Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah mengajak Asosiasi Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia (INSA) untuk bekerjasama dalam pengadaan kapan Pinisi di IKN. Kapal Pinisi itu akan difungsikan sebagai kapal pariwisata dari kawasan IKN menuju Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Kalau ada di Labuan Bajo, mengapa kita tidak bisa lakukan di sana? Saya yakin INSA bisa mengisi ruang-ruang itu bahwa kita bangsa maritim, keindahan Pinisi dengan Laut Balikpapan yang begitu indah sangat baik," ujar Menhub di Jakarta, dikutip Jumat (1/3/2024).
Advertisement
"Kami sudah menyerahkan beberapa pelabuhan, dan INSA silakan join. Pemerintah juga akan mendukung untuk kegiatan itu," kata dia.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan, para pengusaha pelayaran yang berada di bawah asosiasinya memang telah mulai buka pembicaraan dengan Kementerian Perhubungan.
"Jadi kapal-kapal itu diharapkan kapal-kapal buat pariwisata. Jadi untuk keliling-keliling di daerah sana, itu dengan restoran-restoran di dalamnya di atas kapal," imbuh dia.
Harapannya, kapal Pinisi pariwisata itu nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga di sekitar IKN sebagai destinasi baru di sekitar wilayah ibu kota baru. Kapal tersebut pun nantinya bisa digunakan untuk mengadakan beberapa kegiatan, semisal makan malam di atas kapal atau dinner cruise.
"Jadi harga juga ya harga-harga oke lah. Makanannya seafood, ada lagu-lagu, dan buat orang asing yang harus ketemu sama pemerintah kita kan masih bisa berpariwisata," ucap Carmelita.
Namun begitu, ia masih harus menghitung dulu berapa pengeluaran investasi untuk pengadaan kapal Pinisi wisata tersebut. Meskipun secara pengadaan armada, dirinya sudah punya bayangan terkait bentuk kapal bersangkutan.
"Investasi masih harus kita hitung dulu, karena kita juga belum lihat ke sana. Baru pembicaraan awal. Kita sudah ada pemikiran ke situ, sudah ada beberapa bentuk kapal yang dipikirkan," pungkas Carmelita.
Jokowi Ingin Indonesia Punya Istana Presiden Bukan Peninggalan Kolonial
Presiden Joko Widodo mengatakan pembangunan Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN) karena bangsa Indonesia ingin mempunyai gedung Istana Presiden yang bukan merupakan peninggalan kolonial.
“Memang kita ingin memiliki gedung (Istana) Presiden yang bukan peninggalan dari kolonial. Kita bangun sendiri dengan bahan-bahan produk kita sendiri, dilakukan oleh anak-anak bangsa sendiri dan ini akan menimbulkan sebuah kebanggaan, harga diri,” kata Presiden Jokowi di IKN, Kalimantan Timur, dikutip dari Antara, Jumat (1/3/2024).Demikian disampaikan Presiden dalam sambutannya pada acara peletakan batu pertama gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat.
Jokowi menyampaikan seringkali ketika menerima tamu pemimpin negara lain di Istana Kepresidenan, para pemimpin negara lain itu memuji bagusnya gedung Istana yang dimiliki Indonesia.
Namun Presiden tidak bisa mengatakan apa-apa karena gedung Istana Kepresidenan Jakarta yang ada saat ini peninggalan dari kolonial Belanda.
“(Istana) di Bogor juga sama, di Yogya juga sama, di Cipanas juga sama,” jelasnya.
Advertisement
Pembangunan Istana Presiden di IKN
Presiden menekankan pembangunan Istana Presiden di IKN dikerjakan agar bangsa Indonesia memiliki kebanggaan terhadap kemampuan sendiri yang berkepribadian dalam budaya.
Pada kesempatan itu Presiden juga mengajak masyarakat yang datang ke IKN untuk mencoba melihat IKN dari tempat tertinggi, yakni di lokasi Gedung Istana Presiden di IKN, untuk melihat transformasi pembangunan IKN saat ini.
“Mungkin yang belum pernah ke IKN, tolong ke Istana dilihat, kita ini, IKN ini seperti apa ke depannya, akan terjadi transformasi seperti apa. Akan kelihatan kalau bapak ibu naik ke tempat tertinggi, di Istana,” ujar Presiden.
Presiden mengaku tidak mengetahui apakah masyarakat boleh datang ke lokasi pembangunan di Istana Presiden atau tidak, namun ia menyarankan masyarakat mencoba agar bisa melihat pembangunan IKN dengan lebih jelas. "Saya nggak tahu boleh nggak masuk, tapi kalau boleh saya kira semuanya harus melihat dari sana. Saya sudah sering, kalau saya sih boleh kan, tapi belum tentu bapak ibu juga boleh. Tapi saran saya dicoba ke sana, akan kelihatan," ujar Jokowi.