Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Apple baru-baru ini untuk menutup proyek mobil pintar bertenaga listrik besutannya mengejutkan banyak orang. Berhentinya ambisi proyek yang sempat diberi nama "Project Titan" tersebut menurut pendapat beberapa insider memang tak terhindarkan, bahkan sejak awal.
Kembali ke 2014, para engineer Apple yang baru saja menyelesaikan proyek jam tangan pintar Apple Watch memerlukan suatu hal lain untuk dikerjakan. Tahun itu pula antusiasme mobil listrik dan mobil pintar otonom nirawak di industri teknologi sedang menyeruak.
Advertisement
Dikutip dari laporan New York Times, CEO Apple, Tim Cook setuju untuk meluncurkan Project Titan ini demi mencegah para engineer berpindah ke Tesla, bukan murni karena ketertarikan merambah sektor otomotif.
Fondasi awal yang kurang kuat dan kecerobohan para eksekutif ini mengantarkan pada inkonsistensi tujuan, gonta-ganti kepemimpinan, serta banyak pergeseran fokus, yang membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya melabelinya sebagai "Titanic Disaster" atau Bencana Titanic, sebuah pelesetan Titan yang merujuk kecelakaan kapal besar terkenal.
Bencana-bencana internal tersebut akhirnya tampak nyata disaksikan publik hari ini.
Sejak awal, proyek ini adalah tantangan besar bagi Apple. Seluruh yang terlibat di dalamnya menyadari proyek itu akan menelan dana Rp1,5 miliar, di mana akan menghasilkan margin keuntungan yang tipis. Sebuah langkah berani, atau cenderung nekat yang tak biasa dilakukan Apple.
Rencana Membeli Tesla dan Perselisihan Dua Kepala
Walau tujuan awalnya adalah mencegah para engineer berpaling ke perusahaan milik biliuner Elon Musk, faktanya, sebelumnya Apple sempat dikabarkan berdiskusi dengan Musk akan membeli startup Tesla miliknya.
Apple sejak awal menyadari mereka akan tertinggal di belakang Tesla yang telah memulai proyeknya jauh sebelum Apple merencanakan akan memproduksi iCar.
Diskusi dengan Musk nampaknya tidak membuahkan hasil sehingga Apple memutuskan beroperasi sendiri membuat kendaraan miliknya, menjadi kompetitor Tesla.
Berkompetisi dengan Tesla, saat mengawali proyeknya, pemimpin proyek Steve Zadesky sempat berselisih paham dengan kepala bagian desain Jony Ive.
Sementara Zadesky hanya ingin membuat kendaraan listrik berteknologi maju yang relatif normal, Ive menginginkan mobil ciptaannya sepenuhnya tanpa roda kemudi dengan konsep self-driving seperti yang dilakukan Waymo.
Melihat masalah dalam upaya pengembangan mobil tersebut, Zadesky meninggalkan proyek Titan pada 2016. Pengganti Zadesky, Mansfield, mengalihkan fokus proyek tersebut ke pengembangan perangkat lunak otonom.
Bertahun berikutnya, Doug Field, mantan eksekutif Tesla mengambil alih kepemimpinan proyek Titan, memberhentikan 200 karyawan dan melanjutkan pembangunan sistem self-driving.
Kemudian pada 2021, Kevin Lynch, yang dikenal karena karyanya di Apple Watch, mengambil alih dan mengalihkan fokus ke pengembangan kendaraan listrik.
Hingga akhirnya awal tahun ini, eksekutif Apple memutuskan bahwa pengembangan AI generatif lebih bijak untuk diambil daripada mobil.
Advertisement
Desain Awal Mengacu Fiat Multipla 600 yang Dilengkapi AI
Jony Ive sebagai kepala bagian desain atau chief design officer, merancang rupa dari iCar akan menyerupai desain Fiat Multipla 600. Kendaraan tersebut akan dapat dikontrol dengan Siri, AI asisten digital milik Apple.
Pada 2015, Ive menunjukkan rancangan dan visinya dengan model demonstrasi statis pada CEO Cook. Keduanya menaiki mock-up tersebut dengan layar di depannya yang menyimulasikan perjalanan melewati kota.
Di dalamnya didemonstrasikan bagaimana Siri menjadi asisten untuk menunjukkan beberapa tempat yang dilewatinya untuk didefinisikan, seperti pemandu dalam perjalanan.
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Advertisement