Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka membukukan kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Hal ini seiring OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksinya dan data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) sesuai perkiraan.
Dikutip dari CNBC, Jumat (1/3/2024), harga minyak mentah berjangka tetap stabil setelah laporan dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan inflasi naik sesuai harapan pada Januari.
Advertisement
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April melemah 28 sen atau 0,36 persen ke posisi USD 78,26 per barel. Harga minyak Brent untuk April turun 6 sen atau USD 0,07 persen menjadi USD 83,62 per barel.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau the personal consumption expenditures (PCE) naik 0,4 persen pada bulan ini dan 2,8 persen dari tahun lalu. Indeks PCE adalah ukuran inflasi yang dipakai the Federal Reserve (the Fed) ketika mempertimbangkan kebijakan suku bunga.
Pertaruhan pelaku pasar mengenai kapan the Fed akan menurunkan suku bunga sedikit berubah. Pasar prediksi pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada Juni 2024.
Harga minyak mentah acuan AS dan Brent masing-masing naik 3 persen dan 2,3 persen pada Februari 2024 dengan kontrak bulan pertama diperdagangkan dengan harga premium hingga bulan-bulan berikutnya.
Di sisi lain, OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksinya hingga kuartal II, demikian menurut sumber kepada Reuters pada Rabu pekan ini. Sumber menyebutkan, kartel dapat mempertahankan pemangkasan tersebut hingga akhir tahun ini.
OPEC+ pada November sepakat untuk memangkas 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama 2024 karena AS, Kanada, Guyana, dan Brasil produksi minyak mentah dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga memberikan tekanan pada harga minyak pada akhir tahun lalu.
Harga juga meningkat pada bulan ini seiring dengan berlanjutnya konflik di Timur Tengah, dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon dan militan Houthi yang melanjutkan serangan mereka terhadap pengiriman di Laut Merah.
Sejauh ini konflik tersebut tidak mengganggu produksi minyak mentah di wilayah tersebut, meskipun para analis telah memperingatkan risiko konfrontasi langsung antara Iran dan AS yang akan berdampak pada pasar minyak.
Harga Minyak Beragam pada 28 Februari 2024
Sebelumnya diberitakan, harga minyak mentah berjangka beragam pada Rabu karena persediaan minyak mentah AS meningkat. Sementara OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak hingga kuartal kedua.
Dikutip dari CNBC, Kamis (29/2/2024), Kontrak West Texas Intermediate untuk bulan April turun 33 sen, atau 0,42% menjadi USD 78,54 per barel. Brent berjangka bulan April naik 3 sen, atau 0,04%, menjadi USD 83,68 per barel.
Stok minyak mentah komersial AS naik 4,2 juta barel pada minggu lalu, menurut Administrasi Informasi Energi. Peningkatan persediaan yang dicatat oleh pemerintah federal lebih rendah dari lonjakan 8,4 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute.
Stok Minyak AS NaikPersediaan minyak di AS meningkat karena laju kilang yang memproses minyak mentah menjadi produk jadi menurun dalam beberapa pekan terakhir.
Minyak mentah AS dan patokan global bersiap untuk naik 6,3% pada bulan ini. Harga minyak dunia kontrak berjangka bulan pertama diperdagangkan dengan harga premium hingga bulan-bulan berikutnya.
Advertisement
Konflik Timur Tengah
Premi untuk pengiriman segera dibandingkan pengiriman selanjutnya biasanya merupakan tanda pengetatan pasar minyak mentah.
OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga kuartal kedua, kata sumber kepada Reuters. Kartel dan sekutunya pada November lalu sepakat untuk memangkas 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama.
Pemotongan produksi OPEC diperkirakan akan membatasi risiko penurunan harga minyak mentah, sementara kapasitas cadangan yang ditahan oleh kartel akan membatasi risiko kenaikan, sehingga secara efektif menjaga Brent dalam kisaran $70 hingga $90, menurut catatan penelitian dari Goldman Sachs yang diterbitkan minggu ini.
Harga minyak mentah bulan ini juga mendapat dukungan dari konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon dan militan Houthi yang melanjutkan serangan mereka terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.
Namun Goldman memandang premi risiko geopolitik pada harga minyak tidak terlalu besar dan produksi minyak mentah tidak terpengaruh oleh konflik yang terjadi saat ini.