Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Kanopi Hijau Ali Akbar memberikan gambaran besar mengenai pentingnya pembangunan energi baru terbarukan di Indonesia. Ali juga mengungkapkan bahwa peran dan keterlibatan generasi z atau gen z sangat penting dalam pembangunan energi terbarukan ini.
“Saat ini kita berada di periode kedua penggunaan energi, dimana periode pertama masyarakat banyak menggunakan, tetapi seiring dikembangkannya sumber daya energi di indonesia, kini masyarakat sudah menggunakan energi lain, " jelas Ali Akbar di program Liputan6 Climate Talk, seperti ditulis pada Jumat (1/3/2024).
Advertisement
Ali Akbar melanjutkan, penggunaan energi di periode pertama yaitu energi fosil saat ini sudah mengkhawatirkan. Alasannya, bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari fosil seperti yang saat ini jamak digunakan di Indonesia berkontribusi besar terhadap semakin rapuhnya kondisi di planet ini.
Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan beragam, seharusnya menjadi salah satu pemimpin dalam peralihan menuju penggunaan sumber energi kedua yaitu energi terbarukan. Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan energi terbarukan di negeri ini.
1. Kebijakan Kurang Mendukung
Kebijakan dan regulasi yang belum mendukung sepenuhnya pengembangan energi terbarukan juga menjadi faktor penghambat. Meskipun ada upaya untuk mempromosikan energi terbarukan melalui berbagai kebijakan pemerintah, namun implementasinya masih seringkali terhambat oleh berbagai kendala administratif dan kebijakan yang tidak konsisten.
“kesulitan terjadi pada level kebijakan, ada peraturan baru yang berjudul percepatan pembangunan energi terbarukan dimana disitu tertulis jika memperbolehkan” ujar Ali Akbar.
Menurut ali akbar peraturan dan kebijakan ini juga ambigu.
2. Keterbatasan Infrastruktur dan kurangnya pemerataan
Infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi kendala dalam pengembangan energi terbarukan
“adanya perang bisnis dalam kelompok yang terus menerus ini terjadi . sementara itu energi terbarukan tidak mendapat subsidi , atau di tempatkan di daerah yang di daerah-daerah terpencil atau terisolasi. Sehingga dikelola oleh pemerintah daerah yang mana bisa dikatakan kurang mumpuni dalam mengolah energi. Pengelolaan energi terbarukan juga kadang dirasa seperti anak tiri,” ujarnya.
3. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat
Kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan juga masih rendah. “kesadaran omasyarakat terkait dengan situasi yang semakin memburuk ini belum sampai kepada level yang tinggi sehingga orang belum berani menyuarakan sesuatu secara maksimal
Menurut Ali Akbar tiga permasalahan ini menjadi satu kesatuan sehingga pertumbuhan energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia itu menjadi berat.
Tantangan Penerapan Energi Terbarukan
Ali Akbar mengungkapkan Tantangan bisa dikatakan sebagai sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan tetapi bis akita antisipasi
1. teknologi
Indonesia masih mengalami keterbatasan dalam pengembangan teknologi energi terbarukan serta kurangnya kapasitas sumber daya manusia yang terlatih dalam bidang ini.
“sampai dengan sekarang tidak ada penggunaan biotermal yang ada di Indonesia yang tidak memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan, seperti banjir, longsor, lepasnya H2so4 yang bisa menyebabkan keracunan” ucapnya.
2. Mitos
Tantangan mitos dalam penerapan energi terbarukan di Indonesia mungkin termasuk persepsi yang salah atau kepercayaan yang tidak akurat tentang energi terbarukan. Seperti mitos tentang Energi Terbarukan yang Mahal.
3. ketergantungan terhadap energi fosil
Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara sebagai sumber utama energi. Utamanya batubara menjadi salah satu sumber pendapatan jadi bisa menjadi satu tantangan tersendiri dan belum ada keinginan untuk bergeser .” lanjutnya
Advertisement
Kontribusi Gen Z ke Energi Terbarukan
Sebagai generasi yang terbiasa dengan teknologi dan terhubung secara global, gen Z memiliki peran yang penting dalam mendorong perubahan menuju energi terbarukan. Bagi Generasi Z, energi terbarukan tidak hanya menjadi solusi bagi tantangan lingkungan saat ini, tetapi juga merupakan fondasi bagi pembangunan masa depan yang berkelanjutan.
“kita hidup seperti ini adalah buah dari orang orang sebelum kita, Gen z ini adalah orang yang melanjutan tongkat ekstafet negara ini. Apa yang kita kerjakan sekarang adalah hal yang akan di panen generasi selanjutnya. Kepentingan yang paling fundamental yaitu keselamatan dari generasi z ini.” Terang Ali Akbar.
Ia kemudian menggambarkan urgensi kerusakan lingkungan seperti laju abrasi yang terjadi di mulai dari lampung sampai dengan aceh terjadi mulai setengah sampai dua setengah meter pertahun, dan jika dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu yang hanya dua sampai tiga cm per tahun.
Ia kemudian juga mengakatakan tentang emisi gas rumah kaca dan polusi udara, sebagai dampak ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon serta merusak lingkungan. Maka dengan hal ini peran gen Z sebagai masyarakat dengan kesadaran lingkungan yang tinggi dan menganggap perubahan iklim sebagai salah satu isu utama yang harus diatasi.
Generasi Z memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong perubahan menuju energi terbarukan. Dengan kesadaran lingkungan yang tinggi, dukungan terhadap inovasi teknologi, aktivisme sosial, pilihan konsumen yang bertanggung jawab, dan pengaruh dalam industri dan bisnis, mereka membantu mempercepat transisi ke sumber energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.