Kenaikan Suara PSI Jadi Sorotan

Kenaikan drastis suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam real count Pemilu 2024 menjadi sorotan. Pasalnya, hasil sejumlah quick count sebelumnya, suara PSI hanya sampai 2%.

oleh Tim News diperbarui 03 Mar 2024, 08:00 WIB
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep saat kampanye akbar di Lapangan Reformasi, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (24/1/2024). (Foto: Liputan6.com/Lizsa Egeham).

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan drastis suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam real count Pemilu 2024 menjadi sorotan. Pasalnya, hasil sejumlah quick count sebelumnya, suara PSI hanya sampai 2%.

Kini suara PSI yang diprediksi sulit lolos Senayan itu pun, merangkak di angka 3,13%, dengan data yang masuk per Minggu (3/2/2024) pukul 06.00 sebanyak 65.79% (541632 dari 823326 TPS).

Meledaknya suara PSI diungkap founder lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Burhanuddin melalui cuitannya di X menyebut, perolehan suara PSI meledak hanya dalam beberapa hari terakhir.

"PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dengan partai-partai lain. Sementara perolehan suara PSI 'meledak' hanya dalam beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini," cuit Burhanuddin.

Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Muhammad Syaeful Mujab menilai kenaikan suara PSI menjadi anomali.

"Laju penambahan suara PSI (dan lately Gelora) dibandingkan dengan penambahan jumlah TPS terinput menunjukkan kejanggalan," kata Mujab.


Perolehan Suara PSI Naik, Grace Natalie: Jangan Giring Opini Sesatkan Publik

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie saat melakukan wawancara khusus dengan Liputan6.com di DPP PSI, Jakarta, Kamis (17/11/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta semua pihak agar tidak menyampaikan pernyataan tendensius menyikapi rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hingga kini masih berlangsung. 

"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (2/3/2024).

Grace menambahkan, saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi.

"Di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat," kata dia.

Grace mengingatkan perbedaan antara hasil hitung cepat atau quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain.

Ia mengambil contoh hitung cepat versi lembaga survei Indikator Indonesia atas PKB yang hasilnya 10,65 persen tapi berdasarkan rekapitulasi KPU mencapai 11,56 persen atau ada penambahan 0,91 persen.

Contoh lain adalah suara Partai Gelora yang berdasarkan quick count 0,88 persen, sementara rekapitulasi KPU 1,44 persen alias selisih 0,55 persen.

Menurut Grace, berdasarkan hitung cepat Indikator, PSI ada di angka 2,66 persen sementara rekapitulasi KPU ada di 3,13 persen atau selisih 0,47 persen. Selisih PSI lebih kecil dibanding kedua contoh sebelumnya.

"Kenapa yang disorot hanya PSI? Bukankan kenaikan dan juga penurunan terjadi di partai-partai lain? Dan itu wajar karena penghitungan suara masih berlangsung," kata dia.

Ia meminta semua pihak bersikap adil dan proporsional.

"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik," pungkas Grace.

Infografis Ada 204 Juta Lebih DPT di Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya