Liputan6.com, Gaza - Serangan keji Israel menewaskan setidaknya 30.035 orang di Jalur Gaza per Kamis (29/2/2024). Tekanan pun meningkat agar negara itu membuktikan klaim bahwa mereka telah melenyapkan Hamas, membunuh lebih dari 10.000 anggotanya.
BBC dalam laporannya mengkaji pengakuan Israel bahwa beberapa dari korban tewas dalam perang di Jalur Gaza adalah anggota Hamas.
Advertisement
Direktur darurat regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Richard Brennan menuturkan bahwa angka korban tewas sedikitnya 30.035 orang, yang berasal dari otoritas kesehatan Jalur Gaza, dapat dipercaya.
WHO menuturkan otoritas kesehatan Jalur Gaza punya kapasitas yang baik dalam pengumpulan data dan laporan-laporan sebelumnya kredibel. Namun, yang menjadi catatan adalah penghitungan keseluruhan korban tewas tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
Rincian demografis terakhir yang dilakukan otoritas Jalur Gaza pada 29 Februari menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Dengan angka yang menunjukkan kurang dari 30 persen dari mereka yang terbunuh adalah laki-laki – beberapa di antaranya mungkin berusia di atas usia berperang – para ahli pun mempertanyakan bagaimana Israel sampai pada klaimnya bahwa mereka telah membunuh 10.000 anggota Hamas.
BBC Verify telah berulang kali menanyakan rincian metodologi militer Israel (IDF) dalam menghitung kematian anggota Hamas, namun mereka belum meresponsnya. Selain itu, BBC juga mencoba mengumpulkan gambaran yang lebih lengkap melalui klaim dan video yang dirilis oleh Israel.
IDF sendiri telah mengeluarkan pernyataan pers dan unggahan media sosial sejak Oktober 2023, membuat klaim tentang hasil operasinya di Jalur Gaza. Meski demikian, referensi mengenai jumlah anggota yang tewas dalam pengumuman mereka lebih bersifat sporadis dan perkiraan dibandingkan dengan informasi rutin otoritas kesehatan Jalur Gaza mengenai jumlah korban jiwa.
Salah satu perkiraan IDF sebelum perang menunjukkan bahwa Hamas memiliki sekitar 30.000 pasukan di Jalur Gaza.
Pada 29 Desember, juru bicara IDF Mayor Doron Spielman mengaku kepada Sky News Australia bahwa 8.000 anggota Hamas telah terbunuh. Angka-angka tersebut didasarkan pada intelijen, interogasi, dan pemeriksaan foto satelit.
Sementara itu, pada pertengahan Januari, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim Israel telah "menghancurkan" dua per tiga resimen anggota Hamas di Gaza. Pada 19 Februari, Times of Israel melaporkan IDF mengatakan 12.000 anggota telah terbunuh.
BBC mengonfirmasi angka tersebut kepada IDF yang, dalam dua tanggapan terpisah menjelaskan bahwa angka tersebut adalah "kira-kira 10.000" dan "lebih dari 10.000".
Kedutaan Besar Israel di Inggris mengaku kepada BBC bahwa jumlah total anggota Hamas yang terbunuh adalah antara 10.000 dan 12.000.
Namun, mereka mengatakan sulit membedakan antara warga sipil dan kombatan karena banyak yang tidak mengenakan seragam militer dan Hamas juga memiliki anggota berusia 16 dan 17 tahun.
Sedikit Bukti Visual
Faktor-faktor lain yang disebut oleh para ahli sebagai hambatan dalam menghitung korban di pihak kombatan adalah Hamas yang beroperasi di terowongan.
BBC Verify meninjau seluruh 280 video yang diunggah ke saluran YouTube IDF dari 7 Oktober hingga 27 Februari dan menemukan bahwa sangat sedikit yang berisi bukti visual tentang terbunuhnya para anggota Hamas.
Hanya satu yang diunggah pada 14 Desember yang dimaksudkan untuk menunjukkan jasad para anggota Hamas.
BBC mengatakan pihaknya juga berusaha menghitung jumlah klaim individu anggota Hamas yang terbunuh di saluran Telegram resmi IDF.
"Kami menemukan 160 unggahan yang mengklaim telah membunuh sejumlah anggota, dengan total 714 korban jiwa. Namun, ada juga 247 referensi yang menggunakan istilah seperti beberapa, puluhan atau ratusan yang terbunuh, sehingga penghitungan keseluruhan yang berarti menjadi tidak mungkin dilakukan," tulis BBC.
Sejak awal serangan IDF ke Jalur Gaza, IDF menuduh Hamas menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia.
Di lain sisi, beberapa ahli khawatir bahwa IDF mungkin menganggap beberapa non-kombatan sebagai anggota Hamas hanya karena mereka adalah bagian dari pemerintahan wilayah yang dikelola Hamas.
Advertisement
Paling Mematikan
Andreas Krieg, dosen senior studi keamanan di Kings College London, menyebutkan, "Israel mengambil pendekatan yang sangat luas terhadap 'keanggotaan Hamas', yang mencakup afiliasi apa pun dengan organisasi tersebut, termasuk pegawai negeri atau administrator."
Data korban jiwa dalam konflik saat ini dari otoritas kesehatan Jalur Gaza menunjukkan peningkatan tajam dalam proporsi korban tewas perempuan dan anak-anak dibandingkan dengan perang sebelumnya.
"Hal ini menunjukkan tingkat kematian warga sipil yang jauh lebih tinggi," ungkap Rachel Taylor, direktur eksekutif organisasi Every Casualty Counts, organisasi berbasis di Inggris yang bertujuan mencatat korban konflik kekerasan.
Data demografi otoritas Jalur Gaza pada 29 Februari menunjukkkan hampir separuh penduduk Jalur Gaza berusia di bawah 18 tahun dan sekitar 44 persen korban jiwa akibat perang juga adalah anak-anak. Taylor menilai fakta bahwa kematian tersebut mengikuti demografi masyarakat umum "menunjukkan pembunuhan tanpa pandang bulu".
"Sebaliknya, pada tahun 2014 terdapat persentase laki-laki usia berjuang yang cukup tinggi di antara korban meninggal, namun hal ini tidak terlalu terlihat saat ini," kata dia.
Beberapa ahli menuturkan kepada BBC bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel kemungkinan besar jauh lebih tinggi karena banyak rumah sakit, tempat pencatatan kematian, tidak lagi beroperasi.
Angka-angka ini juga hanya mencakup kematian akibat serangan militer, menurut juru bicara kementerian kesehatan, dan bukan kelaparan atau penyakit, yang semakin mengkhawatirkan organisasi bantuan internasional.
B'tselem, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Yerusalem, mengatakan perang saat ini jauh lebih mematikan dibandingkan konflik sebelumnya antara Israel dan Hamas.
"Ini adalah angka yang belum pernah kami lihat dalam perang dan serangan sebelumnya di Gaza atau wilayah lainnya."
Presiden Joe Biden pada Desember mengungkapkan bahwa Israel mendapat dukungan dari dunia dan juga Amerika Serikat, namun mereka mulai kehilangan dukungan tersebut karena pengeboman tanpa pandang bulu yang terjadi.
IDF secara konsisten mempertahankan taktik mereka, menekankan bahwa mereka berusaha secara tepat dalam menargetkan anggota dan infrastruktur Hamas sambil berupaya meminimalkan kematian warga sipil.
Hamas tidak memberikan angka berapa pun mengenai korban jiwa di pihaknya. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa seorang pejabat mengakui 6.000 anggota telah terbunuh, namun Hamas membantah angka tersebut kepada BBC.