Liputan6.com, Jakarta - Investor menurunkan harapan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) telah menekan rupiah pada awal sesi perdagangan.
Rupiah dibuka turun 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 15.703 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya sebesar Rp 15.692 per dolar AS.
Advertisement
“Rupiah melemah terhadap dolar AS setelah investor menurunkan ekspektasi mereka lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga pada 2024,” ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede, dikutip dari Antara, Kamis (29/2/2024).
Investor telah mempertimbangkan penurunan suku bunga bank sentral AS atau The Fed akan sesuai dengan ekspektasi resmi, yaitu penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada 2024. Investor terus menilai prospek kebijakan suku bunga acuan The Fed.
Sementara itu, volume perdagangan obligasi Pemerintah Indonesia tercatat sebesar Rp17,91 triliun pada Rabu, 28 Februari 2024 lebih rendah dibandingkan dengan volume perdagangan pada Selasa, 27 Februari 2024 sebesar Rp27,48 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp0,48 triliun menjadi Rp836 triliun (14,56 persen dari total obligasi yang beredar) pada Selasa, 27 Februari 2024. Imbal hasil (yield) obligasi tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing tercatat sebesar 6,48 persen, 6,60 persen, 6,77 persen, dan 6,84 persen.
Josua prediksi nilai tukar rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp15.650 per dolar AS sampai dengan Rp15.750 per dolar AS.
Rupiah Kembali Loyo Menjelang Akhir Februari 2024
Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Rabu, 28 Februari 2024. Saat ini, pasar tengah menanti angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi utama untuk isyarat perdagangan lebih lanjut.
"Data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap stabil di bulan Januari.
"Skenario seperti ini memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Beberapa pejabat Fed juga memperingatkan minggu ini bahwa inflasi yang tinggi akan menghalangi The Fed untuk menurunkan suku bunga di awal tahun 2024," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Rabu (28/2/2024).
Di pekan ini juga, AS diperkirakan akan merilis akan menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
"Namun perekonomian AS diperkirakan masih akan tetap unggul dibandingkan negara-negara maju, sehingga memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama," kata Ibrahim.
Sementara itu, si Asia, data indeks manajer pembelian China yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat mengenai keadaan aktivitas bisnis hingga bulan Februari.
Sebelumnya, data indeks manager pembelian pada Januari menunjukkan sedikit perbaikan pada perekonomian.
Rupiah Kembali Melemah pada Rabu, 28 Februari 2024
Rupiah kembali ditutup melemah 46 point dalam perdagangan pada Rabu sore (28/2), walaupun sebelumnya sempat melemah 50 point dilevel Rp. 15.692 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.645.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.680 - Rp.15.750," Ibrahim memprediksi.
Advertisement
Outlook Optimistis pada Ekonomi RI di 2024
Memasuki awal 2024, prospek ekonomi global dibayangi oleh resesi dan hiperinflasi sebagai dampak situasi geopolitik dan geoekonomi internasional.
Meski demikian, kondisi perekonomian makro Indonesia menunjukkan outlook yang lebih optimistis pada awal kuartal pertama 2024, dibarengi dengan pemilihan presiden ( Pilpres) yang berjalan damai.
"Hal ini ditunjukkan dengan performa pasar saham AS dan China yang bergerak ke tren yang jauh lebih positif. Setelah pembukaan kembali akses ekonomi di China, permintaan investor global terhadap saham-saham di pasar China semakin tinggi," Ibrahim menyoroti.
Namun, peningkatan dua kali lipat dari pembelian ekuitas China, dibandingkan angka 2019 atau masa sebelum pandemi.
Jokowi: Ekonomi Indonesia Terbaik di Tengah Guncangan Global
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia terbaik di tengah ancaman krisis global.
Bahkan Indonesia masuk ke dalam tiga negara G20 dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang baik.
Seperti diketahui, ekonomi Indonesia pada 2023 tumbuh sebesar 5,05 persen. Sejalan dengan terkendalinya inflasi di angka 2,57 persen.
Tetap Waspada
Kemudian, tingkat kemiskinan turun di angka 9,36 persen. Pengangguran turun di angka 5,32 persen, dan rasio ketimpangan juga turun di angka 0,388 persen.
Meski demikian, Jokowi mengingatkan agar pemerintah dan masyarakat tetap hati-hati dan waspada. Hal itu mengingat tantangan global semakin kompleks dan belum diketahui jelas arahnya.
Advertisement