 29 Feb 2024, 12:03 WIB
Kepala Australian Security Intelligence Organisation/ASIO (Organisasi Intelijen Keamanan Australia) Mike Burgess menyebut ada politikus Australia jadi mata-mata. (ASIO)

Liputan6.com, Canberra - Seorang mantan politikus Australia "menjual" negaranya kepada jaringan mata-mata asing, demikian tuduhan kepala intelijen Australia dalam pidatonya.

Menguraikan aktivitas kelompok yang dijuluki "A-Team", Ketua Australian Security Intelligence Organisation/ASIO (Organisasi Intelijen Keamanan Australia) Mike Burgess mengklaim bahwa anggota parlemen tersebut telah menawarkannya akses ke keluarga perdana menteri saat itu. Dia tidak menyebutkan nama orang atau negara tempat mereka bekerja namun mengatakan rencana tersebut telah terjadi "beberapa tahun yang lalu".

Klaim ini telah mengguncang Canberra, dan beberapa pihak menyerukan agar anggota parlemen tersebut dibuka kedoknya.

Saat menyampaikan penilaian ancaman tahunannya di ibu kota pada hari Rabu (28/4/2024), ketua Organisasi Keamanan dan Intelijen Australia (ASIO) mengatakan A-Team yang sekarang dibubarkan adalah jaringan intelijen asing yang "agresif dan berpengalaman" yang telah mengidentifikasi Australia sebagai "target prioritas".

“Mata-mata tersebut menyamar sebagai konsultan, pencari kepala, pejabat pemerintah daerah, akademisi, dan peneliti lembaga pemikir, yang mengaku berasal dari perusahaan fiktif,” kata Ketua ASIO.

"Mereka menyasar sejumlah orang – pelajar, akademisi, politikus, pengusaha, penegak hukum, pegawai negeri – yang menawarkan untuk membayar ribuan dolar untuk laporan mengenai topik-topik termasuk perdagangan, politik, kebijakan luar negeri, dan pertahanan," kata Burgess.

"Informasi mengenai pakta pertahanan Aukus – yang ditandatangani Australia dengan Inggris dan AS – menjadi perhatian khusus," tambah Burgess.

 


Jual Negara Demi Kepentingan Rezim Asing

Ilustrasi bendera Australia. (Unsplash)

Mantan politikus Australia itu adalah individu paling menonjol yang berhasil dibina dan direkrut oleh jaringan asing tersebut, kata Burgess, tanpa memberikan rincian spesifik mengenai tahun-tahun aktifnya mereka.

"Politikus ini menjual negaranya, partainya, dan mantan koleganya demi memajukan kepentingan rezim asing," kata Burgess.

"Pada satu titik, mantan politisi tersebut bahkan mengusulkan untuk memasukkan anggota keluarga perdana menteri ke dalam kelompok mata-mata. Untungnya, rencana itu tidak berjalan, namun rencana lain berhasil."

Mantan politikus tersebut tidak lagi bekerja dengan kelompok tersebut, kata Burgess, seraya menambahkan bahwa pejabat intelijen Australia telah membubarkan operasinya dan membantu para peserta yang “tidak sadar” untuk mengekstraksi diri mereka sendiri.

“Beberapa orang harus bersyukur bahwa undang-undang spionase dan campur tangan asing tidak berlaku surut,” kata Burgess, mengacu pada undang-undang yang lebih ketat yang disahkan parlemen negara itu pada tahun 2018.

 


Berhadapan Langsung dengan Kelompok Mata-Mata A-Team pada 2023

Ilustrasi bendera Australia (pixabay)

Agensi intelijen Australia berhadapan langsung dengan A-Team pada akhir tahun 2023 lalu, dan kini memutuskan untuk membuka kedok mereka untuk memperingatkan warga Australia.

"Warga Australia perlu mengetahui bahwa ancaman tersebut nyata. Ancaman tersebut terjadi saat ini. Dan ancaman tersebut lebih dalam dan lebih luas dari yang Anda bayangkan," ucap Burgess.

Burgess baru-baru ini berbicara tentang bahaya yang ditimbulkan oleh spionase Tiongkok terhadap Australia, dan tahun 2023 lalu ia mengungkap bahwa lembaganya telah membubarkan "sarang" mata-mata, yang kemudian diidentifikasi oleh media lokal sebagai mata-mata Rusia.

 


Pro-Kontra Identifikasi Si Mata-Mata

Bendera negara Australia - AFP

Mantan bendahara dan mantan duta besar AS Joe Hockey termasuk di antara mereka yang menyerukan agar anggota parlemen tersebut diidentifikasi, dengan alasan bahwa jika tidak melakukan hal tersebut, maka akan "menodai" semua politisi.

"Mantan politisi itu adalah pengkhianat... entah bagaimana mereka dibiarkan begitu saja tanpa nama atau reputasi mereka diungkapkan, dan itu tidak masuk akal," kata Joe Hockey kepada Australian Broadcasting Corporation.

Menteri-menteri penting di pemerintahan juga menyatakan kekecewaannya atas tuduhan tersebut namun mendukung keputusan Burgess untuk tidak mengidentifikasi individu tersebut.

“Dia tidak akan melakukannya dengan cara ini jika dia tidak berpikir perlu melakukannya dengan cara ini,” kata Bendahara Jim Chalmers.​

Hubungan Indonesia Australia (Liputan6.com/Trieyas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya