Liputan6.com, Jakarta Usia menjadi salah satu tolok ukur kebanyakan orang dalam menentukan episode. Misalnya, ada usia belajar, usia produktif untuk bekerja, dan usia pensiun.
Umumnya, orang-orang menimba ilmu saat usia belajar, lalu menggunakan ilmu-ilmu itu sebagai bekal memasuki usia produktif. Pada fase ini, biasanya orang akan memupuk pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin untuk bekal pensiun.
Advertisement
Namun persiapan pensiun yang matang tanpa perencanaan keuangan yang mumpuni justru membuat masa pensiun menjadi terganggu.
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Freddy Tedja mengatakan, kesalahan pengelolaan keuangan, uang pensiun bisa tergerus di awal dan tidak cukup lagi untuk menghidupi masa pensiun sesuai estimasi sebelumnya.
"Tantangannya adalah bagaimana bekal pensiun yang sudah kita miliki mampu menghidupi kita bertahun-tahun hingga tutup usia," kata Freddy dalam keterangannya, dikutip Senin (4/3/2023).
Lebih lanjut, bagaimana persiapan pensiun dan pengelolaan keuangan di masa pensiun yang tepat? Simak penjelasannya berikut ini:
Bersiap Sebelum dan Sesudah Pensiun
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih memiliki keyakinan- pasti akan dapat dicukup-cukupkan, saat pensiun. Meskipun begitu, bagi orang-orang yang sudah menyadari pentingnya pensiun dan menganggap diri sudah memiliki bekal yang cukup, ketidakmampuan mengelola keuangan (baca: investasi) di hari tua, bisa berdampak pada tergerusnya uang pensiun yang sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.
"Kita tidak pernah tahu sampai berapa panjang umur seseorang. Teknologi dan kesadaran manusia untuk hidup sehat mampu memperpanjang ekspektasi hidup manusia," ujar Freddy.
Badan Pusat Statistik mencatat, umur harapan hidup (UHH) orang Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Di periode 2020-2023, UHH orang Indonesia meningkat 0,56% per tahun atau rata-rata tumbuh 0,25% per tahun. Di mana pada 2023 UHH mencapai 73,93 tahun.
Jika usia pensiun saat ini mencapai 57 tahun, paling tidak seseorang harus memiliki perencanaan matang dalam pengelolaan keuangan pensiunnya hingga 17 tahun ke depan, agar kebutuhan hidupnya tetap dapat tercukupi.
"Jadi, walaupun memang sebagian besar dana pensiun sudah kita siapkan sebelumnya ketika kita masih di usia produktif, kita tidak boleh lengah dan pengelolaan dana pensiun tetap harus kita lakukan bahkan setelah kita memasuki masa pensiun tersebut," tutur Freddy.
Cari Proteksi Kesehatan
Tantangan terbesar ketika memasuki usia pensiun adalah faktor kesehatan. Seiring bertambahnya usia, sakit dan ketidakmampuan fisik adalah perampok yang paling berbahaya, terutama di saat kita tidak lagi produktif. Terlebih bisa jadi bakal ada tambahan biaya mendadak yang harus kita keluarkan untuk mempertahankan hidup ke depan.
Untuk itulah, beberapa tahun menjelang pensiun, disarankan untuk mencari perlindungan asuransi kesehatan yang mampu mencakup layanan biaya rawat jalan, rawat inap, hingga operasi.
"Biaya asuransi kesehatan jelang pensiun tidak murah, namun kita akan merasakan banyak manfaatnya seiring bertambahnya usia. Jangan malas untuk mencari tahu beragam perawatan medis dan biaya yang bisa dicover oleh perusahaan asuransi," kata Freddy.
Pastikan program asuransi kesehatan yang dibeli telah cukup memadai dan sesuai dengan standar rumah sakit dan layanan kesehatan yang nyaman bagi kita. Memang masih ada layanan BPJS Kesehatan, tapi tidak ada salahnya jika memiliki dua perlindungan sekaligus.
"Ingat, semakin bertambahnya usia semakin besar pula biaya kesehatan yang harus kita tanggung," imbuh Freddy.
Advertisement
Simpanan Darurat
Selalu bersiap menghadapi kondisi darurat, entah itu kendaraan yang harus masuk bengkel, pompa air yang rusak, atau bagian rumah yang memerlukan perbaikan. Untuk itu, tempatkan sebagian dana pensiun di instrumen keuangan yang mudah dicairkan seperti simpanan di bank atau reksa dana pasar uang.
"Jangan pernah berasumsi biaya hidup akan menyusut semasa pensiun nanti," ujar Freddy.
Yang terjadi adalah, biaya-biaya yang kita keluarkan di usia produktif, seperti biaya transportasi, uang sekolah anak, hingga gaya hidup akan tergantikan dengan biaya-biaya baru seperti biaya kesehatan seiring bertambahnya usia dan nutrisi yang lebih baik, serta perawatan rumah karena lebih sering menghabiskan waktu di rumah.
"Biaya yang dapat dkurangi adalah gaya hidup. Namun itu membutuhkan proses dan tidak bisa langsung dilakukan," ucap Freddy.
Untuk perhitungan biaya yang dibutuhkan saat pensiun, jangan pernah mengurangi angka biaya bulanan di masa produktif, yang ada justru kita harus menambahkan. Untuk mencukupi biaya hidup bulanan, siapkan sejumlah pokok (dana) dan manfaatkan hanya bunga yang didapatkan untuk biaya hidup bulanan, jangan pernah mengurangi pokok.
Dengan asumsi bunga deposito saat ini di kisaran 5 persen, maka pokok yang cukup sebesar 240x biaya hidup bulanan.
Kebebasan dari Beban
"Memasuki usia pensiun, idealnya kita hanya memikirkan diri kita dan pasangan hidup. Namun yang terjadi, masih ada orang tua yang menanggung anak-anaknya, bahkan biaya hidup bulanannya," kata Freddy.
Menjadi tanggung jawab setiap orang tua untuk menyiapkan anak-anak agar lebih mandiri saat dewasa. Sehingga di masa tua, orang tua dapat lebih menikmati masa pensiun yang lebih nyaman dan bermain bersama cucu-cucu, tanpa perlu memikirkan lagi kebutuhan hidup anak-anaknya. Beralih ke rumah yang lebih kecil juga menjadi salah satu cara mengurangi beban biaya operasional bulanan.
"Berapapun besar uang yang sudah disiapkan, jika salah mengelolanya, bisa dipastikan pensiun kita akan terganggu. Pintar-pintar kita untuk menempatkan uang di keranjang yang tepat," imbuh Freddy.
Tempatkan uang pada aset yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi dari deposito, seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana saham. Lakukan diversifikasi portofolio, sesuaikan dengan profil risiko, tujuan keuangan dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Masa pensiun haruslah indah, jadi rencanakan dengan baik.
Advertisement