Kisah Pengrajin Kayu di Bali Terpuruk Saat Pandemi, Kembali Bangkit Lewat Pendampingan Askrindo

Pandemi Covid-19 telah menyeret banyak individu dalam pusaran keterpurukan. Berbagai industri pun sempat terdampak, salah satunya pengrajin kayu ukir di Bali.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 29 Feb 2024, 21:23 WIB
Pengrajin kayu ukir di Ubud, Gianyar, Bali (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Liputan6.com, Ubud - Pandemi Covid-19 telah menyeret banyak individu dalam pusaran keterpurukan. Berbagai industri pun sempat terdampak, salah satunya pengrajin kayu ukir di Bali. 

Salah satu pengrajin kayu ukir di Ubud, Gianyar, Bali, Wayan Sudarsana mengatakan pandemi membuatnya kehilangan banyak pegawai. Sebelumnya ia memiliki 30 pegawai, namun kini ia hanya memiliki 10 pegawai.

Meski begitu, Wayan berhasil melewati masa sulit tersebut dan kembali bangkit. Kini dirinya mendapat omzet Rp40 juta per bulan. 

“Saat ini per bulan minimal bisa mendapatkan Rp40 juta dengan margin keuntungan bersih 25 persen. Biaya terbesar ada di bahan baku kayu pohon durian, sisanya untuk pekerja saya,” ucap Wayan, di Ubud, Jumat (23/2/2024). 

Saat memulai bangkit, pria berusia 43 tahun ini mengeluhkan soal modal. Untungnya, ia bisa mendapat pinjaman dari salah satu entitas BUMN, Bank BRI. 

“Awal diberi kredit Rp25 juta, seiring tahun pelan-pelan naik ke Rp500 juta, tapi saat pandemi turun jadi Rp200 juta karena modal sudah hampir habis, omzet menurun,” sambungnya.


Pendampingan Askrindo

Pengrajin kayu ukir di Ubud, Gianyar, Bali (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Dalam upaya bangkit, ia terbantu oleh entitas BUMN lainnya, Askrindo. Berkat penjaminan pinjaman dari Askrindo, peminjaman modal uang ke bank bisa dijalani lebih aman.

“Pinjaman untuk UMKM saya sebenarnya sudah sejak 2018 dijamin oleh Askrindo, jadi saat pinjam modal ke bank ketika pandemi tidak punya modal, saya lebih tenang,” tambah Wayan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya