Kenaikan Harga Beras Biang Kerok Inflasi Februari 2024, BPS: Cuma 1 Provinsi yang Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras masih jadi penyumbang inflasi bulanan terbesar d Februari 2024. Pasalnya, inflasi beras masih terjadi di bulan lalu sebesar 5,32 persen.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 01 Mar 2024, 11:00 WIB
Sementara untuk harga eceran atau per liternya dari Rp 12.000 menjadi Rp 14.000. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras masih jadi penyumbang inflasi bulanan terbesar d Februari 2024. Pasalnya, inflasi beras masih terjadi di bulan lalu sebesar 5,32 persen.(Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras masih jadi penyumbang inflasi bulanan terbesar d Februari 2024. Pasalnya, inflasi beras masih terjadi di bulan lalu sebesar 5,32 persen.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, inflasi beras ini terjadi hampir di semua tempat di Indonesia, atau di 37 provinsi. Sementara hanya satu provinsi yang mengalami penurunan inflasi beras.

"Komoditas penyumbang inflasi adalah beras dengan andil inflasi 0,21 persen," kata Habibullah, Jumat (1/3/2024).

Di sisi lain, Habibullah menyampaikan, kenaikan harga beras juga terjadi di seluruh rantai distribusi. BPS sendiri mencatat kenaikan harga beras di Februari 2024 mencapai angka 19,28 persen secara tahunan.

"Harga beras di tingkat eceran mengalami kenaikan 5,28% secara month to month (bulanan) dan naik 19,28% secara year on year (tahunan)," terang dia.

Harga Gabah

Sebagai rinciannya, harga gabah kering panen (GKP) per Februari 2024 mencatat lonjakan 27,14 persen YoY dan 4,86 persen secara bulanan.Sementara harga gabah kering giling meroket tajam 33,48 persen secara tahunan dan 6,13 persen secara bulanan.

Tak mau kalah, harga beras di tingkat penggilingan, grosir dan eceran juga alami kenaikan. Di penggilingan, harga beras tercatat melonjak 24,65 persen, tingkat grosir naik 20,08 persen, dan eceran sebesar 19,28 persen.


Duh, KPPU Sebut Harga Beras Sulit Turun Lagi

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi mendistribusikan 15 Juta kilogram beras premium ke sejumlah toko ritel modern yang ada di Jabodetabek. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tengah menelusuri penyebab mahalnya harga beras di pasaran. Berkaca pada tren, kenaikan harga beras bukan terjadi sekali ini saja.

Anggota KPPU Hilman Pujana menerangkan, harga beras naik pernah terjadi beberapa tahun lalu. Melihat hal itu, dia menilai harga beras saat ini diprediksi sulit untuk bisa kembali turun.

"Kita melihat pergerakan harga naik ini kalau kita lihat sebetulnya bukan cuma sekarang, kalau kita tilik di tahun kemarin juga mengalami (kenaikan)," ujar Hilman di Kantor KPPU, Jakarta, dikutip Kamis (29/2/2023).

Dia menjelaskan, kenaikan harga beras biasanya berujung pada harga normal baru di tingkat konsumen akhir. Namun, harga normal ini bukan kembali ke harga sebelum terjadi kenaikan.

Hilman menyebutkan, tren tersebut yang jadi pertanyaan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pemerintah dan pelaku usaha perberasan.

"Jadi kalau kita melihat kurvanya ya naik kemudian menimbulkan keseimbangan baru; landai, naik lagi, seimbang lagi. Nah ini yang tadi juga sempat juga menjadi bahan (perbincangan) di dalam (forum), ini kok selalu menimbulkan keseimbangan baru nih, harga baru," tuturnya.

Hilman mengatakan, tren keseimbangan harga baru tersebut yang bakal ditelusuri oleh KPPU kedepannya. Mengingat, KPPU sudah membentuk tim khusus untuk menelusuri aspek pelanggaran dalam fenomena harga beras mahal belakangan ini.

"Ini juga merupakan salah satu materi juga di KPPU, kita melihat fenomena di perberasan ini seperti apa nanti," tegasnya.

 


Penyebab Beras Premium Langka

Stok beras di Ritel. Dok istimewa

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkap penyebab beras premium sukit ditemui di pasar ritel moderen. Salah satunya karena harga yang tidak sesuai dari produsen dan harga eceran tertinggi (HET) yang berlaku di ritel moderen.

Anggota KPPU Hilman Pujana menerangkan hal ini diungkap oleh pengusaha dan produsen beras dalam Focus Group Discussion (FGD). Harga beras yang tak cocok tadi jadi penyebab beras langka di toko ritel moderen.

"Nah ini tadi ada beberapa, curhat lah dari pelaku usaha di produsen kenapa mereka agak kesulitan untuk memasok karena ada hambatan ini terkait dengan harga eceran tertinggi," ujar Hilman di Kantor KPPU, Jakarta, Rabu (28/2/2024).

Dia menjelaskan, HET beras di toko ritel moderen itu menjadi hambatan lantaran harga produksi yang juga meningkat. Secara hitungan sederhana, dengan biaya produksi yang naik, maka harga jual beras premium ditaksir lebih tinggi dari HET.

"Jadi mereka enggak bisa suplai ke supermarket karena enggak masuk nih harga bahan gabahnya untuk mereka produksi sudah di atas Rp 7.000 (per kilogram)," ucap dia.

"Jadi tentunya dengan produksi segala macam nanti akan nyampe di retail enggak bakal masuk dan pasti akan di atas HET gitu," sambungnya.

Sebagai solusinya, Hilman mengatakan para produsen dan pemasok beras meminta adanya penyesuaian HET beras premium di toko ritel moderen.

"Iya ini khusus yang premium untuk yang modern market memang, seperti tadi yang disampaikan di dalam FGD tadi seperti itu mereka harapannya ada penyesuaian di HET," ungkapnya.

 

Infografis Pergerakan Harga Beras 15-22 Februari 2024 Versi Bapanas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya