Liputan6.com, Jakarta - Bank- kelas kakap tanah air telah mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), kompak membukukan rekor laba bersih tertinggi sepanjang masa.
Dari sisi pertumbuhannya, Bank Mandiri memimpin dengan kenaikan 33,7 persen atau mencapai Rp 55,1 triliun. Disusul BCA dengan kenaikan 19,4 persen menjadi Rp 48,6 triliun. Lalu Laba BRI naik 17,5 persen menjadi Rp 60,1 triliun, dan laba BNI naik 14,2 persen menjadi Rp 20,9 triliun pada 2023.
Advertisement
Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA memimpin dengan pertumbuhan 17,5 persen atau senilai Rp 75,4 triliun. Lalu NII Bank Mandiri naik 9,1 persen atau senilai Rp 95,9 triliun dan BRI naik 8,5 persen atau senilai Rp 135,2 triliun.
Sementara bank-bank besar lain tumbuh, NII BNI justru turun tipis 0,1 persen sepanjang 2023 atau tercatat sebesar Rp 41,3 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit Bank Mandiri memimpin dengan kenaikan 16,3 persen atau senilai Rp 1.398 triliun. Disusul BCA dengan kenaikan 13,9 persen atau senilai Rp 819,4 triliun. Lalu penyaluran kredit BRI tumbuh 11,2 persen atau senilai Rp 1.266 triliun, dan kredit BNI tumbuh 7,6 persen atau senilai Rp 695,1 triliun.
Kinerja kredit bank-bank ini sesuai dengan panduan. Di mana BCA, BRI, dan Bank Mandiri semula memasang panduan untuk pertumbuhan kredit 2023 pada kisaran 10-12 persen. Sementara BNI memasang target pertumbuhan kredit di kisaran 7-9 persen.
Raihan dana pihak ketiga (DPK) BCA mencatatkan pertumbuhan 6 persen menjadi Rp 1.101,7 triliun pada 2023. DPK Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh sebesar 5,78 persen menjadi Rp 1.577. Lalu DPK BNI tumbuh 5,4 persen menjadi Rp 810,73 triliun, dan DPK BRI naik 3,86 persen mencapai Rp1.358,33 triliun sepanjang 2023.
Bos LPS Sentil Bankir, Harus Rajin Salurkan Kredit
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan para bankir di Indonesia perlu didorong supaya lebih rajin menyalurkan kredit ke sektor riil.
“Bankir-bankir ini harus didesak untuk menyalurkan kredit. Mereka biasanya kalau ada instrumen berbunga cukup dengan risiko rendah mereka taruh di sana. Ke depan ini harus diubah. Uang tidak boleh lagi nongkrong di investasi yang tidak produktif. Para bankir harus dipaksa berpikir untuk dirinya sendiri dan secara bersamaan mendorong ekonomi kita," kata Purbaya di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Sebab, pertumbuhan kredit juga berperan dalam mendorong perekonomian Indonesia di tahun ini agar mencapai lebih dari 5 persen.
Kendati para bankir harus didesak agar lebih masif menyalurkan kredit, Purbaya melihat hingga kini kondisi likuiditas di perbankan masih cukup memadai guna mendorong pertumbuhan kredit lebih tinggi.
Berdasarkan catatannya, kata Purbaya, rasio loan to deposit ratio (LDR) perbankan masih ada di kisaran 85 persen. Artinya masih rendah dibandingkan rata-rata LDR 10 tahun terakhir yang mencapai 93,9 persen.
Advertisement
Penempatan di Surat Utang
Disamping itu, ia juga menyoroti terkait penempatan perbankan di surat utang dan sekuritas bank sentral yang masih begitu besar. Menurutnya, para bankir harus dipaksa berpikir untuk mendorong ekonomi dalam negeri.
Menurutnya, kita harus belajar dari pengalaman Indonesia saat mengalami pandemi covid-19, dimana pertumbuhan kredit di tahun 2020 melambat karena penyaluran kredit ke sektor riil sangat sedikit. Oleh karena itu, Pemerintah lakukan intervensi dengan menyuntikkan dana ke sistem perbankan agar bisa menyalurkan kredit.
"Dalam kondisi itu perbankan terpaksa harus menyalurkan kredit ke masyarakat sebab bila dana tak disalurkan bank harus membayar bunga deposito. Itu jadi biaya bagi mereka," pungkasnya.