Taylor Swift Jadi Mata Kuliah di Universitas Filipina

Para mahasiswa berharap kajian pengaruh global Taylor Swift dapat membantu mereka membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

oleh Tim Global diperbarui 03 Mar 2024, 08:00 WIB
Taylor Swift menggambarkan konsep tur ini sebagai sebuah "perjalanan melalui semua era musiknya". (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Manila - Taylor Swift masuk universitas top di Filipina sebagai topik kajian terkait ketenaran ikon pop tersebut dan pengaruhnya terhadap masyarakat.

Profesor yang memimpin mata kuliah yang disebut "kajian selebritas" di Universitas Filipina itu mengatakan mereka menganalisis terkait Swift melalui perspektif pascakolonial.

"Saya ingin menggali lebih dalam masalah-masalah sosial yang kita hadapi berkaitan dengan Taylor Swift," kata seorang mahasiswi Universitas Filipina yang mengikuti mata kuliah mengenai Swift, seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (3/3/2024).

Sewaktu Swift tur di Asia, ratusan mahasiswa mendaftar untuk kelas tersebut, mengisi slot mata kuliah elektif yang terbatas itu hanya dalam hitungan menit dan mendorong pengelola universitas untuk membuka kelas ekstra.

Yang memimpin mata kuliah ini adalah Cherish Brillon, yang mengajar komunikasi, teori media, budaya pop, dan ekonomi politik.

Mengenai kelasnya itu, Brillon mengemukakan, "Kami akan meninjaunya dari berbagai cara pandang seperti persinggungan antara jenis kelamin, gender, dan kelas."


Harapan Mahasiswa

Di tengah padatnya jadwal tur konser keliling dunia, Taylor Swift sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mendukung sang kekasih. Ia pun tak absen saat Travis memperkuat Kansas City Chiefs untuk melawan Baltimore Ravens. (AP Photo/Julio Cortez)

Brillon sendiri mengaku sebagai Swifties, julukan bagi penggemar fanatik Swift. Dia mengatakan banyak universitas top di Amerika Serikat yang menawarkan kelas mengenai penulisan lagu dan sastra Swift dalam diskografinya.

Tetapi di mata kuliah yang dipimpinnya, Brillon menganalisis bagaimana media menggambarkan Swift sebagai selebritas dan dampak statusnya tersebut dengan perspektif lokal pascakolonial.

"Bagaimana seorang ikon transnasional seperti dia, bagaimana kita memanfaatkannya untuk membahas isu-isu kita sendiri, keprihatinan kita sendiri? Bagaimana kita menggunakan citranya, ikonografinya atau hal-hal yang terkait dengannya untuk mengekspresikan sesuatu mengenai masyarakat dan juga politik Filipina," tutur Brillon.

Sebagian mahasiswanya berharap mempelajari bagaimana pengaruh bintang berusia 34 tahun peraih 14 penghargaan Grammy itu dapat membantu mereka membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik lagi.

Seorang mahasiswa Brillon mengatakan, "Harapan saya mencakup belajar mengenai bagaimana seseorang yang kita anggap sangat penting dapat benar-benar membantu dalam membentuk dan membuat perubahan besar terhadap berbagai masalah masyarakat yang kita hadapi sekarang ini."

Mahasiswa lainnya menambahkan, "Dia mampu memberdayakan saya dan saya ingin menggunakan kekuatan pemandu itu untuk melihat dunia dalam perspektif yang lebih besar dan dalam cara pandang yang berbeda."


Pesona Swift

Taylor Swift menghadiri acara gala premiere film Taylor Swift: The Eras Tour di AMC The Grove, Los Angeles, California, Amerika Serikat, Rabu (11/10/2023). Taylor Swift mengejutkan para penggemarnya ketika menghadiri acara tersebut. (Matt Winkelmeyer/Getty Images/AFP)

Menurut platform streaming musik Spotify, Swift adalah bintang yang paling banyak diputar lagunya di Filipina dan juga di tingkat global pada tahun 2023.

Dia dijadwalkan tampil enam kali dalam pertunjukan "Eras Tour" di Singapura yang tiketnya telah terjual habis. Itu adalah satu-satunya pertunjukan Swift di Asia Tenggara pada awal Maret.

Nilai kekayaan bersih Taylor Swift mencapai USD 1 miliar lebih pada Oktober 2023, membuatnya menjadi salah seorang selebritas perempuan terkaya di dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya