Liputan6.com, Jakarta - Analis JPMorgan memprediksi peristiwa Bitcoin Halving yang akan datang dapat mendorong harga Bitcoin turun menjadi USD 42.000 atau setara Rp 659,5 juta (asumsi kurs Rp 15.702 per dolar AS).
Para analis memperkirakan biaya produksi pasca-halving dapat berlipat ganda menjadi sekitar USD 53.000 atau setara Rp 832,2 juta. Hal ini dapat menyebabkan penurunan hashrate jaringan Bitcoin sebesar 20%, yang berarti lebih sedikit penambang yang bersaing untuk memproduksi Bitcoin secara bersamaan.
Advertisement
Pada halving, diperkirakan pada atau sekitar tanggal 19 April, imbalan yang diperoleh penambang per blok akan turun dari 6,25 menjadi 3.125 Bitcoin, untuk memperlambat laju pencetakan koin baru.
Meskipun berkurangnya pasokan secara historis menyebabkan harga melonjak, peningkatan biaya produksi juga dapat memengaruhi harga Bitcoin karena semakin sedikit penambang yang dapat memperoleh keuntungan.
“Mungkin juga ada integrasi horizontal melalui merger dan akuisisi di antara para penambang Bitcoin di seluruh wilayah untuk memanfaatkan sinergi dalam bisnis mereka,” jelas analis JPMorgan, dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (3/3/2024).
Bitcoin telah mendekati level tertinggi sepanjang masa di sekitar USD 69.000 atau sekitar Rp 1 miliar Namun prediksi bearish JPMorgan dapat mengurangi optimisme akan kelangsungan tren kenaikan ini.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga BTC Menguat di Atas 40 Persen Sepanjang Februari 2024
Sebelumnya, harga bitcoin (BTC) mencapai USD 64.000 atau sekitar Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.721 per dolar AS) pada Rabu, 28 Februari 2024 untuk pertama kalinya BTC berada level tersebut sejak puncak pasar bullish terakhir pada November 2021.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan, kenaikan Bitcoin ini sekaligus memperpanjang reli lebih dari 40% sepanjang Februari. Adapun, Ethereum (ETH) juga mengalami hal yang serupa dengan kenaikan mencapai 46% sepanjang Februari.
Panji mengungkapkan reli pekan ini bertepatan dengan arus masuk besar ke ETF Bitcoin spot yang diperdagangkan di AS, dengan dana baru menambahkan lebih dari 12.000 Bitcoin pada Selasa setelah menambahkan sekitar 10,000 pada Senin.
“Kenaikan Bitcoin juga dilatarbelakangi menjelang peristiwa penting yang disebut sebagai halving bitcoin pada April, peristiwa yang terjadi sekitar empat tahun sekali dan biasanya disertai dengan kenaikan yang kuat seiring dengan melambatnya penerbitan Bitcoin baru,” kata Panji dalam siaran persnya, dikutip Jumat (1/3/2024).
Lebih lanjut, Panji menjelaskan, bitcoin halving dimaksudkan untuk memastikan kelangkaan penerbitan BTC dari waktu ke waktu. Dengan semakin menipisnya BTC yang diterbitkan, harga Bitcoin telah melonjak dibandingkan halving sebelumnya yang terjadi pada tahun 2020, 2016, dan 2012.
Adapun Ethereum dan sebagian besar altcoin lainnya juga mengikuti jejak Bitcoin. Pergerakan Ethereum terjadi sekitar dua minggu sebelum peningkatan yang disebut Dencun, yang diharapkan membuat blockchain lebih murah dan lebih cepat.
Advertisement