Adaro Serap Capex Setara RP 10,18 Triliun pada 2023, Buat Apa Saja?

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 648 juta atau sekitar Rp 10,18 triliun (kurs Rp 15.708,00 per USD) pada 2023. BElanja modal itu naik 53 persen dari USD 424 juta pada tahun sebelumnya, melampaui panduan 2023.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Mar 2024, 12:09 WIB
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (Dok Adaro)

Liputan6.com, Jakarta PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 648 juta atau sekitar Rp 10,18 triliun (kurs Rp 15.708,00 per USD) pada 2023. BElanja modal itu naik 53 persen dari USD 424 juta pada tahun sebelumnya, melampaui panduan 2023.

"Pengeluaran belanja modal pada periode ini terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan tongkang, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, serta investasi pada infrastruktur.

Belanja modal itu mendukung kinerja operasional pada 2023. Volume produksi PT Adaro Energy Indonesia Tbk dan perusahaan-perusahaan anak (Grup Adaro) mencapai 65,88 juta ton pada 2023, setara dengan kenaikan 5 persen dari 2022.

Volume penjualan pada 2023 yang mencapai 65,71 juta ton, atau setara kenaikan 7 persen dari 2022 dan melampaui target yang berkisar 62-64 juta ton. Penjualan batu bara metalurgi melalui perusahaan anak, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), naik 39 persen menjadi 4,46 juta ton pada 2023, melampaui target volume penjualan 2023 yang berkisar 3,8-4,3 juta ton.

Pengupasan lapisan penutup mencapai 286,35 juta bcm pada 2023, atau naik 22 persen dari 2022. Nisbah kupas mencapai 4,35x, atau naik 16 persen dari 2022 dan lebih tinggi daripada target 4,2x untuk 2023.

“Kami senang dengan pencapaian yang melampaui target tahun 2023, dengan skala volume produksi dan efisiensi operasional yang semakin mendukung kemajuan Grup Adaro. Investasi pada bisnis-bisnis non batu bara termal juga memperlihatkan perkembangan yang baik," kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Garibaldi Thohir dalam keterangan resmi, Jumat (1/3/2024).

Pada 2023, perseroan juga memulai konstruksi smelter aluminium di kawasan industri di Kalimantan Utara, dan meletakkan batu pertama untuk pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara. Selain itu, diversifikasi ke bisnis batu bara metalurgi juga mencapai hasil yang baik, dengan batu bara metalurgi meliputi 17 persen dari pendapatan AEI 2023.

"Terlihat progres yang berarti pada kawasan industri di Kalimantan Utara. Di mana perusahaan smelter aluminium, PT Kalimantan Aluminium Industry, telah merampungkan pekerjaan penyelidikan tanah, perataan tanah, dan penimbunan untuk fasilitas tanur pembakaran di lokasi aluminum smelter," ungkap pria yang akrab disapa Boy itu.


Laba Adaro Energy Indonesia Turun 34,16% pada 2023

Ilustrasi PT Adaro Energy Tbk (Foto: Dok PT Adaro Energy Tbk)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/3/2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan pendapatan usaha USD 6,52 miliar atau sekitar Rp 102,38 triliun (kurs Rp 15.708,00 per USD) pada 2023.

Pendapatan itu turun 19,56 persen dibandingkan pendapatan paa 2022 yang tercatat sebesar USD 8,1 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada 2023 naik 15 persen menjadi USD 3,98 miliar dari USD 3,45 miliar pada 2022.

Kenaikan ini terutama karena kenaikan biaya royalti kepada pemerintah dari tahun sebelumnya. Biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga naik, akibat kenaikan volume. Walaupun konsumsi bahan bakar naik 14 persen, biaya bahan bakar pada 2023 tetap setara dengan 2022 karena harga minyak lebih rendah. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada 2023 naik 9 persen dari 2022.

Dengan demikian, perseroan membukukan laba bruto USD 2,54 miliar pada 2023, turun 45,47 persen dari USD 4,65 miliar pada 2022. Pada periode ini, beban usaha perseroan turun 8 persen menjadi USD 344 juta dari USD 375 juta pada 2022. Perseroan juga mencatatkan beban lain-lai USD 37,85 juta. Sehingga diperoleh laba usaha USD 2,16 miliar, turun dari USD 4,31 miliar pada 2022.

Sepanjang 2023, Adaro Energy Indonesiamembukukan biaya keuangan USD 109,4 juta, penghasilan keuangan USD 140,42 juta dan bagian atas keuntungan veto ventura bersama USD 107,77 juta. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,64 miliar atau sekitar Rp 25,78 triliun.

 

 


Saham ADRO

Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)

Laba ini turun 34,16 persen dibandingkan laba 2022 sebesar USD 2,49 miliar. Total aset per akhir 2023 turun 3 persen menjadi USD 10,47 miliar dari USD 10,78 miliar pada akhir 2022. Total liabilitas pada akhir 2023 tercatat USD 3,06 miliar, atau turun 28 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir 2023, ekuitas tercatat sebesar USD 7,4 miliar, atau naik 14 persen karena kenaikan laba ditahan.

Pada perdagangan Jumat pagi pukul 09.57 WIB, saham ADRO naik 0,83 persen ke posisi Rp 2.440 per saham. Saham ADRO dibuka naik 30 poin ke posisi Rp 2.450 per saham. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 2.460 dan terendah Rp 2.430 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.599 kali dengan volume perdagangan 157.105 saham. Nilai transaksi harian Rp 38,4 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya