Konsumsi Melonjak saat Ramadan, ID Food Impor 20.000 Ton Daging Sapi

Dengan melonjaknya konsumsi daging sapi di masyarakat dampaknya mendorong harga daging di pasar melonjak drastis saat momen Ramadan.

oleh Tira Santia diperbarui 29 Feb 2024, 22:10 WIB
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza Setiawan, mengungkapkan tingkat konsumsi daging selama bulan suci ramadan dan Lebaran dapat melonjak hingga 5 kali lipat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza Setiawan, mengungkapkan tingkat konsumsi daging selama bulan suci Ramadan dan Lebaran dapat melonjak hingga 5 kali lipat.

Dengan melonjaknya konsumsi daging sapi di masyarakat dampaknya mendorong harga daging di pasar melonjak drastis saat momen Ramadan.

"Jadi, konsumsi daging di Indonesia cukup unik. Di mana Ramadan dan Lebaran itu naik 5 kali lipat daripada konsumsi bulanan pada umumnya," kata Dirgayuza dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Oleh karena itu, ID Food selalu impor daging guna mengatasi tingginya tingkat konsumsi pada periode tersebut. Dirgayuza, mengatakan langkah itu juga dilakukan sebagai upaya Pemerintah untuk mengontrol harga daging di pasaran.

"Kami di ID FOOD tahun ini kami ada importasi 20.000 ton daging sapi dari Brasil dan juga ada sapi hidup yang kita impor dari Australia," ujarnya.

Selain impor yang dilakukan ID Food, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menugaskan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 daging kerbau. Menurutnya, impor daging kerbau itu sangat membantu masyarakat.  Daging kerbau dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, karena harganya lebih murah dibandingkan daging sapi.

"Pak Arief (Kepala Badan Pangan Nasional) juga memberikan penugasan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau. Ini sangat membantu masyarakat. Kenapa? Karena daging kerbau itu harganya Rp 80.000 per kg, di mana kalau kita impor daging sapi Rp 130.000 per kg di pasar ritel," ujarnya.

Adapun ia juga menyoroti terkait waktu impor. Jika impor daging sapi maupun daging kerbau tidak dilakukan dalam waktu yang tepat, maka akan berdampak pada harga. "Timing menjadi penting. Terutama daging. Artiya kita waktu impor jelas saat ramadan dan lebaran," pungkasnya.

 

 


Garam Industri 100 Persen Masih Impor, ID Food Ikut Putar Otak

Seorang petani melakukan pengukuran air tambak garam di Lamnga, pinggiran Banda Aceh, Aceh, Selasa (7/3/2023). Dengan pola rebus, bentuk garam lebih halus dan rasa asin lebih kuat daripada garam jemur. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Sebelumnya diberitakan, holding BUMN Pangan atau ID Food tengah menyusun strategi untuk memenuhi kebutuhan garam industri di dalam negeri. Mengingat, 100 persen kebutuhan garam industri masih dipenuhi lewat impor.

Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, pihaknya melalui PT Garam baru bisa memenuhi sekitar 50 persen kebutuhan garam konsumsi. Tapi, ke depannya dia membidik juga untuk pemenuhan garam bagi kebutuhan industri pengolahan.

"(Kebutuhan garam) Konsumsi sudah selesai, kita bicara kedepan bagaimana untuk industri yang 100 persen masih impor," kata dia dalam acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/10/2023).

Dia menjelaskan, untuk produksi garam sendiri dibutuhkan untuk beragam industri. Mulai dari makanan minuman (mamin), pertambangan atau mining, hingga pengolahan pupuk.

Industri Makanan dan Minuman"Untuk industri makanan dan minuman kita sudah mulai dengan meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan untuk garam mamin dan kapasitasnya sudah 57.000 ton per tahun dan akan kita tingkatkan terus karena gap (selisihnya) masih banyak," kata dia.

Sementara itu, untuk keperluan pertambangan dan pupuk pihaknya masih menjajaki kerja sama dengan BUMN lain. Misalnya, untuk pengolahan garam menjadi soda kaustik atau soda api dan soda ash.

"Sedangkan untuk mining dan pupuk kita lagi menjajaki sinergi dengan sesama BUMN lain untuk bisa mengolah garam menjadi soda kaustik dan soda ash di lahan tambak kita yang di Sumenep di Madura," ungkap dia.

"Sehingga tadi kebutuhan untuk Mamin, pertambangan kita bisa mengurangi gap yang sekarang kurang lebih 3.000.000 ton yang kita impor setiap tahun," Frans menambahkan.

 

 


Bisa Cuan Besar

Ilustrasi Sea Salt / Garam Laut (sumber: unsplash)

Diberitakan sebelumnya, Dalam kunjungan ke pabrik garam di Sumenep, Jawa Timur, Komisaris Holding pangan ID FOOD Budiono Sandi mengatakan bahwa pihaknya optimis bisnis sektor garam yang dikelola PT Garam berpotensi untuk dikembangkan.

"Bisnis garam bisa mengangkat perekonomian dan kesejahteraan petani garam melalui peningkatan kemitraan dengan masyarakat lokal," kata Budiono, dikutip dari keterangan tertulis ID FOOD Senin (12/12/2022).

Budiono menambahkan sektor bisnis garam berpotensi untuk dikembangkan, khususnya untuk kebutuhan sektor industri aneka pangan.

"Kemitraan dengan masyarakat seperti dengan petani atau petambak garam dapat terus di tingkatkan sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat," ujarnya.

ID FOOD memaparkan, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan total produksi garam lokal tahun 2021 capai 1,092 juta ton, 912 ribu ton diproduksi dari petani garam dan 180 ribu ton dihasilkan dari produksi PT Garam.

Sedangkan kebutuhan garam khusus untuk sektor rumah tangga, komersil, peternakan capai 745 ribu ton.

"Artinya, ada peluang untuk mendukung Pemerintah berswasembada garam konsumsi dan kedepan PT Garam terus melakukan pembenahan dan mengambil peluang pasar garam industri dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi serta menjalin kemitraan petani garam," terang Budiono.

Hal ini tentunya sejalan dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu yang berkomitmen membangun ekosistem industri garam di Indonesia.

Menteri Erick mengatakan, industri garam memerlukan ekosistem yang bisa menunjang peningkatan ekonomi masyarakat di Madura Raya termasuk petani, salah satunya untuk mendukung peningkatan perekonomian dengan memberikan pendampingan dan pembukaan akses pasar untuk petani garam.


Revitalisasi Pengolahan Garam

Petani membawa garam dengan gerobak dorong saat panen di Sidoarjo, 16 September 2019. Menurut petani, meningkatnya produksi garam saat kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu menurun. (Juni Kriswanto/AFP)

Adapun Komisaris Holding pangan ID FOOD Abdul Rochim yang mengatakan bahwa pembenahan sektor garam yang dikelola anggota holding ID FOOD dapat dengan merevitalisasi pengolahan garam on farm dan off farm dan optimalisasi aset garam non produktif untuk menunjang produksi garam.

Tentunya, melibatkan stakeholder termasuk petani dan masyarakat lokal dalam bertransformasi.

"Terkait langkah pembenahan melalui revitalisasi rencana pembangunan pabrik garam yang akan dibangun, dapat dikoordinasikan dengan stakeholder agar pabrik garam tersebut dapat memberi manfaat optimal bagi masyarakat," kata Abdul Rochim.

Dalam kesempatan yang sama, Komisaris ID FOOD lainnya yakni M.Riza Damanik juga mendukung transformasi PT Garam.

Riza menyampaikan, holding pangan ID FOOD akan terus mendukung penguatan rencana strategis PT Garam ke depan, baik dalam rangka mendukung pemerintah dalam peningkatan produksi garam nasional, memastikan keberlanjutan kualitas dan kuantitas garam nasional, serta meningkatkan kesejahteraan para petambak garam.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya