Liputan6.com, Jakarta - Sholat istikharah merupakan sholat sunnah yang dikerjakan untuk meminta petunjuk dari Allah SWT, baik dalam hal pekerjaan, jodoh, maupun yang lainnya. Harapannya, setelah melakukan sholat istikharah mendapatkan jawaban dari berbagai pilihan yang membingungkan.
Sholat istikharah boleh dikerjakan kapan saja, kecuali di waktu-waktu yang dilarang untuk sholat, yakni setelah subuh sampai terbit matahari dan setelah ashar hingga terbenamnya matahari.
Sholat istikharah minimal dilakukan sebanyak dua rakaat. Boleh jika ingin melakukannya sampai empat rakaat dengan dua kali salam.
Baca Juga
Advertisement
Muslim yang sedang meminta petunjuk Allah SWT melalui sholat istikharah sebaiknya terus melakukan sholat tersebut sampai menemukan jawabannya. Menurut Pendakwah kondang Ustadz Khalid Basalamah, jawaban istikharah bisa diketahui dari tiga cara.
Pertama adalah melalui mimpi. Mimpi ini berhubungan dengan apa yang mau kerjakan atau tujuan yang sedang dijadikan sasaran.
“Misal, saya mau umrah atau saya silaturahmi orang tua saya, yang mana yang saya dahulukan? Dua-duanya itu bagus. Lalu kita istikharah. Malam hari setelah istikharah kita bermimpi ketemu dengan orang tua. Sudah ada isyarat belum? Sudah, artinya datangi orang tuamu, jangan umrah,” kata Ustadz Khalid dikutip dari YouTube SAP Channel, Ahad (3/3/2024).
“Atau kita mimpi menggunakan kain ihram, atau melihat Ka’bah. Berati umrah terlebih dahulu, petunjuk dari Allah. Karena petunjuk Allah dalam mimpi datang dalam bentuk sinyal, sepintas,” tambahnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kecenderungan dan Informasi dari Orang Lain
Ustadz Khalid mengatakan, jawaban sholat istikharah tidak selalu datang melalui mimpi. Bisa juga dengan kecenderungan jiwa.
“Jadi kita lebih cenderung dengan A atau B. Tujuan kah, pekerjaan kah, sasaran kah, atau lawan jenis yang akan kita menikah dengannya. Itu ada kecenderungan, hati kita lebih dominan,” tutur Ustadz Khalid.
Ketiga, jawaban sholat istikharah bisa datang dalam bentuk informasi dari orang lain, baik informasi positif maupun negatif.
Misalnya, Fulan ingin menikahi Fulanah. Lalu melakukan istikharah. Tiba-tiba setelah istikharah dia dapat informasi yang positif tentang calon pasangannya.
“Wah katanya kita dapat informasi orang ini prestasi di sekolah, orangnya (suka) bakti sama orang tuanya. Maka kita dapat informasi positif,” Ustadz Khalid mencontohkan.
“Atau sebaliknya, kita dapat informasi negatif. Misalnya, kita dapat informasi bahwa dia ini ternyata pernah punya masalah dengan seseorang, pernah punya masa lalu yang kelam. Itu sudah cukup jawaban Allah,” lanjut Ustadz Khalid.
Ustadz Khalid menegaskan bahwa Allah SWT pasti akan memberikan jawaban untuk hamba-hamba-Nya yang melakukan sholat istikharah. Isyarat jawabannya bisa datang melalui mimpi, kecenderungan, atau informasi dari orang lain.
Advertisement
Niat dan Tata Cara Sholat Istikharah
Tata cara sholat istikharah sangat mudah, umumnya sama dengan sholat-sholat lainnya. Sholat istikharah dikerjakan sebanyak dua rakaat dengan diawali niat sebagai berikut.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal istikhârati rak’ataini lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Aku berniat sholat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Setelah membaca surat al-Fatihah pada rakaat pertama, dianjurkan membaca surat al-Kafirun. Adapun pada rakaat kedua membaca surat al-Ikhlas setelah surat al-Fatihah. Anjuran ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumiddin.
Doa Setelah Sholat Istikharah
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.”
Wallahu a'lam.
Advertisement